27. Penjagaan Diri Sendiri Yang Dilakukan Oleh Arkanio

1005 Kata
“Selamat siang, ada yang bisa saya bantu?” Seorang wanita yang duduk di meja customer service tampak tersenyum ramah menyambut kedatangan Alister dan Yuni. Mereka berdua sengaja datang bersamaan dibanding dengan Jenny, karena gadis itu memilih untuk berjaga bersama seorang satpam bertubuh kekar. Tidak dapat dipungkiri keduanya berbincang cukup dekat. Bahkan Jenny sempat mempertanyakan saptam tersebut mulai bekerja di bank. Padahal gaji yang diterima tidak terlalu besar, apalagi jika bank mengalami kerugian akibat perampokan. Jelas para satpam tidak ada yang menerima gaji sama sekali. Atau lebih tepatnya mungkin mereka akan dipecat dengan tidak hormat. Karena telah membuat perusahaan perbankan tersebut mengalami insiden tidak terduga. “Kami dari kepolisian ingin meminta brankas milik Arkanio Andriano untuk dibuka,” jawab Alister memperlihatkan surat perintah sekaligus surat kuasa yang ditandatangani oleh Arkanio secara langsung. Wanita yang melayani Alister dan Yuni tampak sedikit tidak mengerti, kemudian mulai membaca dua surat berbeda di hadapannya. Sampai seorang pekerja wanita itu mengangguk paham dan membawa surat tersebut masuk ke kantor. Ketika surat tersebut dibawa, Alister menoleh ke arah pintu masuk bank yang memperlihatkan Jenny tengah tertawa ringan bersama satpam. Hal tersebut membuat Yuni mengembuskan napas panjang menyadari sifat humble sahabatnya telah kembali. “Jenny emang kadang bisa seramah itu sama orang tua,” celetuk Yuni membuat Alister menoleh bingung. “Kenapa saat bergabung dengan tim, dia terlihat canggung?” tanya lelaki itu mendadak tidak mengerti. “Sebenarnya Jenny bertingkah seperti itu hanya untuk mencari aman. Walaupun kenyataannya dia benar-benar humble dan mudah berkomunikasi dengan orang banyak,” jawab Yuni tersenyum senang melihat sahabatnya telah kembali. Alister tanpa sadar tersenyum geli. Namun, pandangan lelaki itu tertuju pada seorang lelaki yang duduk di bawah pohon tepat mengarah pada pintu masuk bank. “Yuni, lihat lelaki yang duduk di bawah pohon itu!” titah Alister menunjuk tepat pada seorang lelaki bertubuh kekar yang terlihat mendudukkan diri di kursi taman. “Apa menurutmu … dia sedang memperhatikan ke arah sini?” Mendengar perkataan tersebut, Yuni pun terlihat memperhatikan lelaki yang menarik perhatian Alister. Sampai gadis itu menyadari bahwa orang bertubuh kekar itu benar-benar memperhatikan Jenny. “Iya, benar,” gumam Yuni pelan, kemudian mengambil ponselnya ke dalam saku. “Aku harus memberi tahu Jenny untuk berhati-hati.” Sejenak Alister hanya memperhatikan kegiatan Jenny sampai gadis itu mengambil ponselnya dari dalam saku. Ia membaca singkat, kemudian kembali memasukkan benda tersebut ke dalam saku. Jenny berpura-pura tidak terjadi apa pun. Ia terlihat berbincang dengan satpam sampai pembicaraan mereka berdua tampak sedikit lebih serius, sebab pergerakan keduanya bisa terbaca dengan baik. Karena satpam menyalakan walkie talkie yang berada di pundaknya. Wanita yang melayani Alister dan Yuni pun kembali keluar dari ruangan tersebut. Ia tersenyum ramah sembari membawa sebuah kunci di tangannya. Wanita memiliki profesi sebagai karyawan bank itu mulai menjalankan komputer di hadapannya. “Maaf menunggu lebih lama,” sesal wanita itu tersenyum manis. “Saya akan melanjutkan verifikasi yang dilakukan oleh Pak Alister.” “Baik,” balas lelaki itu singkat. “Dibagian apa Pak Alister bekerja sebagai polisi?” tanya wanita itu sembari mengetik dengan cepat. “Posisi tetap saya sebagai Kapten Polisi SWAT, tapi sekarang sedang menjalankan rencana rahasia di Mabes Polri sebagai detektif,” jawab Alister jujur. “Tinggal di mana sekarang?” tanya wanita itu lagi. “Apartemen Starlight,” jawab Alister. Wanita itu mengangguk singkat sembari menuliskan sesuatu di kertas cetakan yang baru selesai. “Tolong tanda tangan sebagai tanda terima di sini.” Tanpa mengatakan sepatah kata pun, Alister membubuhkan tanda tangan. Lain halnya dengan Yuni yang hanya duduk menunggu beberapa prosedur selesai dibutuhkan. Membuat mereka berdua bisa memasuki ruang brankas dengan penjagaan ketat. Setelah selesai, Alister pun diantarkan oleh seorang lelaki berpakaian rapi dengan posisi sebagai manager. Keduanya memasuki beberapa ruangan yang penuh dengan karyawan. Mereka tampak sangar rapi dan kondusif. Tanpa mengeluarkan suara apa pun, kecuali mesin ketik dan mesin cetak yang bekerja tanpa henti. “Tuan Alister, ini brangkasnya. Silakan dibuka!” ucap lelaki tersebut mempersilakan nomor brangkas yang telah dibuka. Sejenak Alister membuka brangkas tersebut menggunakan kunci pemberian karyawan tadi sampai berbunyi klik singkat. Kemudian, pintu berbahan logam kuat itu tampak terbuka memperlihatkan sebuah kotak kecil yang beralaskan kain berwarna hitam. “Apa ini?” tanya Alister mengernyit bingung melihat sesuatu di tangannya. Yuni mengambil benda tersebut, kemudian mendudukkan diri di bawah. Ia memperhatikan ke arah lelaki yang menjadi manager ternyata sudah meninggalkan mereka sejak tadi. Membuat keduanya bisa dengan leluasa bergerak di dalam. Benda aneh yang berada di dalam brangkas itu pun mulai Yuni berikan beberapa kode untuk melakukan peretasan. Dan ternyata, benda tersebut adalah kamera model lama yang hanya bisa dibuka dengan satu kali percobaan saja. Memang dari luar terlihat seperti benda yang biasa, tetapi siapa sangka kalau dalamnya berisikan separuh hidup Pabio. Lelaki paruh baya yang berjuang melawan ketidakadilan setelah mengetahui semua rencana busuk di balik seseorang tersebut. Alister berjongkok tepat di hadapan Yuni, lalu bertanya, “Apa yang sedang kamu lakukan?” “Ini adalah kamera model lama yang bisa menyimpan video dengan kualitas baik. Bahkan ketika sudah bukan formatnya lagi. Karena kamera ini di-setting untuk menyimpan dan bukan merekam momen apapun,” jawab gadis itu dengan cepat menggerakkan sepuluh jemarinya tanpa henti. “Apa yang ada di dalamnya?” Alister tampak penasaran melihat sederetan berkas yang seakan ditaruh dengan acak. Yuni memfokuskan diri sesaat, sampai gadis itu tiba-tiba terpikirkan sebuah ide cemerlang untuk memisahkan sesuai dengan kode dan ciri yang digunakan oleh Arkanio. Tentu saja tidak mudah menjalankan pemrograman untuk membuka secara paksa tanpa merusak bagian dalamnya sama sekali. Karena pertaruhan hidup kepolisian benar-benar bergantung pada bukti yang disimpan secara akurat oleh Arkanio. Demi menghindari situasi tidak menguntungkan. “Benar-benar tidak bisa dimengerti,” gumam Alister menggeleng pelan. “Bagaimana bisa dia membuat kamera model lama hanya untuk menyimpan bukti. Bahkan pembukaannya juga terlihat sulit dan tidak boleh salah sama sekali.” “Arkanio melakukan hal ini untuk berjaga-jaga jika seseorang menemukannya tanpa sengaja.” Yuni mengembuskan napas panjang. “Bukan salah dia untuk menyimpan dengan target bunuh diri. Karena untuk sekarang, memang hanya cara seperti ini yang paling terbaik.” ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN