DUA

1196 Kata
Lelah seharian bekerja dengan rasa penasaran yang tak kunjung mendapatkan jawaban, kini Arjuna tengah berada di jalan pulang menuju ke rumahnya. Akan tetapi saat di lampu merah yang jaraknya tak jauh dari rumah, "Lho, itu 'kan Dara? Ngapain dia malam-malam di halte? Bawa rantang susun segala lagi. Habis nganterin katering Tante Mira atau apa?" ia tak sengaja melihat sang mantan tunangan, yang seharian ini menjadi objek utama di isi kepalanya. Sang CEO pun berniat untuk mengambil jalur di kiri jalan, guna memarkirkan mobilnya untuk bisa mengintai aktivitas Andara. Namun seorang tukang ojek online sudah lebih dulu datang dan menyodorkan helm pada wanita itu. Alhasil Arjuna hanya bisa bergumam kembali di mobilnya, "Oh, dia sudah pesan Gojek? Hem, syukur deh. Semoga aja tuh orang cepat sampai di rumahnya. Secara sudah malam gini lagi. Nggak lucu aja kalau dia harus kenapa-napa di jalan ya, kan?" lalu melaju saat warna lampu merah sudah berubah menjadi hijau. Sayangnya rambut hitam nan panjang yang sekarang tumbuh di kepala Andara, benar-benar membuat Arjuna menjadi sangat terganggu, "By the way, kenapa tuh anak sekarang panjangin rambut? Pakai segala diwarnai jadi hitam lagi. Bukannya dulu dia paling suka sama rambut pendek sebahu, terus diwarnai kayak bule-bule gitu? Sialan memang tuh orang! Kenapa dia nggak nikah sama si Indra aja sih? Kalau kayak gini, gimana gue mau cepat move on? Bisa kalah gue kalau Mama makin kerja extra sebagai si Mak Comblang. Iya, kan?" sampai-sampai hal itu berhasil membuat ia seperti orang gila yang terus berceloteh ria dengan dirinya sendiri. Tik tok tik tok tik tok tik tok It starts with one thing. I don't know why. It doesn't even matter how hard you try. Bunyi lirik lagu Linkin Park dengan judul in the end, lantas membuatnya berhenti mengoceh dan menjawab panggilan yang ternyata berasal dari sang ibu, "Wa'alaikum salam. Iya, Ma?" "Mama punya kejutan, Mas. Pasti kamu suka. Jadi cepetan pulang ya?" "Iya, Ma. Ini juga udah sampai di depan Masjid Jami kok. Jadi-" "Oalah sudah dekat toh, Mas? Oke deh kalau gitu. Mama tunggu ya? Assalamualaikum," lalu mengerutkan kening, akibat sang ibu yang mengajaknya bermain tebak-tebakan. "Kejutan apaan sih? Apa Mama belikan aku cream muka yang katanya bakal bikin kinclong lagi? Atau jangan-jangan Mama belikan aku parfum baru dari Singapore yang katanya bakal bisa buat cewek-cewek pada tergila-gila lagi?" tebak Arjuna sembari terus saja menyetir, "Mama kebiasaan deh. Untung tadi gue udah lihat perempuan aneh itu di halte. Jadi gue udah nggak terlalu penasaran lagi sama dia. Coba kalau tadi nggak ketemu, mungkin gue bakalan kepo ke Mama soal dia pakai cara halus kali. Terus deh ujung-ujungnya gue bakal dibilang modus sama Mama. Heh, nggak lucu ya kan?" lalu kembali menggerutu. Terlepas dari cara sang ibu yang rela menjadi mak comblang untuk bisa menyatukan ia dengan Andara lagi, Arjuna sebenarnya memang masih menyimpan banyak perasaan untuk sang mantan tunangan. Namun ia juga tak bisa melupakan bagaimana cara wanita itu mengakhiri hubungan mereka, yang bahkan sudah seperti suami istri. Menghabiskan waktu seharian dengan banyak cumbu rayu dan percintaan panas, ternyata hanyalah kamuflase menurut isi kepala Arjuna. Sebab nyatanya Andara lebih memilih Indra dari pada dirinya. Hal tersebutlah yang selalu berhasil memantik bara kebencian di dalam hati Arjuna, sehingga ia sama sekali tak berniat untuk kembali memilih Andara dan acap kali memaksa logikanya untuk berpikir negatif tentang wanita itu. "Aku nggak enak hati, Tan. Pasti nanti Juna bakalan marah karena aku. Soalnya pas dulu aku masih sering main ke sini, dia suka ngomel kayak emak-emak rempong. Jadi mendingan aku pulang aja sekarang ya, Tante? Kebetulan tukang ojek online di luar juga masih tungguin ak-" sahut Andara tak selesai. "Lho kok gitu? Kamu tadi ke sini naik ojek online toh? Kata Jeng Mira kamu sama Nak Ratih," karena Ambarsari memotong ucapannya. Sebuah penjelasan keluar dari mulut sang mantan calon menantu, "Tadi sih kayak gitu, Tan. Tapi Mas Ridwan dapat telepon penting di jalan tadi. Jadi aku terpaksa turun di halte yang dekat apotik, terus ke sini pakai Gojek deh," lalu Ambarsari menganggukkan kepala tanda mengerti. Ibu satu anak itu pun berdiri dan berniat menuju pintu rumahnya, untuk menyuruh tukang ojek online pergi, "Assalamu'alaikummm..." "Akhirnya pulang juga dia," namun suara serak putranya sudah lebih dulu terdengar, "Wa'alaikum salam," hingga membuatnya bersorak dalam hati dan tersenyum menggoda Andara Deg deg deg deg Degupan jantung Andara Sasmita bekerja dua kali lebih cepat, akibat kedatangan Arjuna, "Tuh kan, Tan. Juna udah pulang deh gara-gara aku kelamaan ngobrol. Gimana dong? Aku bener-bener nggak enak hati sama dia, Tante," bahkan sukses pula membuatnya salah tingkah dan sangat kebingungan. Ambarsari berusaha menenangkan Andara seraya bertanya untuk memastikan sesuatu, "Udah tenang aja. Intinya kamu nggak keberatan kalau Tante comblangin lagi sama si Mas, kan?" "Iya, Tante. Nggak apa-apa kok. Terserah Tante aja gimana baiknya," dan Andara pun berbisik dengan kepala yang diangguk-anggukan. Satu ide konyol yang sempat mereka bicarakan tadi, "Bagus deh kalau gitu. Ingat yang tadi Tante bilang ya, Sayang? Mulai sekarang kamu harus panggil dia dengan sebutan Mas Juna, biar dia bisa kalem dan nggak marah-marah lagi. Oke?" pun kembali terulang kembali dari pita suara Ambarsari. Akan tetapi semua yang menjadi kesepakatan kedua wanita itu, ternyata tidak terlaksana dengan baik. "Maaa... Mama di mana sih? Kok nggak bukain pintu buat Jun- Dara?!" "Eh? Iy..ya, Jun?" "Ngapain lo ada di rumah gue? Udah jadi gembel ya, makanya datang ke sini buat numpang nginap? Atau mau tanya soal lowongan pekerjaan apa yang kosong di kan-" "Apa-apaan kamu, Mas?! Dara ke sini tuh Mama yang suruh!" karena ulah Arjuna Adiwiguna yang menghina Andara, "Dara itu mau buka usaha sendiri di dunia nyata, karena selama kerja kantoran dia juga buka bisnis makanan via online. Memangnya selama ini kamu pikir siapa yang masak ayam geprek kesukaanmu itu kalau bukan beli dari dia? Jaga mulut kamu ya, Mas? Mama nggak pernah ajarin kamu ngomong kasar ke orang lain dari kecil sampai sudah sebesar ini! Ngerti kamu?!" hingga membuat Ambarsari sangat meradang. Mau tak mau Andara harus rela jika ibu kandung Arjuna menyebutnya sebagai perempuan yang tidak punya sopan santun, karena melangkah pergi dari ruang tamu keluarga Adiwiguna tanpa pamit. "Dara, tunggu dulu! Tante belum selesai bicara, Sayang. Nanti Tante aja yang anterin kamu pulang ya?" namun Ambarsari tidak berpikiran seperti itu. Ia terus mengejar Andara dan membawa mantan calon menantunya itu menuju ke teras di depan rumah, "Suruh dia pulang sekarang, Ma! Juna nggak mau lihat muka dia di siniii...!" sampai membuat Arjuna menjadi sangat kesal. BRAKKK...! "Kamu mau kemana, Mas?! Mama juga belum selesai bicara sama kamu!" lalu pergi tanpa mengganti pakaian kerja dan membuat Ambarsari berteriak. Andara Sasmita yang merasa berdosa, "Tante, udahan aja ya? Dara beneran nggak enak sama Juna," berusaha mencari jalan tengah dengan berpamitan dari rumah tersebut. "Nggak usah pulang aja ya, Sayang? Kamu nginap aja di sini dan tidur di kamar Tante, oke? Almarhum Om Bima pasti nggak suka lihat kalian berdua kayak begini. Selama hidup, keinginan untuk berbesan dengan orang tua kamu adalah hal yang paling dia tunggu-tunggu. Maka itu selama ini Tante berusaha untuk menyatukan kalian. Jadi kamu mau 'kan kali ini menunggu sebentar aja, Sayang?" namun penjelasan Ambarsari membuat Andara semakin merasa berdosa, bahkan hampir menangis. "Tapi besok pagi-pagi Dara boleh pulang cepat kan, Tante?" "Boleh, Sayang. Nanti Tante yang anterin kok," dan pada akhirnya ia pun menyetujui untuk menginap di sana, demi mengobati rasa bersalah tersebut.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN