Bab 16. Pertemuan yang Kedua

1079 Kata
"Tan, apa kau sudah membenarkan artikel ini?" tanya Rendy pada Nathan di meja kerjanya. Nathan tidak menjawabnya. Ia terus terdiam. Membuat Rendy menoleh ke arahnya. Sudah hal biasa, saat Nathan terdiam, biasanya ia sangat fokus pada pekerjaannya. Rendy pun menggeleng-gelengkan kepalanya beberapa kali, sambil memutar kedua bola matanya ke atas. Ia jadi harus berdiri dan berjalan ke arah Nathan untuk kembali menanyakan hal yang sama. "Kau, sedang mengerjakan apa, sampai tidak mempedulikanku seperti itu?" tanya Rendy dengan masih terus berjalan ke arah Nathan. Hingga Rendy sampai di belakang Nathan untuk mengecek laptopnya. Ketika Rendy sudah melihat laptop Nathan, ia benar-benar heran. Nathan tidak sedang mengerjakan apapun. Di layar laptopnya hanya layar dekstop yang sedang menganggur. "Tan?! Sedang apa kau?! Melamun?! Kau tidak mendengar aku berbicara tadi?!" tanya Rendy yang menaikkan nada bicaranya. "Aku tidak tuli. Tentu saja aku mendengarmu," jawab Nathan dengan nada datar. "Kenapa kau diam saja tidak menjawab?!" "Terserah aku," jawab Nathan dengan nada sama. Rendy mengernyitkan wajah, tanda berpikir. "Jangan-jangan kau masih marah denganku soal kemarin? Soal penulis yang bernama Aya itu?!" tanya Rendy menebaknya. "Tidak ada alasan untuk mengelaknya." "Kenapa kau terlalu berlebihan? Kita sudah selangkah lagi untuk tanda tangan kontrak. Jangan sampai batal lagi. Aya hari ini akan datang. Kau jangan membuat kekacauan lagi, mengerti!" "Aku tidak berlebihan. Lagi pula, kau yang memilih pemenangnya. Bukan aku!" "Sudahlah. Nanti juga kau akan terbiasa. Lagi pula, penulisnya cantik. Sepertinya, dia adalah tipemu." Rendy menaikkan salah satu alis menggoda Nathan. Nathan melirik Rendy dengan tatapan malasnya. "Tidak ada hubungannya!" jawab Nathan malas. "Tan! Aku sudah bilang, kau hanya perlu mengikuti alur saja." "Mengikuti alur bagaimana? Aku saja tidak memiliki feel saat membaca novelnya." "Kenapa ini menjadi masalah untukmu? Menurutku n****+ yang dia tulis, bagus." "Pokoknya, aku tidak suka dengan novelnya meski banyak digemari pembaca. Kalau mau, n****+ itu harus dirombak ulang!" "Memangnya apa yang salah dengan n****+ itu? Pikirkanlah kalau kita memilih n****+ itu menjadi film. Pasti, akan sangat banyak peminatnya." "Ini bukan hanya soal laris saja. Tapi, kita juga harus berpikir panjang menyampaikan hikmah untuk para pembaca. Sedangkan n****+ ini hanya menggambarkan para pria yang sangat romantis, yang sebenarnya di dunia nyata tidak ada!" "Tapi kan memang itu yang diinginkan oleh para gadis-gadis? Pembaca kita juga kebanyakan kaum wanita. Mereka suka dengan hal-hal yang berbau romantis." "Kisah romantis hanyalah kisah dongeng. Tidak nyata! Kisah romantis dibuat untuk menemani para gadis tidur dengan nyenyak. Penulis yang bernama Aya itu, hanya memberikan harapan palsu kepada para gadis saja. Selain itu, dia juga melakukan kebohongan secara tertulis di dunia yang keras ini. Dia pikir, semua kisah cinta akan berakhir dengan romantis dan bahagia?!" "Tapi paling tidak, itu bisa menjadi peralihan para gadis-gadis yang sedang patah hati, bukan? Itu bisa menyembuhkan perempuan yang sakit hati." "Sama saja! Harapan kosong dari n****+ yang ia tulis, itu bisa membuat pembaca menjadi berimajinasi terlalu tinggi. Mungkin, penulisnya juga sama. Penulisnya adalah seorang gadis yang tidak pernah merasakan kejamnya dunia?" Nathan menaikkan kedua bahunya. "Maaf! Anda salah besar! Aku bukan seorang gadis yang tidak tahu kejamnya dunia!" Tiba-tiba, dari arah pintu masuk kantor, terdengar suara perempuan. Membuat Nathan dan Rendy menoleh ke arah pintu kantor. Di sana, ada perempuan yang baru membuka pintu kantor. Setelah membuka pintu kantor, Nathan amat terkejut melihatnya. Sampai ia melebarkan kedua matanya, dengan ekspresi kaget. Sama halnya dengan perempuan yang baru masuk tadi. Ia seperti memberikan ekspresi yang sama dengan Nathan. *** Aya melangkahkan kakinya memasuki pintu utama gedung Dane Publisher. Setelah berada di dalam, ia melihat jam di layar ponselnya. Sebenarnya, masih sekitar setengah jam lagi, janji yang disepakati untuk ke sini. Namun, Aya ke sini lebih cepat. Aya langsung berjalan ke arah tangga menuju lantai dua. Ia sudah tahu ruangan Rendy sebelumnya. Ini adalah yang kedua kali baginya. Ketika Aya sudah berada di lantai dua, ia berjalan sampai ada di depan ruangan Rendy. Pintu kantor nampak tertutup. Aya pun mendekat dan berinisiatif untuk mengetuk pintunya. "Pokoknya, aku tidak suka dengan novelnya meski banyak digemari pembaca. Kalau mau, n****+ itu harus dirombak ulang!" Aya yang tadinya sudah menyiapkan tangan untuk mengetuk pintu itu, jadi terhenti. Di sana ia mendengar jika seorang laki-laki dari dalam ruangan tersebut sedang membicarakan novelnya. Membuatnya penasaran dan ingin mendengarnya lebih lanjut. "Memangnya apa yang salah dengan novelnya? Pikirkanlah kalau kita memilih n****+ itu menjadi film. Pasti, akan sangat banyak peminatnya." Kali ini, Aya bisa tahu jika itu adalah suara Rendy. Karena memang sebelumnya Aya pernah berbicara dengan Rendy, dan Aya masih hafal betul. Di sini, Rendy kedengarannya sedang memihak padanya. "Ini bukan hanya soal laris saja. Tapi, kita juga harus berpikir panjang menyampaikan hikmah untuk para pembaca. Sedangkan n****+ ini hanya menggambarkan para pria yang sangat romantis, yang sebenarnya di dunia nyata tidak ada!" Suara yang lain. Kali ini, pasti ini adalah suara laki-laki yang bernama Nathan itu. Mendengar kritiknya tadi, Aya menjadi kembali merasa kesal. Ia mengkerutkan kening mendengarnya. "Bukankah kata pak Rendy dia sudah setuju dan ingin meminta maaf?!" gumam Aya pelan berbicara pada diri sendiri, dengan geram. Aya masih penasaran dengan pembicaraan mereka. Ia akhirnya lebih mendekatkan telinga ke arah pintu, berniat untuk menguping. Apa saja yang sudah mereka bicarakan? Ketika Aya sudah cukup lama mendengarnya, ia menjadi semakin kesal saja. Tentu saja, rasa kesalnya itu khusus teruntuk pada laki-laki yang bernama Nathan itu. Rupanya sampai sekarang, Nathan ini masih menilai Aya dengan seenaknya! "Penulisnya sama saja dengan menipu pembaca. Mungkin, penulisnya juga sama. Penulisnya adalah seorang gadis yang tidak pernah merasakan kejamnya dunia?" Cukup! Aya tidak tahan lagi! Mana bisa ia sabar dengan penilaian laki-laki bernama Nathan yang tidak tahu apa-apa soal dirinya itu?! Padahal, Aya sudah cukup mengalami masa-masa sulit dan berat dengan hidupnya. Aya segera membuka pintu ruangan tersebut dengan tenaga yang cukup kuat. Hanya ia yang bisa merasakannya. Kalau diibaratkan, mungkin saat ini ia bisa saja membalikkan sebuah meja kerja yang ada di dalam ruangan itu. "Maaf! Anda salah besar! Aku bukan seorang gadis yang tidak tahu kejamnya dunia!" kata Aya sembari membuka pintu kantor dengan lebar. Setelah berada di ambang pintu, Aya jadi bisa jelas melihat kedua laki-laki yang tengah membicarakannya. Kedua laki-laki itu menoleh ke arah Aya yang baru membuka pintu. Saat kedua laki-laki itu menoleh karena Aya tiba-tiba masuk begitu saja, Aya dibuat sangat terkejut dengan apa yang dilihatnya. Seolah ada sebuah dentuman kencang satu kali yang melintas di jantungnya. Rupanya, laki-laki yang bernama Nathan itu adalah laki-laki yang pernah menolongnya ketika ia melarikan diri dari suaminya, dulu. Aya masih ingat betul. Dan ini, adalah pertemuan kedua mereka setelah dua tahun berlalu. .
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN