19

1554 Kata
Happy Reading and Enjoy~ Elina menatap ke bawah dan ia tidak melihat siapa pun. Sebelum penyusup itu meracuni Aslan, Aslan sempat menusuk pinggul penyusup itu, tetapi sayangnya tusukannya tidak dalam. Aslan memegang pundak Elina. "Panggil tabib istana," perintahnya. Elina langsung berlari memanggil. "Irene, cepat panggilkan tabib istana sekarang!" Ia melihat Borz masuk dengan wajah panik. "Apa yang terjadi, Yang Mulia?" "Yang Mulia sedang diserang, penyerangnya melarikan diri ke bawah arahkan seluruh pasukan agar mengepung dan memastikan pagar dan seluruh tembok, jangan biarkan dia lolos." Elina memberi instruksi. Tanpa perlu diperintah dua kali, dan setelah memastikan keadaan Aslan baik-baik saja, Borz membalikkan badan untuk melaksanakan perintah. Ia bisa tenang meninggalkan Aslan karena ada Elina yang mengurusnya. Elina langsung menghampiri Aslan, lelaki itu menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Benar, singa raja rimba pun pasti punya kelemahan, begitu pula dengan Aslan. Ia membimbing Aslan agar berjalan ke tempat tidurnya, lalu mendudukkan lelaki itu di sana.  "Saya menyimpan beberapa obat-obatan yang bisa menyembuhkan racun" Elina membimbing tangan Aslan agar menjauh dari wajahnya, racun itu menyebar cepat. Membuat wajah Aslan membiru, bahkan sebentar lagi menghitam. Urat-urat di wajahnya timbul. Aslan mengepalkan kedua tangannya.  "Apakah Anda mengizinkan saya mengobati Anda, Yang Mulia?" Aslan menggangguk sebagai jawaban. "Lakukan yang terbaik yang kau bisa, buat wajahku tetap seperti ini, jangan merusak wajahku yang tampan dengan obat-obatan mu yang tidak benar." Tanpa sadar mulut Elina terbuka, lelaki ini sungguh, oh, bahkan ia kehabisan kata-kata. Ia benar-benar khawatir tadi, tetapi Aslan luar biasa menjengkelkan. Berjalan menjauh sembari menghentak-hentakkan kakinya, ia mengambil beberapa tanaman di dalam lemari tempatnya menyimpan obat-obatan. Ia pernah mendengar tanaman Berry dengan beberapa campuran tanaman Hangue, bisa menyembuhkan penyakit racun. Ada banyak racun di dunia ini, yang paling mengerikan adalah racun yang diracik sendiri, bukan diambil dari hewan. Syukurlah ia punya beberapa tanaman Hangue, dan ia akan mencari tanaman Berry di halaman istana. Elina berjalan ke arah Aslan, ia menyentuh wajah lelaki itu yang sekarang mulai menghitam. Elina menyentuh pelan wajah Aslan, ia memakai sarung tangan. "Saya akan memeriksa terlebih dahulu jenis racun apa ini, Yang Mulia."  Setelah mengambil sedikit racun yang berada di wajah Aslan, Elina kembali berjalan ke arah mejanya. Di atas mejanya sudah tersedia beberapa tanaman dan juga air serta madu, ia melukai tangannya sendiri lalu menuangkan darahnya ke racun untuk menentukan asal usul dari racun tersebut.  Seketika darahnya berubah menjadi di biru, ia pernah mengingat perkataan ayahnya yang mengatakan bahwa jika racun bercampur dengan darah, dan darah itu akan berubah menjadi biru, itu artinya racun diracik sendiri dengan campuran racun serangga. Jika seperti itu, tanaman Berry dan juga Hangue bisa menyembuhkannya dengan cepat. Mungkin sekitar tiga sampai empat hari. Elina menoleh dan melihat Irene berdiri di ujung ruangan.  "Irene, bisakah kau mengambilkan daun Berry di halaman istana?" Irene langsung mengangguk dan menunduk untuk berpamitan. "Baik, Yang Mulia." Ia menumbuk tanaman Hangue dengan halus, setelah itu ia menyaring airnya lalu menambahkan sedikit madu dan juga menumbuk sedikit garam. Kemudian ia mencampurkannya menjadi satu.  Tok ... Tok ... Tok .... Elina berpaling ia melihat tabib istana masuk ke kamarnya,  wajah tabib istana pucat. Mungkin lelaki itu khawatir dengan keadaan Aslan, tersenyum mencoba menenangkan, ia menghampiri tabib istana dengan membawa racikannya. "Aku sudah meneliti racun yang menyerang Yang Mulia Raja dan racunnya bisa diobati dengan tanaman Berry. Kebetulan aku punya tanaman Hangue, akan tetapi jika kau tidak percaya padaku, kau bisa memeriksa Yang Mulia," Perkataan Ratu sudah pasti benar, jika ia memeriksa Yang Mulia Raja, ia bisa terkena masalah karena tidak mempercayai Yang Mulia Ratu. Tapi apa boleh buat, tabib istana langsung memeriksa keadaan Aslan, setelah itu ia beralih kepada Elina. "Boleh saya tahu obat apa yang Anda buat, Ratu?"  Elina tersenyum, ia menyerahkan obatnya secara sukarela. "Ini adalah tanaman Hangue dengan madu dan juga garam, seharusnya ditambahkan tanaman Berry, tetapi pelayanku belum pulang. Aku menyuruh pelayanku untuk mengambilkannya." Tepat saat ia selesai bicara, Irene datang dengan napas terengah-engah. "Ini tanaman yang Anda minta, Yang Mulia." Senyum Elina mengembang.  "Panjang umur dia datang di waktu yang tepat. Sekarang, bagaimana menurutmu?"   Kini tatapannya beralih kepada tabib. "Apakah penawar racun yang kubuat bisa kau terima?" Ekspresi tabib istana sulit dipercaya, antara kagum dan juga shock. Cukup lama ia terdiam hingga mengatakan, "Anda jenius, Yang Mulia Ratu.  Saya mau berpikir seperti itu, tetapi saya tidak pernah memikirkan tanaman berry dan tanaman Hangue bisa menjadi obat. Padahal saya akan memakai tanaman yang lain yang bisa menyembuhkan racun dalam waktu seminggu, tapi Anda mampu membuatnya sembuh dalam waktu tiga hari. Anda benar-benar hebat." Elina tidak mengira bahwa apa yang ia lakukan merupakan hal yang istimewa, padahal ia hanya melakukan apa yang ayahnya dulu katakan.  "Kau terlalu banyak memujiku, tapi apakah ini bisa dipakai?" "Tentu saja bisa, Yang Mulia. Kalau begitu, karena ada Anda yang merawatnya saya pamit undur diri." Tabib itu ingin melangkah, tetapi Elina langsung mencegahnya. "Jangan pergi, apa yang kau lakukan? Tetap disini selagi aku menghaluskan daun Berry. Kau bisa berada di samping Yang Mulia untuk memberikan sesuatu yang membuatnya merasa tenang, racunnya sudah semakin menyebar, pasti Yang Mulia tidak bisa menahan rasa sakitnya." "Kau pikir aku apa, Daviana? Bahkan ketika racun disiramkan ke seluruh tubuhku, aku masih bisa menahannya. Kau mungkin lupa bahwa aku adalah Aslan, Raja terkuat di dunia ini." Aslan menyahut dari arah ranjang, membuat Elina bukannya takut, tetapi malah menahan senyumnya. "Baik, Yang Mulia. Jika seperti itu Anda harus menunggu lebih lama lagi, sampai saya menyelesaikan obatnya." Tepat saat ia selesai bicara, Aslan menjerit sembari memegang wajahnya. Racun jika menyerang manusia tidak sakit dalam beberapa waktu, dan dalam beberapa waktu kemudian akan menjadi lebih sakit dan tidak bisa ditolerir. Saat tidak kambuh, Aslan akan berbicara dengan nada sombong, tapi jika sedang kambuh lelaki itu memjerit-jerit. Sungguh, saat ini dirinya tampak seperti pecundang. Pasti setelah ini Aslan tidak mau mengakuinya, lelaki itu terlalu sombong untuk mengakui kekalahan. Syukurlah yang berada di ruangan ini adalah orang-orang terdekat lelaki itu, tabib pengecualian. Elina kembali ke mejanya dan mulai menghaluskan daun Berry, seperti yang dilakukannya pada  tanaman Hangue. Ia memeras  airnya lalu mencampurkannya pada tanaman Hangue dan mengaduk-ngaduknya. Baunya sangat tidak menyenangkan, setelah selesai ia langsung menghampiri tabib istana.  "Kau bisa mengoleskannya pada Yang Mulia." Seharusnya dirinya sendirilah yang mengoleskannya kepada Aslan, karena lelaki itu suaminya, tapi biarkan saja tabib istana yang melakukannya. Pikirannya langsung melayang. Jika Aslan sakit, pasti lelaki itu tidak sempat mengurusi istana.  Saat itulah ia akan menemui Sebastian dan meminta Sebastian mengajarinya tentang mengembangkan kekuatan, sebenarnya ia masih marah pada Sebastian, tetapi bukan berarti ia harus berbalik badan dan meninggalkan lelaki itu. Ia juga bisa bertanya pada Sebastian, siapakah Pangeran Ozza. Mungkin Sebastian tahu, karena lelaki itu sudah lama menjadi teman Aslan dan sudah lama hidup di dunia. Elina berjalan mendekati Borz ketika tabib mulai mengoleskan obat diwajah Aslan. "Apakah pasukan yang berada di desa Dyraz sudah pulang?" "Sudah, Yang Mulia, tetapi mereka masih di perjalanan." Ia tidak mau bertanya secara langsung mengenai Sebastian, bisa-bisa Borz curiga, lelaki itu adalah tangan kanan Aslan. "Mengapa kau mengoleskan obatnya ke wajahku mana permaisuriku?" Elina dan Borz bersamaan menoleh ke arah Sebastian. Ia mengerutkan dahinya, mengapa Aslan tahu bahwa tabib istana yang mengoleskan obatnya, bukannya dirinya? Elina menghampiri lelaki itu dengan wajah ditekuk. "Daviana!" Aslan berteriak dengan suara nyaring. "Saya di sini, Yang Mulia. Apa yang Anda inginkan?" "Apa kau membiarkan orang lain menyentuh wajahku?" Elina menghela napas. "Orang lain yang menyentuh wajah Anda itu adalah tabib istana, Yang Mulia. Anda yang meminta saya untuk memanggilnya agar bisa mengobati Anda." "Siapa yang membuat obatku?" Aslan bertanya. "Saya, Yang Mulia." Elina menjawab.  "Siapa yang seharusnya berhak mengoleskannya?" Ia terdiam sesaat sebelum menjawab dengan suara yang sebisa mungkin terdengar biasa saja.  "Tentu saja tabib istana yang berhak mengoleskan obatnya,  Yang Mulia." "Pikiran apa itu! Kau yang membuat obatnya, seharusnya kau yang mengoleskannya, karena kau yang tahu bagian-bagian mana yang wajib dioleskan lebih banyak obat."  Aslan mengibaskan tangannya ke udara. "Tabib istana, kau boleh pergi." Tabib istana mengangguk ke arahnya sebelum menunduk dan berpamit untuk meninggalkan ruangan. Aslan mengibaskan tangannya ke udara untuk kedua kalinya. "Kalian semua boleh pergi, kecuali Daviana, Borz kau juga pergi. Selidiki penyusupnya, tinggalkan kami berdua. Pastikan mereka melindungi kami dalam jarak yang dekat, suruh para pengawal itu berjaga. Daviana, kau mendekat dan obati aku. "Baik, Yang Mulia."  Ia mendekat menggantikan tabib istana. Saat ia menyentuh wajah Aslan, lelaki itu langsung berbicara. "Aku ingin membuat kesepakatan denganmu." Ah, ternyata begitu. Lelaki itu menyuruh semua orang keluar karena ingin membuat kesepakatan dengannya, kapan Aslan tidak memanfaatkan kelebihan seseorang? Berpura-pura tidak tahu, Elina menjawab. "Kesepakatan apa itu, Yang Mulia?" "Aku melihatmu berbakat dalam bidang medis, bahkan tabib istana saja mengakuinya. Agar kau menjadi Ratu yang baik, kau harus mengorbankan dirimu untuk para rakyat yang sakit. Mereka akan sangat tersanjung jika Ratu sendirilah yang mengobati mereka, aku akan membuka setiap dua hari selama satu pekan agar para rakyat datang untuk berobat padamu. Selain mengangkat namamu diantara para rakyat, kau juga bisa menyalurkan bakatmu pada hal yang berguna. Dan juga hal ini akan menjadi perbincangan di kerajaan-kerajaan lain, mereka akan mengatakan bahwa ratu Aslan sempurna." Tanpa sadar ia mendengus, ujung-ujungnya ia membuat nama lelaki itu baik dan juga untuk kepentingan lelaki itu sendiri, tetapi saran Aslan tidak buruk. Dia bisa berinteraksi dengan para warga dan bertemu dengan banyak orang yang berbeda-beda karakter. Sebenarnya inilah yang diinginkannya, menjadi tabib. Ia akan menerima tawaran Aslan, juga sewaktu-waktu akan mengembangkan kekuatannya lebih baik lagi kepada Sebastian. Bersambung ...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN