18

1009 Kata
Happy Reading and Enjoy~ Elina tidak tahu apa pengaruh ucapannya kepada Aslan. Ia tidak tahu rahasia besar penduduk istana di Alasjar, rahasia yang menjadi ingatan pahit dan tidak boleh di angkat ke permukaan. Bahkan sekadar menyebut namanya saja, mereka di haramkan.  Pangeran Ozza adalah pangeran yang membangkitkan kenangan buruknya, dan yang mengubur semua mimpi-mimpi masa kecilnya. Pangeran serakah sekaligus lelaki yang telah merampas semua kebahagiaannya. Dulu ia tidak menaruh rasa benci pada abangnya itu, tetapi ternyata pangeran Ozza tidak sebodoh beritanya yang beredar. Dia memanipulatif, membohongi, dan penghasut andal.  Tanpa bisa dicegah Aslan langsung mendekat dan mencekik leher Elina, membuat gadis itu terkesiap. Kenapa? Bukankah ia sengaja mengelak dengan mengatakan apa yang dilihatnya dari masa depan agar Aslan tidak marah kepadanya, tetapi kenapa lelaki ini semakin marah? "Katakan di mana pangeran Ozza itu?" Aslan bertanya dengan suara yang dalam, dingin, dan juga sedikit tertekan. Tidak tahu apa yang terjadi, tetapi jari-jemari Aslan yang mencekiknya terasa gemetar, bibirnya juga gemetar, seolah-olah kita menahan sakit. Kenapa? Dengan susah payah akhirnya ia menjawab, "Aku tidak tahu, aku hanya melihatnya mengatakan bahwa ia yang telah melukai para warga di desa Dyras. Aku tidak bisa melihat wajahnya."  Di akhir kalimat suara Elina terdengar seperti cicitan tikus. Aslan melepaskan cekikannya, tangannya beralih memegang belakang leher Elina. Ia menunduk sebelum gigi taringnya muncul dan menancapkannya di atas leher gadis itu. Didorong rasa amarah dan juga frustrasi, tanpa sadar Aslan menghisap darah Elina dengan kuat. Membuat gadis itu menjerit kesakitan. Menghisap dengan cara seperti itu bisa menimbulkan iritasi dan luka yang sulit sembuh, jika sembuh pun dalam waktu yang lama, tapi saat ini pikiran Aslan sedang kalut. Ia sudah membunuh Pangeran Ozza, bahkan kuburannya sendiri berada di samping kuburan penyihir yang tidak lain adalah ibunya sendiri. Mengapa lelaki itu hidup lagi? Apa jangan-jangan pangeran Ozza hidup di tubuh orang lain sama seperti Elina yang saat ini berada di tubuh Daviana? Aslan menghentikan isapannya dan saat itu Elina langsung jatuh pingsan, ia mengangkat tubuh wanita itu lalu membawanya ke kamar. Biasanya setelah meminum darah Elina, ia bisa melihat masa depan yang juga dilihat oleh gadis itu sebelumnya, ia ingin melihat apa yang terjadi pada Pangeran Ozza. Aslan berjalan ke balkon kamar Elina, ia memejamkan matanya di sana dan berkonsentrasi penuh pada tujuannya. Semuanya tampak sama, gelap, hening, lalu tiba-tiba sebuah panah melesat dan hampir mengenai wajahnya. Jika saja ia tidak menghindar, mungkin anak panah itu bisa melukai wajahnya. Aslan langsung menoleh dan menatap tajam ke arah halaman di bawah balkon. Ia memperhatikan dengan tajam seluruh ruangan yang berada di sana. Elina! Aslan langsung berbalik untuk melihat gadis itu. Tepat pada saat itu, seseorang berpakaian hitam melesat ke arahnya dan menusukkan belati ke punggungnya. Dengan sangat cepat, Aslan menghindar, dan orang berpakaian hitam itu hanya menusuk udara.   Aslan maju ke depan, menangkap tangan penyusup itu. Tidak mau kalah, penyusup itu menggunakan trik hingga tangannya terbebas, lalu memutar badan dan kembali melayangkan belatinya.  Aslan yang sudah tahu trik itu segera menghindar menangkap pergelangan tangan penyusup itu lalu mengarahkan berlati yang dipegangnya ke arah d**a sang penyusup, tetapi Aslan tidak ingin membunuhnya. Ia harus mencari tahu terlebih dahulu siapa yang mengutus penyusup ini, dan itu adalah kesalahannya, karena kebaikan hati Aslan dimanfaatkan untuk penyusup itu melarikan diri. Saat melihat Aslan ragu untuk menusukkan belatinya penyusup itu menendang tangan, Aslan dengan kuat, karena sadar ia takkan menang melawan Aslan, penyusup itu berlari, tapi bukan Aslan namanya jika ia membiarkan penyusup itu melarikan diri. Dengan mengerahkan kekuatan tenaga dalam Aslan menarik tubuh penyusup itu mendekat ke arahnya lalu mengalungkan lengannya di leher penyusun itu dan mencekiknya. "Siapa yang mengutusmu?" tanyanya dengan suara dingin. Aura hitam menguar dari seluruh tubuhnya.  Penyusup itu memakai penutup wajah berwarna hitam, Aslan membuka penutup wajah itu dan tanpa ia sadari, penyusup itu menyisipkan racun di ujung bibirnya. Dia sudah menduga bahwa Aslan akan membuka penutup wajahnya, sehingga ketika hal yang diperkirakannya terjadi, penyusup itu menghembuskan racun ke wajah Aslan.  Membuat Aslan menjerit dan memegang wajahnya yang terasa panas, gerakan refleknya membuat cekikan lengannya di leher penyusup itu terlepas. Jeritannya cukup nyaring, sehingga membangunkan Elina yang tertidur dan juga Borz yang langsung melesat menghampirinya. Bagaimana bisa ada orang yang begitu hapal dengan gerakan yang ingin dilakukannya? Aslan selama ini tidak pernah kalah, ia selalu menang. Trik yang dilakukannya dan juga gerakan  yang akan di tampilkannya untuk yang selanjutnya tidak pernah terbaca oleh orang lain, tetapi kali ini berbeda. Seolah-olah penyusup ini sudah tahu apa kelemahan dan kekurangannya. Selama ini yang selalu mengikutinya ketika perang adalah Garham dan Sebastian, mereka mungkin tahu triknya dan juga gerak-geriknya, tetapi ketika melawan mereka satu-persatu sudah jelas Aslan yang menang. Kekuatan Aslan lebih besar daripada mereka, tetapi bukan berarti ia tidak punya kelemahan. Kelemahannya hanya satu, ia tidak bisa berperang menggunakan cara licik. Aslan selalu mengerahkan tenaganya, kekuatan, dan juga trik dari otaknya yang cerdas. Racun adalah permainan licik dan k**i. Racun juga permainan kalangan bawah yang sebenarnya sangat dilarang di dalam istana, Aslan membenci para b***k dan juga penyihir. Alasan utamanya adalah ratu Adalia dan juga Pangeran Ozza. Ratu Adalia bagaikan penyihir dan hal itu membuat Aslan memusnahkan seluruh penyihir yang ada di Alasjar dan Pangeran Ozza mengingatkannya pada dirinya, yang berasal dari b***k.  Kalangan b***k banyak menggunakan racun sebagai s*****a mereka, sebab itulah Aslan mengurung para b***k-b***k di ruangan yang dulu pernah dijadikan tempat untuk mengurung dirinya. Padahal tidak semua b***k menggunakan racun. Aslan tidak pernah menganggap remeh siapa pun musuh yang bertarung melawannya, ia selalu melakukan yang terbaik, tetapi jika pertarungan itu menggunakan racun, maka jalan satu-satunya adalah melepaskannya. Selain trauma pada segala macam racun, Aslan juga tidak bisa mengalahkan orang yang yang bermain menggunakan racun. Jika mereka bertarung dengan menggunakan tangan kosong atau menggunakan kekuatan tenaga dalam, maka Aslan dengan mudah menjatuhkannya, tetapi penyusup itu menggunakan racun sebagai s*****a, mau tidak mau penyusup itu terpaksa dilepaskannya. Saat racun mulai menyebar ke seluruh wajahnya, Aslan terpaksa melepaskan penyusup itu. Ia memegangi wajahnya sembari mengerang. Saat Elina terbangun, wanita itu langsung menghampiri Aslan dan menanyakan dengan suara yang begitu panik.  "Ada apa dengan Anda, Yang Mulia? Ada yang bisa saya bantu?" Bersambung...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN