Sambil nunggu Starla yang lagi ganti baju, Bintang mengambil ponselnya. Memotret suasana langit malam.
Membuka akun instagramnya, Bintang meng-upload hasil jepretannya tadi di story dengan dibubuhi caption lalu tak lupa mentag akun Starla. Gambar langit yang dihuni dua bintang di sana dengan suasana malam yang teduh menambah kesan seolah alam semesta sedang merestui mereka untuk berkencan malam ini.
Teman tapi mesra? atau sahabat yang selalu ada, yang direstui semesta? Dua-duanya masih menjadi misteri saat ini.
Setelah terkirim di beranda cerita. Bintang tersenyum kembali. Meletakkan ponselnya di saku celana.
"Yuk!" Untung tidak kaget, saat berbalik sudah mendapati Starla berdiri dengan senyuman teduhnya.
Memakai hoodie hitam sama dengan yang dipakai Bintang warnanya. Gadis itu kelihatan sangat imut sekali. Celana kulot panjang berwarna biru pudar. Dengan rambut yang dikuncir kuda, sepatu putih yang membalut kakinya menambah kesan cewek itu sangat semakin menggemaskan. Ingin sekali membawa karung lalu dibawa pulang ke rumah.
Pikiran Bintang berkelana ngawur, hampir mengembang senyumnya yang dia tahan. Gengsi dong senyum di depan doi, mending ditahan aja katanya.
Mengalihkan suasana sekilas yang canggung, cowok itu menarik tangan Starla dengan lembut. Membawa gadis kecilnya itu melangkah pelan tanpa suara.
Hatinya sedang bergemuruh hebat. Ada sesuatu yang bergejolak di rongga dadanya. Apakah jatuh cinta dalam diam seriuh ini?
Tampak biasa namun hati begitu ramai ingin mengutarakan. Bukan waktu yang tepat untuk sekarang ini, tahan dulu.
Bintang takut melukai Starla jika dia sudah mengutarakan apa yang dirasakannya. Takut jika perasaannya akan berubah seiring waktu, tanpa sadar akan melepaskan apa yang sudah lama ia nantikan.
Terkadang siklus rasa memang begitu. Kita tidak ingin, tapi kenyataannya memang begitu. Datang, menorehkan kenyamanan lantas semesta atau buku takdir mengubahnya di bab berikutnya.
Rasa takut itu menjalar sampai membuat tangannya dingin, menggenggam Starla pun sangat erat sampai meremas jari-jari kecil cewek itu. Starla yang merasakan sentuhan dingin di telapak tangannya mendongak sambil berjalan. Sesekali melirik tangan Bintang yang sangat erat sekali meremas genggaman mereka.
Ingin bertanya tapi tidak enak hati. Fokus pada wajah Bintang yang tampak datar, namun sorot matanya mengisyaratkan ketakutan. Membuatnya tiba-tiba tersandung aspal trotoar.
Brukkk!
"Aw!" Mendengar pekikan, lamunan Bintang tersadar.
Melirik ke sampingnya tidak ada siapa-siapa. Melihat ke bawah, Bintang melongo. Starla sudah terjatuh dengan terduduk di atas aspal. Menunduk, memegang lututnya sendiri.
Bintang langsung sigap berjongkok membelakangi gadis itu, di depan Starla mengisyaratkan gadis itu untuk naik dengan menepuk punggungnya.
Tidak ada sesuatu berat yang menempel di punggungnya itu, Bintang bersuara. "Naik!" perintahnya tegas namun lembut.
Starla naik ke punggung Bintang. Cowok itu membawa tubuh doi yang cukup berat berjalan ke arah halte. Alun-alun lumayan jauh, jadi mereka akan naik bus untuk ke sana.
Bintang menggendong Starla hampir 7 menit, hingga akhirnya mereka sampai di halte juga.
"Bintang."
"Apa?"
"Turunin gue di bangku!"
Bintang dengan cepat berjalan menuju bangku halte yang tersedia di sana, mendudukkan dengan pelan Starla di sana.
Hanya melihat luka di lutut Starla, cowok itu menggaruk tengkuk lehernya. Ada darah di sana, mendadak ia jadi merinding sendiri.
Pelan-pelan mendekati cewek itu, berjongkok sambil meringis seolah dia yang keperihan. "Bawa plester nggak?" Starla menggeleng.
"Lo kira gue kotak obat berjalan hmm?" Starla mau ngakak tapi kesel juga.
"Ya kali lo bawa persiapan sebelum jatuh kan." Bintang mulai ngawur. Si doi malah nyengir nggak jelas.
"Jatuh mana yang dipersiapkan oncom!" Gemes sendiri sama kelakuan Bintang. Kadang bikin melting kadang ngeselin tingkat dewa begini.
Menjambak dengan refleks rambut Bintang, Starla melampiaskan kegemasannya dan juga perih yang menjalar saat cowok di depannya itu menyentuh lukanya secara tiba-tiba.
"Aw, aw!" Bintang memekik. Bukan karena sakit dijambak tapi respon lebaynya yang ikutan merasakan perih karena memegang luka Starla.
Bintang kemudian mendongak, saat merasakan jambakannya lumayan keras namun tidak ada suara apa pun. Cowok itu menatap wajah Starla yang memejam, masih menjambak rambutnya. Gadis itu tampak lucu. Menurun ke bawah sana di wajahnya, ada benda kecil mungil dengan warna pink murni membuat pikirannya teralihkan. Bintang memajukan wajahnya pelan mengikut ritme jantungnya yang berdebar, sedangkan Starla melepaskan tangannya dari rambut Bintang ketika cowok itu semakin maju ke depan, hembusan napasnya terasa di sekitar wajahnya.
Mata itu terbuka perlahan saat Bintang sudah ada di depan wajahnya dengan jarak yang sangat meresahkan.
"Mau ngapain?" Dengan polosnya Starla bertanya, membuat Bintang langsung tersadar memundurkan wajahnya dengan cepat berdiri membelakangi Starla.
Bintang menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Membenarkan rambutnya, membenarkan hoodienya. Cowok itu salting, melting malu sendiri hampir saja bablas. Hampir melakukan hal tidak senonoh di tempat umum begini, ia merutuki dirinya sendiri.
Cowok mana yang akan tahan dengan wajah gemas dan bibir mungil Starla itu secara dekat seperti tadi. Nggak tahan!
Hampir khilaf, menjadikan Bintang canggung sendiri. Padahal Starla tidak sadar apa yang ingin Bintang lakukan tadi. Buktinya cewek itu sekarang malah kebingungan sendiri.
Untung ada bus yang menyelamatkan mereka. Bintang memapah Starla, masih malu sendiri. Berusaha tampak biasa tapi lagi-lagi wajah Starla menghipnotis pikirannya.
Menggeleng, mengenyahkan pikiran kacaunya, Bintang naik ke bus bersama Starla. Menekan kartu untuk dua orang lalu duduk di deretan bangku tengah bus yang sepi.
Hanya ada sekitar 5 orang terutama mereka berdua ditambah supir bus di depan sana.
Starla duduk di dekat jendela, menikmati pemandangan malam Ibu Kota. Malam Minggu gini jalanan cukup ramai. Banyak pedagang dan anak tongkrongan di pinggir jalan.
Jarak tempuh halte ke alun-alun sekitar 10 menitan. Hanya saling berdiam, Bintang memejamkan matanya. Saat Starla melirik ke samping kirinya, ia melihat wajah teduh dan alis tebal milik Bintang.
Tanpa persetujuan si pemilik wajah itu, Starla perlahan menyentuh kelopak mata dengan alis tebal dan lentik milik Bintang menggunakan jari telunjuknya dengan pelan. Takut Bintang bangun dan ia ketahuan sedang menikmati ciptaan Tuhan yang entah sejak kapan sudah menghuni rumah di dalam hatinya yang tersisa sebagian.
Starla tersenyum singkat, memainkan alis Bintang. Semakin menikmati wajah tampan Bintang secara suka rela.
Rem mendadak pertanda bus berhenti membuat tangannya dengan cepat ia tarik, memasang wajah biasa menatap keluar jendela.
Bintang bangun, melirik Starla. Cowok itu tersenyum manis. "Nggak mau turun?" Berdiri, tertawa sedikit lalu berjalan ke arah pintu yang terbuka.
Diikuti Starla yang salting di belakangnya. Mereka turun tepat di halte seberang alun-alun.
Suasana malam yang indah dengan para pengendara motor serta muda-mudi yang riuh berbincang membuat bibirnya tersungging.
Bintang menggandeng tangan Starla, membawa gadis itu berjalan melewati zebra cross. Lampu merah, kaki panjang Bintang menyeret tubuh Starla untuk berlari kecil. Sampai di depan gapura alun-alun.
Mata Starla langsung disuguhi berbagai macam hal. Ada yang menarik perhatiannya, bando kucing menyala. Starla gemas, cewek itu berlari ke arah stand itu. Bintang menggeleng sambil tersenyum. Memaklumi bocah remaja mirip adik kecil yang sangat bahagia itu.
"Lo mau?" Starla mengangguk. Kemudian cewek itu membuka tasnya, yang langsung dicegah oleh Bintang.
"Bang 2 ya!" Bintang mengeluarkan uang dua puluh ribuan dua lembar.
Starla menarik kedua alisnya ke atas, Bintang membayar semua ini? Semakin berdebar jantung Starla, rasanya udah kaya dijajanin doi sendiri haha.
Jomblo yang baca jangan iri.
Setelah membayar dua bando dengan kepala kelinci, Bintang memakaikannya di kepala Starla. Bergantian ia kenakan yang satunya juga di kepalanya sendiri. Mereka saling tertawa ringan saat menatap satu sama lain. Ya, mereka memilih bando kelinci bukan kucing yang Starla lihat.
Starla mengambil ponselnya. "Foto yuk!" Starla sudah membuka kamera ponselnya, mengacungkannya ke depan wajah mereka.
Bintang yang tinggi mendekat ke arah Starla. Bersiap untuk berpose. Mereka berdua melakukan gaya pose dengan dua jari menunjukkan peace sambil tersenyum lebar. Pose kedua, Bintang menaruh kedua tangannya membentuk love di atas kepala Starla dengan wajah menghadap ke kamera, sedangkan Starla membentuk tanda sarangheo dengan jari telunjuk dan ibu jari yang menyilang.
Keduanya tampak bahagia. Sampai beberapa kali mengambil foto dengan pose yang super gemas sampai yang konyol.
Setelah melakukan itu, keduanya berjalan-jalan. Bintang berhenti, menarik Starla tanpa aba-aba menghampiri stand harum manis berbentuk kepala kucing yang digantung dengan warna-warni. Starla mengikuti Bintang. Cowok itu mengambil satu makanan itu, kemudian membayarnya.
"Lo suka, kan?" Bintang menyodorkan harum manis berwarna pink tua itu ke hadapan Starla.
Mengangguk antusias, Starla agak pura-pura nggak peka. "Buat gue?"
Bintang mengangguk. "Iya gue bagi dikit ya hehe." Starla mengangguk antusias.
Kemudian gadis itu menerimanya, membukanya dengan perlahan. "Duduk di situ aja yuk!" Starla tidak menunggu persetujuan Bintang, cewek itu langsung nyelonong sambil bawa harum manisnya ke bangku yang bisa diduduki dua orang di dekat lampu kecil warna-warni.
Mereka duduk. Starla kembali melanjutkan aktivitasnya. Setelah dibuka, Starla menyodorkan harum manis ke hadapan Bintang. "Nih, katanya bagi dua."
Bintang nyengir. Mengacak gemas rambut Starla. Cowok itu mengambil harum manisnya, lalu tanpa diduga menyodorkannya ke depan mulut Starla. "Aaaaa. Dede gemes ayo buka mulutnya. Aaaa." Lucunya raut wajah Bintang membuat Starla terkekeh salting.
Melahap harum manis suapan Bintang. Starla mengambil harum manis sendiri, mengunyahnya ke dalam mulut sendiri. Padahal Bintang berharap Starla menyuapinya. Tadi kan sudah dipancing tapi kenapa nggak peka? Batin Bintang tidak habis pikir dengan kelemotan Starla itu.
Alih-alih memperhatikan Starla. Cowok itu melirik bekas harum manis yang menempel di sudut bibir gadis itu. Refleks Bintang mengambilnya dan membuangnya sembarangan, membuat Starla berjingkat terkejut.
"Ngagetin aja sih." Mengelus dadanya yang hampir copot. Bintang si pelaku hanya nyengir lucu.
"Mau lagi?" Bintang bertanya. Starla menyengir, dia hampir lupa bukannya dibagi dua malah dirinya yang menghabiskan sendirian.
Starla mengambil harum manis yang tersisa setengah, menyodorkan makanan itu ke depan mulut Bintang. Si pemilik wajah yang saat ini sedang menahan salting pelan-pelan memajukan mulutnya, melahap suapan itu. Mengunyahnya dengan senyuman yang ia tahan. Untung Starla tidak lihat, cewek itu berdiri membuang bekasnya ke dalam tong sampah dekat kedai mendoan.
Starla menunggu Bintang menyusulnya di depan sana. Bintang yang masih salting jalan agak lambat. Untung Starla sabar menunggu. "Makan mendoan mau?" Starla menawarkan. Melihat Bintang yang cuma diem aja ia kembali bersuara.
"Oh lo maunya di restoran, ya?" imbuhnya.
Bintang menarik tangan Starla tanpa menjawab pertanyaan cewek itu.