Bab 1. Bertemu Dengan Mantan

1150 Kata
Happy Reading. "Evelyn, jam 8 kamu harus ke kantor karena ada klien yang ingin bertemu denganmu," ujar Alma masuk ke dalam kamar putrinya. "Oke Bu, ini aku juga udah siap," jawab wanita cantik itu memoleskan lipstik di bibirnya agar terlihat lebih fresh. "Udah cantik, banyak yang antri ingin melamar kamu, tapi kamu nya yang belum mau." Alma mendekati sang putri yang kini telah selesai merias dirinya. "Lupakan masa lalu, tatap masa depan. Kamu harus bisa membuka hati kembali, sayang." Evelyn membalikkan tubuhnya dan menatap sang ibu sambil tersenyum. "Aku sudah ada Ibu dan Aldo, itu sudah cukup. Rasanya tidak perlu menikah lagi, hidup bersama kalian sudah cukup membuatku bahagia," ujar wanita berambut panjang itu. Alma mengelus pipi sang putri, rasanya masih terasa sakitnya saat melihat putrinya harus mengalami cobaan yang begitu berat. Suaminya selingkuh dan dia harus berjuang melahirkan anaknya sendiri tanpa didampingi pria itu. Perceraian membuat Evelyn hampir depresi, Alma selalu berusaha menguatkan putrinya agar bisa bertahan dari segala cobaan hidup. Jam sudah menunjukkan pukul 07.30 dan Evelyn memutuskan untuk langsung pergi ke kantornya karena hari ini ada klien yang memesan wedding organizer mereka dan sudah membuat janji terlebih dahulu. Klien tersebut meminta bertemu di pagi hari karena mereka memiliki jadwal padat untuk mempersiapkan pernikahan. Evelyn memang sudah menjanda selama Enam tahun, ada beberapa pria yang mendekatinya, tetapi wanita itu sama sekali tidak ingin membuka hati untuk pria lagi ataupun menikah di kemudian hari. Bagi Evelyn di usianya yang sudah 33 tahun ini dia hanya ingin membesarkan Aldo sampai bisa melihat putranya itu sukses. "Halo?" Evelyn menyambungkan bluetooth earphone setelah mendapatkan sebuah panggilan telepon. "Apakah ini Nona Calista?" suara seorang wanita di sebrang yang Evelyn yakini adalah kliennya. "Iya, saya Calista, apakah ini dengan Nona Laura Brian?" "Iya, saya Laura, saat ini saya sudah menuju ke kantor A.Y. Eemm ... saya hanya ingin memberitahukan hal itu." "Baiklah, Nona Laura, saya akan menunggu Anda." "Baik, terima kasih Nona Calista." Laura menyimpan ponselnya di dalam tas mahalnya, wanita ini adalah seorang pebisnis muda yang tengah melambung karirnya di bidang perhotelan. Pewaris dari Brian Delux grup peninggalan kakeknya. "Sayang, nanti konsep pernikahan kita aku mau kamu ikut menentukan, jangan cuma ngikut aku terus, semuanya selalu ngikut, gak mau kasih ide, jadi kan kesannya kaya cuma aku aja yang ngebet nikah!" ucap Laura pada pria di sampingnya itu. "Hemm, aku harus kasih ide apa? Semua ide yang kamu keluarkan udah bagus, kok. Ya aku tinggal ngikut, kalau kamu suka, aku juga suka," jawab Justin. Laura sedikit terkejut dengan penuturan calon suaminya kali ini yang sedikit panjang, biasanya Justin hanya berbicara singkat, jelas, padat, dan tidak pernah suka bertele-tele. Kesan dingin dan wajah yang datar itulah yang menjadi daya tarik tersendiri bagi Laura saat melihat pria ini dua tahun lalu. Justin adalah salah satu kliennya yang sedang membutuhkan modal untuk perusahaannya yang sedang kritis, sejak pertama kali melihat pria ini, Laura langsung jatuh hati, akhirnya dia memberikan bantuan modal kepada pria itu. Laura berusaha mendekati Justin dan terus membantu bisnisnya, hingga akhirnya mereka berakhir seperti ini, menjadi pasangan calon pengantin. "Oke-oke, kamu memang selalu menuruti keinginan ku, sayang," jawab Laura tersenyum. Sebenarnya dia sedikit tidak nyaman dengan sikap Justin yang masih nampak dingin itu, tetapi setelah mengenalnya dua tahun ini, sepertinya Laura sudah cukup mengerti dengan sifat pria itu. Tidak lama setelah itu mereka akhirnya sampai di kantor Wedding organizer A.Y milik Evelyn, sebenarnya Wedding organizer itu di dirikan oleh ibunya dan dia yang meneruskan. Justin turun dari mobil terlebih dahulu, kemudian berjalan memutar ke arah pintu samping dan membukakan pintu untuk calon istrinya. "Terima kasih," ucap Laura tersenyum, hatinya menghangat melihat sikap calon suaminya itu. Justin hanya berdehem dan menggandeng tangan wanita yang usianya lebih muda tiga tahun itu. Di sisi lain. Evelyn mempersiapkan beberapa desain pernikahan modern dan klasik, dia akan menawarkan beberapa desain pernikahan ala jaman dahulu juga, mungkin konsep pernikahan modern sudah sering di pakai oleh para WO di luar sana. Untuk WO A.Y mereka menyiapkan desain pernikahan klasik dan kuno / jaman dulu, desain ala kerajaan dan juga internasional. "Nona Evelyn, klien kita sudah datang," ucap asisten Evelyn yang bernama Daisy. "Oh, baiklah, aku akan segera ke sana, suruh mereka menunggu," jawab Evelyn "Baik Nona, sekalian beberapa majalah desain ini saya bawa," ujar Daisy menumpuk beberapa majalah desain pernikahan di atas meja. Sedangkan Evelyn sendiri mengambil tablet dan membawanya di depan d**a, melangkah dengan mantap bersama Daisy di sampingnya. Mereka menuju ke ruangan tempat menerima tamu klien. Dengan langkah pasti, Evelyn menampilkan senyum cantiknya saat berpapasan dengan beberapa karyawan yang bekerja tempat tersebut. "Sepertinya Nona sangat semangat?" tanya Daisy berusaha menyamakan langkahnya dengan langkah Evelyn. "Tentu saja, Daisy, aku memang merasa sangat senang, sepertinya aku bisa meluncurkan desain tema pernikahan premium milikku," ucap Evelyn. "Aha, maksud Anda desain Spring and lilies?" "Yups, tepat sekali. Sudah lama aku membuat desain ini dan akhirnya selesai dua minggu yang lalu, aku ingin memperlihatkan pada klien kita kali ini, siapa tahu nanti WO kita bisa menjadi lebih terkenal apabila desain ku sukses di sukai oleh semua orang." Dengan senyum mengembang Evelyn berencana untuk bisa meluncurkan desain pernikahan premium miliknya. Dia akan membuat WO A.Y semakin maju dan terkenal. Tidak terasa keduanya sudah sampai di lantai 2, di mana kliennya Laura dan calon suaminya menunggu. Laura dan Justin tersenyum ketika melihat pintu ruangan terbuka. Daisy membukakan pintu dan mempersilahkan Evelyn masuk. Justin terpaku, senyum di wajahnya luntur seketika. Dia melihat seseorang yang selama ini selalu hadir di dalam pikirannya. Wanita yang dulu pernah dia sakiti sangat dalam dan membuat hatinya juga ikut hancur karena kebodohannya. Evelyn sendiri juga tidak kalah terkejutnya melihat pria yang pernah menyakitinya di masa lalu itu, jantung keduanya sama-sama berdegup dengan kencang. Bagaikan kepingan kaca yang telah hancur, hati Evelyn dan Justin perih dan sakit. Dipertemukan dengan orang yang pernah berharga di kehidupan mereka dan berakhir dengan tragis sungguh hal yang tidak pernah di duga. Di saat situasi yang seperti ini? Situasi yang sangat janggal! Justin menelan Saliva nya ketika Daisy memperkenalkan Evelyn padanya dan Laura. "Evelyn, akhirnya aku menemukanmu, di situasi yang seperti ini! Aku senang kau baik-baik, saja! Aku harap kamu mau memaafkan ku," batin Justin. Pria itu terlihat kaku saat Evelyn mengajaknya bersalaman. Mantan istrinya itu terlihat semakin dewasa, cantik, dan, mempesona. Itulah kesan pertama kali saat mantan istrinya itu menjabat tangannya. Evelyn lah yang menjadi pemimpin wedding organizer yang akan Justin gunakan dalam pernikahannya dengan Laura. Antara senang, bahagia, sedih, kecewa dan hancur. Justin dilema. "Nona Evelyn Calista, ini adalah calon suami ku, Justin," ucap Laura membuat Evelyn mengalihkan tatapannya dan menarik tangannya dari genggaman sang mantan. "Oh, iya, senang berjumpa dengan Anda berdua, silahkan duduk, Nona dan Tuan!" " Astaga! Mimpi apa aku semalam? Kenapa pria ini ada di sini? Dan dia akan segera menikah? Dasar buaya buntung, eh bukan! Dasar buaya darat! Tidak bisa menahan diri untuk tidak bersama dengan wanita cantik! Cih, kenapa juga klienku harus pria ini!" jerit Evelyn dalam hati. Bersambung.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN