Bab. 32

1169 Kata

“Bukan begitu, Dokter Haidar!” Wahid langsung menundukkan wajahnya. Haidar menghela napas dalam. Mungkin ia terlalu jelas menyerang lelaki dengan rahang tegas itu. “Sejujurnya saya merasa bersalah pada Aisyah dan menyesal telah menyakitinya ... mungkin dokter belum mengalaminya, bagaimana rasanya tersiksa karena rasa bersalah pada orang yang selama ini mengorbankan hidupnya demi saya,” ungkap Wahid pelan. Haidar terdiam. Ucapan Wahid sangat menusuk hatinya. Kedua bola matanya mendadak berembun, walaupun tipis. Ia bahkan tersenyum sinis. “Pak Wahid!” panggilnya pelan, tetapi Wahid langsung menaikkan pandangannya. Dokter tampan itu menaikkan bola matanya seraya mengatur napasnya agar embun tipis pada matanya menghilang. Kemudian ia berdeham kecil. “Boleh saya memberi saran?” tanya Haid

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN