Setelah dipersilakan masuk, Edwin bukannya duduk-duduk dengan Bagas dan Ningsih, tetapi langsung menghampiri Nayla. Bahkan ia tidak bersalam sapa dengan mereka, lewat begitu saja, seolah bukan orang tua yang patut dihormati. Lantas menarik sebelah sudut bibirnya membentuk senyum setengah membuat Nayla sangat kesal melihatnya. Lalu dengan gaya bicaranya seperti biasa langsung berkata, “Gimana, sakit, nggak?” Kalimat pertama Edwin sukses membuat Bagas dan Ningsih bertukar tatap dengan kening belipat-lipat. Siapa, sih, anak ingusan ini? Nggak sopan banget. “Nggak liat kepalaku diperban? Sakit lah!” tukas Nayla ketus. “Ngapain ke sini? Mau nagih balas budi? Makasih bantuannya,” imbuh Nayla, membuang pandangan ke arah lain. “Yaelah, su’ujon mulu jadi cewek. Ya udah, kalo masih sakit aku p