"Halo, kita ketemu lagi," sapa Firza sambil bersedekap dan tersenyum miring. Memindai keseluruhan penampilan Nayla yang berdiri terpaku di tengah pintu dari ujung kepala hingga ujung kaki.
"Kami cuma mau nyapa aja, sekalian kasih satu pesan." Firza dengan suara dingin dan tatapan tak bersahabat.
"Resita ini teman baik kami, dia yang paling cocok jadi peserta olimpiade mewakili sekolah. Jadi, dari pada berurusan sama kami, mending kamu ngalah aja sama dia," sambung cewek di sebelahnya sambil menepuk-nepuk bahu Resita. Yang ditepuk hanya tersenyum sinis.
"Atau keluar dari kelas bimbel!" timpal cewek yang satu lagi.
Firza maju mendekat, mendorong telunjuknya di bahu Nayla. "Ingat, itu peringatan!"
"Berani berurusan dengan kami, jangan menyesal terima akibatnya!" ancam cewek lainnya sambi
