Buku nikah sudah ada di tangan Reyhan. Dia memandangi dua buku nikah pasangan suami istri yang sudah sah menjadi suami istri baik agama maupun negara. Sebuah cincin juga terpasang di jari manisnya. “Keren lo, Rey. Udah jadi suami. Bentar lagi kalau bini lo udah siap, bisa main kuda-kudaan. Hahahaha.” Reyhan tertawa sendiri mengingat kalau ia pernah menyentuh istrinya hanya dibagian atas saja. Tahu kalau sang istri masih canggung dengan sentuhan. Yang mungkin Reyhan juga tidak akan meminta lebih kalau istrinya masih takut. Ya mungkin juga karena istrinya belum punya pengalaman apa pun. Berbeda dengan Mona yang waktu itu sudah sering disentuhnya seperti istrinya sendiri—ralat. Pemuas naf$u saja. Dia memasukkan buku nikah ke dalam tas laptopnya yang nanti malam akan dibawa pulang oleh Rey