Rendi segera menuju ke ruang makan, ia melihat disana sudah bersih tanpa ada sedikitpun makanan yang ada di atas meja makannya.
Lalu Rendi pun menuju ke dapur, ia ingin melihat apakah ada sesuatu di lemari penghangat makanan, namun disana juga ia tidak menemukan makanan. Sampai...
"Katanya kamu tadi kencan Rend? kencan apa yang tidak sambil makan?" tanya kakek Rendi yang tiba tiba berjalan mendekat ke arahnya, dan Rendi hanya membalasnya dengan dengusannya saja, karena baginya percuma membalas perkataan kakeknya, buntutnya pun akan jadi panjang bila keduanya berdebat.
"Akh kakek...aku tidak sedang cari makanan kok kek...yasudah...Rendi ke kamar dulu ya kalau begitu." Ucap Rendi yang lalu beranjak pergi dari tempatnya meski ia belum mendengar jawabab kakeknya.
"Akh kenapa aku pakai bohong segala sih? jelas jelas aku kelaparan sekarang..." ucap gerutu Rendi yang lalu mau tidak mau masuk kedalam kamarnya, ia akan menunggu suara keroncongan perutnya untuk diam, atau menunggu malam kian larut, saat kakeknya sudah tertidur, baru ia akan ke dapur kembali dan memakan makanan yang ada.
Segera saja Rendi mengambil laptop yang ada di meja samping tempat tidurnya, membukanya dan melihat isi di dalamnya, ia melihat foto kenangan lalu yang masih tersisa disana, foto mantan kekasihnya yang telah pergi tanpa pamit meninggalkannya, genap lima tahun wanita itu pergi meninggalkan Rendi, hingga membuat lelaki itu tidak percaya lagi akan namanya cinta, gadis itu lebih tua darinya dua tahun, bisa di bilang kakak kelasnya, namun nyatanya sifatnya malah kekanak kanakan.
"Nora, bagaimana kabarmu? kamu menancapkan cintamu di jantungku, di hatiku, kau mengikat semua perasaan yang ku miliki hingga tidak mampu melupakanmu, sungguh luar biasa." Ucap Rendi dengan kedua mata yang berkaca kaca, sesekali lelaki itu mengenang masa masa pahit dirinya saat di tinggalkan, namun ia tidak akan pernah menyerah dan bisa bangkit kembali.
Bukan ia masih memiliki perasaan pada Nora, tapi Rendi trauma akan kegagalan perjalanan cintanya kembali, ia lebih memilih fokus pada pekerjaannya yang lumayan menguras tenaga dan pikirannya, dibanding dengan mengurusi masalah wanita yang tidak tahu bagaimana akhirnya.
Hingga samar samar kedua matanya terasa berat, berat dan tertutup sempurna, ia masih belum makan malam, malam itu, dan tertidur begitu saja dengan perut yang kelaparan.
"Dddrrrt...dddrrrt..." tiba tiba ponsel Rendi berbunyi, tanda ada panggilan suara yang masuk disana. Meski kedua matanya masih sepat ia buka, Rendi pun langsung mengangkat pnggilan nomor baru tersebut, ia pikir adalah panggilan penting untuknya. Karena mengingat saat itu masih sangat pagi jika urusan pekerjaan.
"Halo...ini siapa? pagi pagi begini sudah menelephone...awas kalau hanya iseng." Ucap Rendi dengan suara yang sedikit serak dan juga berat, dan terkesan memaksakannya, sampai ia memicing dan mencoba melirik jam dinding di ruang kamarnya yang masih pukul enam pagi.
"Ini Yura kak...Yura mau bicara sama kak Rendi." Ucap jujur Yura pada orang yang telah membantunya itu. Namun...saat itu pula pintu kamar Rendi telah di ketuk dari luar kamar beberapa kali. Rendi pikir itu adalah si bibi asisten rumah tangga yang telah mencoba membangunkannya.
Tanpa menjawab perkataan Yura, Rendi segera beranjak berdiri dari tempatnya dan berjalan menuju ke arah pintu kamarnya yang masih tertutup.
"Halo! halo! halo kak Rend!" ucap Yura yang memanggil manggil Rendi disana, ia pikir Rendi tengah tertidur kembali.
"Iya sayang iya, iya, iya...aku disini." Ucap Rendi tiba tiba dengan nada kesalnya, karena pagi itu saat ia membuka pintu kamarnya, sang kakek sudah berdiri mematung di depan pintu kamarnya, sudah bisa Rendi pastikan bahwa kakeknya itu akan menuntut sesuatu darinya, dan ia tahu itu apa.
"Yura maafkan aku!" ucap dalam hati Rendi karena memanfaatkan panggilan Yura disana.
"Itu siapa Rend?" tanya kakek yang ingin tahu, namun Rendi hanya membalasnya dengan senyuman yang ia paksakan.
"Baiklah kakek turun dulu, kamu cepatlah ikut turun ya...kita sarapan sama sama nanti." Ucap kakek Rendi yang merasa ia disana tengah mengganggu saja. Rendi pun hanya bisa mengangguk sebagai jawabannya, sedangkan di seberang telephone, terdengar Yura tengah menghentikan kata katanya.
"Ra...maaf ya..." ucap Rendi yang menyadari kesalahannya makanya ia langsung meminta maaf pada gadis itu.
"Oh...aku pikir kak Rendi sedang bersama pacarnya...makanya teriak teriak keras sekali." Ucap Yura dengan jujurnya.
"Oh ya Ra...pagi pagi begini, kamu kenapa sudah menghubungiku?" tanya Rendi setelah ia memastikan kakeknya pergi dari sana dan ia pun kembali menutup pintu kamarnya rapat rapat.
"Kak...aku tidak mungkin bilang pada papa kalau aku izin tidak masuk hari ini, sedangkan saat sakitpun kemarin aku ngotot untuk masuk sekolah, papa nanti akan curiga, dan ingin tahu apa alasanku tidak masuk sekolah itu. Dan kak Rendi pasti tahu pula kalau kenyataannya aku sudah di izinkan tidak masuk sekolah hari ini. Jadi...aku berpamitan pada papa untuk masuk tapi aku akan ke kantor polisi untuk memberi kesaksian disana, bisakah kak Rendi menemaniku? aku tidak percaya pada orang lain selain kakak, aku merasa tenang jika kakak yang mengantarku." Ucap Yura dengan jujurnya, ia berharap Rendi mau menemaninya hari itu.
"Jadi...kamu tidak masuk sekolah hari ini tapi bilangnya sama papa kamu kalau kamu masuk sekolah begitu?" tanya Rendi yang terkesan menajamkan kembali kata kata yang Yura maksud tadi.
"Iya kak...jika kakak mau menemaniku, tapi jika tidak...aku akan pergi entah kemana yang penting aku pulang nanti sore saat sudah waktunya pulang sekolah." Ucap jujur Yura yang membuat Rendi mengangguk angguk.
"Berarti kamu tidak di antar papa kamu hari ini?" tanya Rendi yang memastikan apakah Yura di antar atau naik mobil sendiri.
"Iya kak...aku naik mobil sendiri kak...kenapa?" tanya Yura yang gantian bertanya balik pada Rendi.
"Ra...emb...baiklah Ra...kita ketemuan di mall ya...mall dekat dengan kantor polisi saja, nanti kamu parkir mobilnya disana, kita naik mobil aku saja ya..." ucap Rendi pada gadis itu, karena pikir Rendi hanya jalan itulah satu satunya.
"Tapi nanti aku hanya harus bersaksi saja kan kak? tidak ada yang lain kan?" tanya Yura yang lagi lagi memastikan, dan Rendi hanya mengatakan "ya" dengan singkatnya.
"Yasudah...sampi ketemu nanti ya...kamu pasti akan segera berangkat kan saat ini? yasudah...tunggu ya kalau begitu." Ucap Rendi yang lalu mematikan panggilannya.
Segera saja Rendi menancapkan carger pada ponselnya dan bergegas masuk kedalam kamar mandi untuk menyegarkan dirinya, Rendi mulai aktivitas mandi seperti biasanya. Sampai semua usai dan ia pun siap untuk berangkat.
"Rend...tidak sarapan dulu?" tanya kakek yang sudah menungguinya di meja makan, dan Rendi tahu benar kakeknya akan membahas hal hal yang tidak Rendi sukai, ia lebih suka menghindar daripada menanggapinya.