"Queen, kita perlu bicara!" Suara seorang wanita cantik yang berjalan menuju ke arahnya.
Queen yang baru saja keluar dari gedung perusahaan Richard langsung menoleh ke arah sumber suara. Wanita hamil itu memindai penampilan orang yang memanggilnya dari atas hingga ke bawah.
"Kamu mengenalku?" tanya Queen yang terlihat asing dengan wajah wanita yang ada di hadapannya.
"Aku Sarah, kekasih Richard." Wanita itu mengenalkan dirinya dengan penuh percaya diri.
Queen menyambut uluran tangan Sarah dengan hati yang gelisah. Namun, meski begitu, Queen tidak akan gentar. Saat ini, dialah istri sah Richard. Dan dia akan mempertahankan haknya. Meskipun dalam hati, dia bertanya-tanya, untuk apa Sarah menemuinya? Apa wanita ini memintanya untuk meninggalkan Richard?
"Dimana?" tanya Queen tanpa berniat basa-basi.
"Bagaimana kalau di cafe depan?" tawar Sarah.
Queen pun mengangguk. Dia berjalan menuju parkiran dengan langkah gontai. Pikirannya penuh dengan berbagai kemungkinan yang akan dibicarakan oleh Sarah nanti.
Queen menghela napas panjang, merasa lelah dengan semua drama yang mengelilingi hidupnya. Namun, ia harus kuat menghadapi wanita lain yang hendak mengambil suaminya.
Setelah mereka sampai di kafe, Queen dan Sarah memilih duduk di sudut yang agak sepi. Sarah memesan dua cangkir kopi sebelum memulai percakapannya.
"Aku tahu ini mungkin mengejutkanmu, tapi aku merasa perlu bicara jujur denganmu, Queen," Sarah memulai dengan nada serius.
Queen menatapnya dengan tatapan penuh tanda tanya. "Apa yang ingin kau bicarakan, Sarah? Langsung saja to the point!"
Sarah menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan. "Aku tahu tentang pernikahan kontrakmu dengan Richard. Aku juga tahu kamu sedang hamil sekarang."
Queen merasa sedikit terkejut mendengar Sarah tahu banyak tentang keadaannya. Namun, dia menunggu apa yang akan dikatakan oleh wanita yang mengaku sebagai kekasih suaminya ini.
"Richard adalah orang yang sangat ambisius dan fokus pada tujuannya. Dia tidak pernah benar-benar memiliki tempat untuk cinta dalam hidupnya. Aku saja hampir sepuluh tahun menunggu dia,," Sarah melanjutkan, matanya menatap lurus ke arah Queen.
"Apa maksudmu?" tanya Queen dengan suara bergetar.
"Richard dan aku punya hubungan yang sangat berbeda dari yang kau bayangkan. Kami bersama karena kebutuhan. Richard membutuhkanku, karena hanya aku yang bisa memahami segala keangkuhannya. Sikap dinginnya, tidak adanya empati pada pasangan. Hanya aku yang mengerti itu semua Queen," jelas Sarah. "Dan dia telah berencana untuk menikahiku setelah kontrak pernikahanmu selesai. Kuharap, kamu mengerti posisi kamu, dan tidak mempersulit ini semua."
Hati Queen merada sedih mendengar pengakuan Sarah. Namun, dia akan terus bertahan sampai titik darah penghabisan. "Aku akan pergi, jika Richard yang menyuruhku. Namun, hingva saat ini, suamiku belum melakukannya. Jadi, untuk apa kamu memgatakan itu semua?" tanyanya.
Sarah menggelengkan kepala. "Aku tidak ingin membuatmu sakit hati lebih jauh, Queen. Aku hanya ingin kamu realistis. Richard tidak akan berubah. Dia tidak akan tiba-tiba jatuh cinta padamu hanya karena kau menginginkannya. Lelaki itu membutuhkan lebih dari sekedar cinta. Kamu tidak akan bisa sesabar aku menghadapi semua sifat dinginnya."
Queen menunduk, menahan air mata yang ingin jatuh. "Bagaimana kalau aku bisa melakukannya? Kamu tidak bisa memastikannya bukan? Siapa yang tahu isi hati Richard? Ucapan Queen seolah menantang Sarah.
"Aku tahu Queen. Butuh waktu yang lama bagi Richard untuk menyadari perasaannya padaku dulu. Seandainya aku tidak bisa bersabar, mungkin, kami tidak akan bisa bersama saat ini. Kalian baru 3 tahun menikah bukan? Sementara aku harus menunggu 10 tahun untuk mendapatkan hatinya. Apa kamu mau menunggu selama itu? Dan seandainya kamu sanggup menunggu, bisakah kamu meyakinkan dia untuk berpindah hati padamu dalam waktu sekejap? Tidak bukan?"
Sarah menarik kursinya mendekat, suaranya lebih lembut. "Aku harap, kamu tidak menyia-nyiakan waktumu hanya untuk menunggu Richard, Queen. Tapi aku ingin kau tahu bahwa kamu tidak pantas untuk terus-menerus terluka seperti ini. Kamu berhak mendapatkan seseorang yang mencintaimu dengan tulus, bukan berdasarkan kesepakatan bisnis."
"Kamu bicara seperti ini supaya aku mundur bukan? Tidak Sarah, apapun yang terjadi, aku akan berjuang. Aku hanya meminta sedikit waktu hingga aku melahirkan anak ini. Setelah itu, aku tidak akan mengganggu kalian!" pinta Queen. Meski dia tahu apa jawaban Sarah, setidaknya, dia sudah mencoba.
"Kami akan menikah bulan depan! Apapun yang akan kamu lakukan, tidak akan mengubah niatku dan Richard untuk menikah. Jika kamu mempermalukanku dengan skandal murahanmu, ingat! aku juga bisa membuka kedokmu sebagai w************n yang rela melakukan pernikahan kontrak hanya demi uang. Kita lihat, siapa yang paling menyedihkan di mata netizen, aku atau kamu?"
"Aku tidak peduli jika nama baikku hancur Sarah, karena Richard adalah impianku. Dan tak akan aku lepaskan dengan mudah apa yang sudah ada di genggamanku." Queen tetap pada pendiriannya.
Sarah menghela nafas panjang, ternyata, bicara dengan Queen sangat susah, karena keras kepalanya wanita itu.
"Lakukan apa yang kamu mau Queen! Aku juga akan melakukan apa yang aku inginkan! Dan jika kamu tidak mau bercerai dari Richard, maka siap-siap saja kamu tinggal satu atap denganku menjadi kakak maduku."
'Bayangkan, kamu harus mendengar suara kami bercinta dimanapun kami menginginkannya. Tidakkah itu sangat menyakitkan?" Sarah terus memprovokasi Queen supaya wanita itu berubah pikiran.
"Kau adalah wanita yang kuat, Queen. Jangan biarkan dirimu hancur hanya karena seseorang yang tidak menghargaimu," tambah Sarah sebelum wanita itu berdiri untuk pergi.
Queen terdiam, merenungkan ancaman Sarah yang meski menyakitkan, tapi benar adanya. Apa jadinya jika keluarga besarnya tahu kalau dia rela meninggalkan semuanya hanya demi Richard.
Dulu, dia nekat menikah dengan Richard tanpa restu dari sang ayah. Meskipun begitu, lelaki tetap mau memberikan hak walinya pada wali hakim karena sang istri yang melarangnya untuk datang.
Ayahnya pasti akan marah jika tahu anak kesayangan mereka viral gara-gara memperebutkan seorang lelaki yang menurut Bundanya tidak pantas menajdi pendamping hidupnya.
Satu lagi yang paling Queen takuti adalah, terbongkarnya identitasnya sebagai salah satu cucu keluarga Gultom.
Ucapan Sarah tentang satu atap 3 cinta kembali terngiang-ngiang di kepalanya. Lalu, sanggupkah dia menjalani kehiudpan yang seperti itu. Membayangkan mendengar suara laknat mereka membuat bulu kuduknya begidik ngeri. Andaikata Richard sudah mencintainya pun, pasti akan ada banyak konflik yang menerpa rumah tangganya.
Queen terdiam, melihat Sarah pergi meninggalkannya sendiri dengan pikirannya yang bergejolak. Ia merasakan campuran antara sedih, marah, dan bimbang.
Kedatangan Sarah kali ini mungkin menyuruhnya pergi secara halus, tetapi kata-kata yang dia ucapkan justru membuka mata Queen tentang kenyataan yang selama ini ia hindari.
Akan tetapi, hati kecilnya terus berkata untuk tetap menunggu sampai bayi ini lahir. Queen bimbang. Antara maju atau mundur.
"Lalu, aku harus bagaimana? Bercerai atau mempertahankan pernikahan sampai anak ini lahir?"