Perjanjian Pernikahan

1189 Kata
“Sayang, usia kamu sudah tidak muda lagi, sudah waktunya kamu untuk segera berumah tangga. Kamu adalah penerus kami satu-satunya. Jadi, wajar jika kami menginginkan kau menikah dan memberi kami seorang cucu. Karena keturunan keluarga Alvaro, tidak boleh berhenti hanya padamu,” ucap Lena, Mami Richard saat mereka makan malam bersama. “Nanti aku tanya Sarah dulu ya Ma,” sahut Richard. Lena menghela nafas panjang. Sudah seringkali mereka meminta Richard menikah, dan selalu jawaban itu yang mereka dengar. Dan Sarah, seolah tidak mengerti keadaan Richard. Dan saat ini, mereka sudah tidak ingin lagi menunda keinginannya demi menuruti Sarah. Kalau wanita itu tidak mau menjadi istri Richard, dia akan mencarikan wanita lain yang dengan senang hati mau menjadi menantunya. “Richard, Papa dan Mama tidak mau tahu, dalam waktu satu bulan kamu sudah harus menikah! Jika tidak, kami akan menikahkanmu dengan anak dari salah satu kolega Papa. Kamu pasti tentu tahu apa konsekuensi kalau kamu menikah dengan salah satu dari mereka! Dan jika kamu menolak, Papa akan coret nama kamu dari daftar warisan!" tekan Alvaro, Papa Richard. Saat ini, Richard sedang duduk di ruang kerjanya, memandang ke luar jendela dengan pandangan kosong. Dia memikirkan tentang apa yang dikatakan oleh Papanya tadi. Lelaki itu pun mengambil gawainya, kemudian menelepon kekasihnya. Namun, hingga deringan ke sepuluh, tidak ada jawaban dari sana. Dia jadi galau, beberapa waktu lalu, mereka sudah pernah mendiskusikan masalah ini! Dan Sarah kekasihnya, selalu beralasan, “Aku sedang terikat kontrak pekerjaan!” Dan itulah yang membuatnya tidak bisa menikah dalam waktu dekat. Ini membuat posisi Richard semakin sulit. Papa dan mamanya tidak akan menerima alasan apapun, mereka menginginkan dia segera menikah. Tak patah arang, lelaki itu pun kembali menghubungi kekasihnya. Senyum mengembang di bibirnya saat panggilannya terhubung. "Sayang, bagaimana keadaanmu? Kenapa dari tadi tidak bisa dihubungi?" tanya Richard dengan suara lembut. "Aku baru selesai pemotretan. Ada apa?" jawab Sarah. "Sayang, tidak bisakah kamu berhenti dari dunia modelling. Aku siap membayar pinaltinya. Meski kamu hanya menjadi ibu rumah tangga, kamu tidak akan kekurangan apapun. Papa dan Mama sudah menyuruhku segera menikah. Dan mereka tidak mau ada penundaan lagi. Please, kita nikah ya …." Hening, tak terdengar suara apapun dari sana. "Maafkan aku sayang. Aku tidak bisa memutuskan kontrak ini secara sepihak. Aku janji, 2 tahun lagi, paling lama 3 tahun, aku akan berhenti dan kita menikah. Aku tutup dulu ya, aku sudah dipanggil photografernya." Telepon dimatikan secara sepihak oleh Sarah tanpa mau mendengar penjelasan dari Richard. Lelaki itu menghela nafas panjang. Kini, dia pun bingung. “Ya Tuhan, aku harus bagaimana?” Pada saat yang sama, Richard tiba-tiba teringat Queen, gadis cantik yang sepertinya berbeda dari mahasiswi lainnya. Queen terlihat sederhana dan polos, dan ada sesuatu dalam dirinya yang menarik perhatian Richard meskipun ia tak pernah mengakuinya. “Ahh iya, Queen! Aku bisa memanfaatkan gadis itu. Bukankah dia butuh biaya, dia pasti mau aku ajak kerjasama!" Richard berpikir bahwa dengan menikahi Queen mungkin bisa menjadi solusi sementara yang bisa memenuhi tuntutan orang tuanya. Ia tidak perlu mencari terlalu jauh. Queen ada di depannya, dan dia tampak sebagai kandidat yang tidak akan menimbulkan masalah di kemudian hari. Tidak seperti jika dia menikah dengan wanita pilihan keluarganya. Dia pasti tidak akan bisa melepaskan diri saat Sarah telah siap diajak menikah. Richard pun memutuskan untuk menemui Queen dan menawarkan pernikahan kontrak. Ia merasa bahwa Queen, dengan latar belakangnya yang berasal dari keluarga sederhana, pasti akan menerima tawaran ini karena kompensasi yang akan dia berikan. *** Sepulang mengajar, Richard menemui Queen di cafe tempat gadis itu bekerja. Sejak dalam perjalanan tadi, dia mencoba memikirkan kata-kata yang tepat untuk mengatakan keinginannya. Ketika Queen selesai bekerja, Richard mengajaknya pergi ke sebuah restoran privat supaya dia lebih bebas bicara dengan Queen. "Duh, Pak Richard ngapain ya ngajak aku makan? Jadi gugup gue," ungkap Queen dalam hati. Berdua dengan Richard sungguh tidak aman buat jantungnya. Namun di sisi lain, dia penasaran dengan alasan Richard mengadakan pertemuan ini. Wanita itu duduk di hadapan Richard. Suasana di restoran itu terasa menegangkan bagi Queen. “Kita makan dulu ya! Setelah itu, baru kita bicara!” Richard pun memesan makanan untuk dia dan juga Queen dengan menu yang sama. Mereka makan dalam diam. dalam benak Richard, lelaki itu memikirkan banyak hal. Mulai dari kemungkinan diterima atau ditolak. Sementara Queen, mengira-ngira apa yang akan dikatakankan oleh Richard. Setelah selesai makan, Richard kemudian mulai berbicara tentang masalah yang saat ini dia hadapi, termasuk sang kekasih yang tak mau diajak menikah. "Queen, saya akan bicara jujur padamu," kata Richard dengan suara tegas. "Kedua orang tua saya menuntutku untuk segera menikah. Dan Sarah, kekasihku tidak mau aku ajak menikah karena dia masih terikat kontrak. Karena saya tidak ingin mengecewakan Papa dan Mama, maka, saya ingin mengajakmu menikah, tapi ... pernikahan ini hanya sebatas kontrak dan hanya berlangsung selama 3 tahun." Queen sedikit shock mendengar ucapan Richard. Hatinya sakit saat tahu dia hanya dijadikan batu loncatan saja untuknya. Meskipun ini adalah kesempatan yang bagus, tapi ia juga takut kalau suatu saat dia akan dicampakkan begitu saja oleh Richard ketika kontrak mereka usai. Ada sedikit keraguan di dalam hatinya. Apakah pernikahan yang akan dia jalani ini berhasil, atau ... sebaliknya. Queen berharap, suatu saat, Richard bisa melihat ketulusan cintanya. Richard melanjutkan, "Kamu tidak perlu khawatir, kamu akan mendapatkan imbalan yang layak, dan setelah tiga tahun, kita bisa berpisah secara baik-baik. Ini hanya untuk memenuhi keinginan orang tua saya." Akhirnya, dengan harapan cintanya bisa meluluhkan hati Richard, Queen menerima tawaran itu. Ia tahu bahwa ini bukanlah pernikahan yang dia idamkan, tapi dia berharap bahwa cinta dan ketulusannya akan mampu mengubah hati Richard selama tiga tahun ke depan. “Baiklah, aku setuju, tapi … aku punya syarat yang harus kamu penuhi supaya saat kamu meninggalkanku nanti, aku tidak merasa dirugikan.” Ucapan Queen bagai angin segar buat Richard. Dia mengira, Queen akan menyebutkan nominal fantastis sebagai kompensasi pernikahan mereka. “Baiklah, apa syaratnya?” tanya Richard dengan percaya diri. Queen pun mendekatkan wajahnya di telinga Richard. Entah mengapa, jantung Richard tiba-tiba berdetak kencang saat Queen mendekatinya, Hembusan nafas Queen mampu membuat seluruh darahnya berdesir hebat. Wanita itu pun membisikkan rencananya, yang dia yakin, pasti Richard tidak akan menolaknya. “Apa? Mengapa saya harus mengikuti kemauanmu? Seandainya, aku tidak setuju, bagaimana?” Queen mengambil napas dalam-dalam sebelum melanjutkan. "Aku ingin kita menjalani pernikahan ini seperti layaknya pasangan suami istri pada umumnya. Aku ingin kita benar-benar berusaha menjalani kehidupan rumah tangga, bukan hanya sekadar tinggal di bawah satu atap. Aku ingin nyaman menjalani rumah tangga ini tanpa permusuhan, meskipun hanya tiga tahun." Richard terdiam sejenak, memikirkan syarat yang diajukan Queen. Ia merasa bahwa menjalani pernikahan sungguhan akan menjadi beban. Lagipula, ia tidak mencintai Queen, dan baginya, pernikahan ini hanyalah kontrak bisnis untuk memenuhi keinginan orang tuanya. "Aku tidak bisa menjanjikan itu, Queen," kata Richard dengan suara tegas. "Pernikahan ini hanyalah diatas kertas. Dan aku, tidak ingin mengubah rule yang sudah aku tekankan diawal perjanjian." Queen merasakan kekecewaan yang mendalam, namun ia tidak ingin menyerah begitu saja. "Richard, aku tidak ingin seperti yang ada di film-film dimana istri akan ditindas oleh suami hanya karena menikah kontrak. Paling tidak, kita bisa menjalin pertemanan yang baik selama 3 tahun. Just friend!" "Maafkan aku Queen."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN