Keputusan Richard

906 Kata
"Queen, mari kita akhiri pernikahan ini. Sarah sudah siap untuk menikah!" Ucapan Richard bagaikan petir di siang bolong bagi Queen. Wanita itu tak menyangka suaminya tega mengatakan hal itu disaat dia tengah berbadan dua. Wanita itu butuh waktu untuk memikirkan langkah apa yang akan dia ambil selanjutnya untuk mempertahankan Richard. Ruangan itu sunyi, hanya terdengar suara detak jam dinding yang monoton. Queen berdiri di hadapan Richard yang duduk di sofa, tangannya gemetar menahan amarah dan kesedihan. "Richard, apa ini keputusan akhirnya?" suara Queen terdengar serak, matanya berusaha mencari setitik kelembutan di wajah Richard yang tetap tak berubah. Richard menghela napas panjang, "Ya, Queen. Ini keputusan terbaik untuk kita berdua." Queen lalu mengambil kotak yang sudah dia siapkan. Lalu, memberikannya pada Richard. "Apa ini Queen?" tanya Richard dengan raut wajah bingung. "Bukalah! Nanti kamu akan tahu," jawab Queen. Richard menatap tes tersebut dengan ekspresi datar. "Apa maksudmu dengan ini, Queen?" "Aku hamil, Richard. Kita akan punya bayi. Mungkin ini adalah kesempatan kedua bagi kita untuk memulai dari awal," suara Queen penuh harapan. "Kita bisa mencoba lagi, kita bisa memperbaiki semuanya! Apalagi, dengan adanya bayi ini, aku yakin, hubungan kita pasti jauh lebih baik." Queen memohon, air mata mulai menggenangi matanya. Richard berdiri, wajahnya tetap tanpa ekspresi, "Tidak ada yang perlu diperbaiki, Queen. Pernikahan ini sudah berakhir sejak awal. Kita hanya perlu mengakhirinya sekarang." Queen terjatuh di sofa, tubuhnya lemas. Kata-kata Richard terus terngiang di telinganya. Hatinya hancur melihat betapa dinginnya suaminya. Richard menghela napas, menutup mata sejenak sebelum membuka kembali. "Queen, kehamilan ini tidak mengubah apa pun. Kita tetap akan bercerai." Queen merasa dunianya runtuh."Richard, tolong pikirkan lagi. Demi bayi kita." Richard menatap Queen dengan tatapan dingin, "Aku akan memberikan kompensasi yang lebih dari cukup untukmu dan bayi kita. Tapi pernikahan ini harus diakhiri." Queen tidak bisa menahan lagi, dia melemparkan hasil tes kehamilan ke meja Richard, "Kau tidak mengerti, Richard. Aku mencintaimu. Aku ingin kita menjadi keluarga." "Bukankah dari awal kontrak sudah aku tekankan padamu untuk tidak bermain perasaan disini? Apapun yang terjadi, tetap tidak akan mengubah keputusanku!" tekan Richard menahan amarahnya. Lelaki itu menutup matanya, mengambil napas dalam-dalam, "Cinta tidak pernah menjadi bagian dari kesepakatan kita, Queen. Jangan berharap lebih." "Jadi, semua yang kita lalui selama ini tidak berarti apa-apa bagimu?" tanya Queen dengan suara bergetar. Richard menoleh sekilas, matanya tajam, "Kita sudah sepakat dari awal. Ini hanya pernikahan kontrak, Queen!" Queen menunduk, menangis tanpa suara. Harapannya yang tersisa mulai pudar. Richard berjalan keluar dari ruangan, meninggalkan Queen dalam kegelapan malam yang sunyi. Queen pun berlari mengejar suaminya. Dia harus membujuk sekali lagi supaya Richard mau menunda perceraian ini. Queen mencekal tangan Richard. Lelaki itu menoleh saat sang istri menghentikannya. "Ada apa lagi Queen?" tanyanya. "Richard, oke, aku setuju untuk bercerai denganmu. Tapi, please, kamu bisa menceraikanku setelah bayi ini lahir. Aku tidak akan lagi mengganggumu setelah itu," Queen memohon untuk yang terakhir kalinya. "Maaf Queen, Sarah tidak akan mau menunggu waktu selama itu. Kami sepakat, akan menikah bulan depan. Maka dari itu, kita harus segera bercerai!" Lelaki itu pun melangkah pergi menuju kamarnya. Namun, ucapan Queen mampu membuat tubuhnya terdiam. "Aku tidak mau tahu Richard! Tunda pernikahan kalian atau aku akan membeberkan perselingkuhanmu dengan Sarah di media jika kamu tetap menceraikanku dalam keadaan hamil!" ancam Queen. Lelaki itu berpikir keras. Dia tahu, seberapa keras kepalanya Queen. Berumah tangga dengan Queen selama 3 tahun lebih membuat lelaki itu sedikit memahami watak Queen yang sebenarnya. Dan dia pasti akan melakukan apa yang dia ucapkan jika Richard tidak menurutinya. Dia juga memikirkan nama baiknya dan juga Sarah. Apa jadinya jika media tahu kalau dia menceraikan Queen dalam keadaan hamil karena berselingkuh dengan Sarah. Padahal, dari awal tidak begitu. Queenlah yang menjadi orang ketiga diantara hubungannya dengan Sarah. Namun, media hanya tahu Queen istri Richard. Karena hubunganya dengan Sarah dulu tidak pernah terendus media. "Kamu?" Richard mengepalkan tangannya. Dia tak menyangka istri kontraknya ini ternyata pintar juga. Dan kini. mau tak mau, dia harus menuruti keinginan Queen untuk bercerai setelah wanita itu melahirkan. Sementara Queen, wanita itu tersenyum licik. Dia tahu, kalau ancamannya akan membuat lelaki itu berpikir seribu kali untuk menceraikannya. Richard kembali menghela nafas kasar. Lelaki itu pun kembali kalah oleh sifat keras kepala Queen. "Baiklah Queen, kita akan bercerai setelah bayi itu lahir. Aku akan membujuk Sarah untuk menunda pernikahan kami." Queen langsung memeluk suaminya. "Terima kasih Richard. Terima kasih!" Richard pun melerai pelukan istrinya. "Kembalilah ke kamarmu! Aku lelah!" "Kita tidak sekamar lagi?" tanya Queen dengan raut wajah kecewa. Lelaki itu menatap istrinya dengan sorot mata membunuh. Dia sudah menuruti keinginannya untuk bercerai setelah bayi itu lahir. Dan kini, jangan harap dia mau tinggal lagi satu kamar dengannya. "Tidak ada bantahan Queen! Atau aku tetap akan menceraikanmu!" Queen pun berlari menuju ke kamarnya. Untuk saat ini, dia puas dengan keputusan Richard. Dan akan dia pastikan, kalau Richard tidak akan pernah menceraikannya. Itu adalah tekad Queen dalam hati. Lelah dan lapar bersitegang dengan Richard membuat Queen melahap makanan yang dia buat tadi untuk Richard. Dia harus kuat, karena perjalanannya begitu panjang. Maka dari itu, dia harus tetap mengisi perutnya meski pikirannya carut marut saat ini. Keesokannya, Queen terbangun dini hari. Wanita itu memuntahkan apa yang dia makan kemarin malam. Hatinya sedikit nelangsa saat dia mual dan muntah, tak ada yang mendampinginya. Sang suami justru malah tertidur dengan lelapnya di kamar yang lain. Padahal, dalam bayangannya, dengan menunda perceraian, Richard akan memberikan sedikit perhatian padanya saat seperti ini. Tapi ternyata tidak. Queen betapa menyedihkannya hidupmu ...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN