7. Amarah

1180 Kata
Pagi hari Sabrina terbangun seperti biasanya tetapi semenjak ia dan Ayaz berdebat hal hal yang tidak penting menurut Sabrina, ia semangkin enggan untuk keluar kamar sebelum asisten rumah tangga Ayaz datang, tapi kali ini ia sangat bosan menghabiskan waktunya dikamar saja selesai melaksanakan kewajibannya, pukul enam pagi Sabrina keluar kamar bertepatan Ayaz juga keluar dari kamarnya mereka saling memandang hingga Sabrina berlalu lebih dulu kearah dapur, Ayaz dengan setelan olahraganya menyempatkan diri untuk lari pagi di area gedung apartemen. Sabrina melirik dari ekor matanya melihat Ayaz berjalan menuju pintu masuk hingga hilang dibalik pintu. Sabrina menghela nafas kasar ia bingung harus apa apartemen ini juga tidak kotor jadi ia memutuskan untuk membuat sarapan untuk dirinya sendiri, Sabrina mulai meracik bumbu untuk nasi goreng yang ingin ia masak, bunyi klik dari suara pintu menghentikannya sosok wanita paruh baya itu masuk ke dapur melihat Sabrina sedang memasak. "Loh, Non Sabrina kok masak? Biar Bibi saja Non yang buatin sarapannya, Non Sabrina duduk saja," "Gak apa apa Bik, lagian aku tuh bosen gak ada kerjaan, bingung mau ngapain jadi masak aja kali ya biar gak bengong," jawab Sabrina sambil tersenyum memandang wanita dihadapannya. "Tapi Bibi bantu ya Non, Bibi malah gak enak jadinya kalau Non yang masak Bibi cuma liatin," Sabrina hanya menunjukkan tangannya tanda ok tanpa bersuara lagi. Nasi goreng sosis itu sudah tersaji dimeja makan jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi, Sabrina meletakkan semua diatas meja makan, ia membantu menyuci alat alat masak yang tadi ia gunakan sementara bik Asih asisten rumah tangga Ayaz masuk kedalam kamar Ayaz untuk mengambil pakaian kotor majikannya dan mencucinya. Sabrina selesai mencuci piringnya lalu menyeduh minuman cokelat panas ia membawa gelas berisi cokelat panas itu kearah ruang tv, Sabrina menikmati minuman itu sambil membaca buku, Ayaz masuk dari acara lari paginya ia melihat kearah Sabrina yang sedang asik membaca buku, sedangkan bik Asih lagi berada diruang laundry untuk mencuci pakaian Ayaz, ia membuka lemari es dan mengambil botol air mineral menenggaknya hingga tersisa setengah bagian. Ayaz duduk dimeja makan itu sambil memperhatikan Sabrina yang sibuk membaca bukunya ia mengambil piring dan makan sarapannya dengan nasi goreng buatan Sabrina, Sabrina meliriknya sekilas dari ekor matanya ia melihat Ayaz makan dengan lahab, Sabrina menyunggingkan senyumnya lalu memfokuskan matanya membaca bukunya kembali. Selang tak berapa lama Ayaz bangkit masuk kekamar, Sabrina bangkit membereskan piring makanan Ayaz lalu mencucinya. setelahnya baru ia makan sarapannya, dan masuk kekamar untuk bersiap siap menuju kampusnya. Suasana hening saat Sabrina kembali keluar kamar ia sudah siap dengan setelannya untuk pergi ke kampus. "Bik, Bik Asihh," panggil Sabrina saat menuruni tangga ia tidak melihat kemana wanita paruh baya itu. "Ya non," sahut wanita paruh baya itu tampak keluar dari kamar mandi. "Bik, Sabrina pergi dulu yah," "Oh, iya Non, hati hati ya." Sabrina mengangguk lalu beranjak menuju pintu yang diikuti wanita paruh baya itu. "Oh iya Non, tadi Den Ayaz bilang makasih katanya nasi gorengnya enak Non," "Benarkah?" "Iya Non, Den Ayaz pikir Bibi yang masakin, pas Bibi bilang yang masak Nona Sabrina Den Ayaz langsung diam Non." Sabrina mengangguk anggukkan kepalanya. "Den Ayaz juga bilang jangan disampaikan ke Non Sabrina nanti dia besar kepala gitu kata Den Ayaz." "Dia bilang begitu??" Sabrina yang sudah hendak keluar berbalik menatap wanita dibelakangnya. "Iya Non!" "Sekarang mana orangnya??" "Sudah pergi Non." Sabrina mencebikkan bibirnya tanda tak terimah. "Ya udah aku berangkat ya Bik, Assallamuallaikum," wanita itu menjawab salamnya lalu masuk melanjutkan pekerjaannya yang tertunda. Sabrina jalan melintasi lorong lorong apartemen sambil menggerutu atas sikap Ayaz. ia memasuki lift melesat cepat agar tidak tertinggal pelajaran dikelas pertamanya. Sabrina berjalan masuk kedalam kawasan kampus setelah turun dari taxi nya ia berjalan terus hingga sebuah rangkulan tangan mengagetkannya. "Astagfirullah, Vera kamu ngejutin aku tau gak!!" "Kenapa, kamu pasti lagi melamun ya makanya terkejut waktu aku samperin." "Enggak kok, lagian pagi pagi ngelamunin apaan coba?" "Ngelamunin lakik kali, eh iya aku belum pernah tanya sama kamu kaya nya deh,," "Tanya apa??" "Gimana malam pertama kamu sama Mas Ayaz itu," sambil menyenggol bahu Sabrina dengan bahunya sedikit menggoda sahabatnya. Sabrina hampir terkejut mendengar pertanyaan itu ia bahkan tidak tahu seperti apa dan bagaimana rasanya. "Keppoo," jawab Sabrina asal "Ihh nyebelin gitu si Bri, kasih tau dong kan aku ingin tau gimana, panas kah , dingin kah, atau berdebar debar manjah, abis sampai ronde berapa?" Sabrina langsung menonyor kepala sahabatnya. "Lagian untuk apa si kamu tanya pertanyaan gak jelas kaya begitu?" "Kok gak jelas sih, ya buat masukan lah, buat pelajaran juga kalau ntar aku nikah sama Mas Adri biar lebih banyak persiapan." "Mikir lo kejauhan," "Ihh, Sabrina gak asik ah." "Kuliah dulu lulusin baru mikirin kawin," ucap Sabrina melebarkan langkahnya memasuki kelas yang hampir dimulai, saat masuk ia sudah melihat gadis manis berkerudung sepertinya melambaikan tangan ke arah keduanya dibalas senyuman oleh Sabrina yang langsung menuju bergabung bersama Alisa ditempatnya. *** Dilain tempat wanita dengan rambut panjang bergelombang itu tengah menatap layar ponselnya dengan tangan gemetar Kalila membaca deretan kata dengan emosi meledak ledak ia seketika membanting ponselnya yang membentur meja membuang semua barang yang ada di hadapannya. "Dasar gadis sialan, bisa bisanya dia melakukan ini padaku!" Geram Kalila mencampakkan semua barang yang ada dihadapannya asisten dan para bawahan Kalila mendengar kemarahan bosnya di dalam ruangannya dengan takut takut. "Dasar brengsek." Maki Kalila berteriak ia bahkan tak peduli dengan pelanggan yang datang dan masih berada di butiknya, ia tertunduk lemah menangisi kebodohannya sampai seorang pria masuk kedalam ruangannya menenangkan Kalila. "Ada apa, hey katakan Lila ada apa?" "Demi Tuhan aku akan membunuhnya." "Hey tenangkan dirimu." Pria itu mengelus punggung Kalila sambil memeluknya, Kalila terus mengucapkan kata kata yang tidak di mengerti oleh pria itu, ia mencoba meraih ponsel yang masih menyala menyisakan layar yang sudah pecah tapi masih bisa membaca pesan dari salah satu teman Kalila. Bahwa Ayaz telah menikah dengan wanita lain dihari pernikahan dirinya saat itu. "Kau lihat, ini hasil dari ulah mu, berhenti menyalahkan orang lain," "Aku tidak butuh ceramah mu." "Sudahlah, mungkin kalian memang tidak berjodoh, berhentilah mencintainya, masih ada aku yang bisa memberikanmu apapun yang kau mau Lila." "Pergilah, aku sedang ingin sendiri." "Jangan menyiksa dirimu sendiri, lihatlah dia telah menikah dengan wanita lain." "Dia bukan wanita lain," "Lalu?" "Dia menikahi gadis sialan itu, aku pikir ia sepolos wajahnya ternyata dia lebih licik dari yang aku duga, lihat saja aku akan menghancurkan mu Sabrina," "Sabrina siapa? Sabrina adikmu yang kamu maksud?" "Ya, siapa lagi, dasar licik," umpat Kalila "Kalila sudah lah ikhlaskan saja, kamu akan menyakiti dirimu sendiri," "Apa peduli mu heh, aku mencintainya, dan Ayaz juga mencintaiku kenapa aku tidak boleh mengambil apa yang telah aku miliki, sudah kubilang berhenti mengejarku!!" "Aku tidak akan membiarkanmu begitu saja, aku tetap menunggumu sampai kamu benar benar siap!" "Dasar bodoh, aku akan kembali ke Jakarta dalam dua hari ini, aku tidak peduli apa yang ingin kau lakukan tapi jangan menghalangiku untuk mengambil Ayaz kembali,," Tampak pria itu menghela nafasnya, lalu menarik Kalila kembali kedalam pelukannya. "Baiklah, terserah kamu saja tapi aku tetap akan mengawasi mu, kamu mengerti?" Kalila hanya tersenyum miring didalam dekapan pria itu ia bersumpah akan membuat hidup Sabrina sengsara sampai jumpa adikku tersayang batinnya berucap.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN