Hari sudah mulai sore saat Ayaz memutuskan untuk pulang kerumah, satu minggu sudah berlalu Ayaz tetap melakukan pencarian untuk Kalila kabar terakhir yang ia dapat dari orang suruhannya mengatakan bahwa Kalila berada di Bali sedang mengikuti pagelaran busana yang diadakan oleh sponsor kenamaan Ayaz sangat ingin terbang langsung ke Bali tapi ia juga bingung harus melakukan apa tidak mungkin ia meninggalkan Sabrina begitu saja apalagi jika sang ibunda mengetahui hal itu jadi ia hanya bisa berdiam diri sampai Kalila benar benar kembali dengan sendirinya. Ayaz berjalan menyusuri lorong Apartemennya saat masuk ia menatap gadis ramping itu tengah berdiri menghadap dinding kaca sambil tertawa mendengarkan orang yang sedang berbicara di ponsel yang ia tempelkan pada telinganya, cantik? tentu saja siapapun yang melihat Sabrina semua pasti mengatakan ia cantik dengan hidung kecil yang mancung bulu mata lentik dan bola mata kecoklatan dan bibir yang kecil, dan rambutnya, aku berpikir sejenak Sabrina tidak pernah melepas kerudungnya jadi bagaimana aku tahu rambut gadis itu, tampak jelas ia tidak menyadari kehadiran ku, Aku langsung memilih masuk kekamar untuk membersihkan diri. saat hari mulai gelap aku keluar mencoba merilekskan diri dengan duduk santai sambil memeriksa pekerjaan didepan tv dan minum teh. Tidak berapa lama kudengar suara pintu terbuka dan dari ekor mataku aku melihat ia berjalan menuju pantry, aku mencoba mengabaikannya dan berusaha tidak terganggu dengan aktivitasnya dan tetap fokus dengan pekerjaan ku kulihat ia menggeleng gelengkan kepalanya mengapa ia lucu sekali batinku sesaat aku tersenyum tapi senyuman yang jelas Sabrina tidak tahu, aku melihatnya sudah menyelesaikan makannya dan berjalan ke arahku ia berdiri di hadapanku dan sedikit memberi jarak, kuperhatikan dalam diam ia tetap terdiam aku tidak mengerti apa maksud dia berdiri disana.
"Mas,," Aku memandangnya menghentikan pekerjaanku untuk mendengarkan ia berbicara.
"Kamuu,," kulihat ia ragu mengucapkan sesuatu jadi aku memutuskan untuk bertanya.
"Ada apa??"
"Kamu sudah makan malam Mas??" sejenak perasaan ku menghangat ia bertanya seperti itu menampilkan senyum disudut bibirku aku hanya menganggukkan kepala singkat dan melanjutkan kan pekerjaanku yang tertunda kulihat ia masih berdiri di depan ku dan entah apa yang ia lakukan ia menyenggol meja menumpahkan teh yang ada diatasnya mengakibatkan berkas yang aku letakan dimeja basah, aku reflek mengambilnya dan menggoyang goyangkan file penting yang masih aku pelajari itu agar tidak basah tapi tetap saja semua sudah terjadi seketika emosiku tersulut.
"Sabrina apa yang Kau lakukan?? aku menatapnya tajam.
"Kau membasahinya!!" Kali ini nada bicaraku cukup tinggi kulihat matanya menatapku dengan ekspresi terkejut dan takut sedetik aku merasa bersalah sudah membentaknya.
"Mas,, a aku ti,," aku berusaha mengalihkan emosi ku dengan memijit dahi dan berusaha mengusirnya. "Menjauhlah dariku Sabrina,," ia berlalu begitu saja kulihat matanya sudah berkaca kaca aku mengacak rambutku. "Tunggu,," aku berusaha memberinya pengertian agar tidak salah sangka.
"Bersikaplah seperti biasanya, Kamu tidak perlu melakukan apa yang seharusnya seorang istri lakukan, lakukan apa yang ingin Kamu lakukan, begitu juga Saya, Saya tidak akan menuntut apapun darimu sampai Kalila benar benar kembali, kamu mengerti??" kulihat ia hanya menganggukkan kepalanya tanda mengerti dan berlalu masuk ke kamarnya. aku terduduk disofa menatap pekerjaan ku yang berantakan dan tidak dalam mood yang baik akhirnya ku tutup laptop dan kembali kekamar.
***
Minggu pagi tiba Ayaz terbangun dari tidurnya saat pukul enam pagi ia keluar kamar dengan setelan olahraga Ayaz memutuskan untuk pergi joging di area taman gedung Apartemen ia masih merasa bersalah akibat insiden semalam ucapannya terus terngiang di kepalanya. Ayaz mengedarkan pandangannya ruangan itu masih terlihat gelap apakah Sabrina belum bangun biasanya ia sudah sibuk di area dapur tapi Ayaz tidak ingin ambil pusing ia berlalu keluar untuk memulai joging nya. satu jam berlalu Ayaz kembali ke Apartemennya dan melihat suasana rumah masih tetap sama Ayaz membawa dua bungkus sarapan pagi untuknya dan Sabrina tapi ia merasa enggan untuk mengetuk pintu kamar gadis itu jadi ia memutuskan untuk menyantapnya sendiri dan meninggalkan satu bungkus bubur ayam dimeja makan. setelahnya ia berlalu menuju kamar untuk membersihkan diri.
Ayaz keluar kamar saat pukul 10 pagi masih tetap sama Apartemen itu sunyi ia menatap bubur ayam yang ia bawa tidak bergeser tempat sedikitpun apakah Sabrina tidak keluar kamar dari tadi malam batin Ayaz tapi ia juga malu untuk mengetuk dan bertanya langsung pada gadis itu ia memilih duduk menonton televisi hari minggu seperti ini Ayaz memang tidak punya jadwal apapun dan asisten rumah tangga yang biasanya membersihkan Apartemen Ayaz juga tidak pernah datang dihari minggu ia merasa bosan berdiam diri tidak jelas Ayaz menatap pintu kamar Sabrina ia bimbang haruskah ia bertanya pada gadis itu bahwa ia baik baik saja kenapa belum juga keluar kamar sampai waktu hampir siang Ayaz mengacak rambutnya frustasi menyambar ponsel dan kunci mobilnya lalu pergi untuk menemui seseorang yang mungkin bisa menghilangkan jenuh. Ayaz menghentikan mobilnya disalah satu pelataran gedung Apartemen ia turun dan melesat masuk kedalam memencet bel Apartemen seseorang cukup lama pintu Apartemen itu dibuka dan menampilkan pria dengan tampilan acak acakan bertelanjang d**a dan hanya menggunakan kolor pendek menatap Ayaz dengan dahi berkerut belum sempat bertanya Ayaz menerobos masuk begitu saja dan mengambil buah apel yang ada dimeja makan lalu duduk di sofa dengan raut tak berdosa.
"Ngapain Loe disini??"
"Kenapa emangnya?" Ayaz menatap sepupunya sambil mengigit buah ditangannya.
"Ini hari minggu kenapa sepagi ini Loe uda sampek di Apartemen Gua, gak sopan banget ganggu orang tidur aja," gerutu Daniel yang berlalu kearah pantry mengambil minum dan menenggaknya hingga tandas.
"Bosen gue di Apartemen," Daniel menatap Ayaz dengan dahi berkerut.
"Kok bosen bukannya pengantin baru itu lagi panas panasnya apalagi Loe nikah juga baru seminggu yang lalu," Ayaz hanya mendengus sebal menanggapi ucapan sepupunya.
"Kayak gak tau aja lo, Gue sama Sabrina itu gak ada hubungan apa apa," ucap Ayaz menegaskan.
"Gak ada hubungan gimana jelas jelas Gue teriak Saaaah paling kenceng waktu Loe ngucap ijab kabul sama Sabrina," Ayaz tampak melempar bekas gigitan apel ke arah Daniel yang mengelak dengan sigap.
"Ck, sialan Loe, tapi Sabrina itu adiknya Kalila, masak iya Gue nikah sama adiknya cintanya sama kakaknya Loe bayangin gimana posisi Gue,"
"Dihh, males kayak gak ada kerjaan aja Gue bayang bayangin posisi Loe,"
Ayaz hanya berdecak sebal menanggapi ucapan Daniel memang susah jika berdebat dengan Daniel yang selalu banyak bicara.
"Nih ya Gue saranin buat lo," Daniel mendekat kepada Ayaz dan duduk di samping nya bersisian.
"Kalau Gue jadi Loe, Gue bakalan seriusin Sabrina Dia itu perempuan baik baik bro, cantik, masih muda buat Loe yang ukurannya uda tua, sementara Lila dihari pernikahannya aja dia sanggup ninggalin Loe demi karir nya, Loe pikir baik baik," Ayaz terdiam mencerna ucapan Daniel tapi hatinya tetap menolak ia masih mencintai Kalila dan merasa sungkan bersama Sabrina.
"Gue gak bisa," Ayaz mengucapkan dengan lirih lebih tertuju pada dirinya sendiri meyakinkan bahwa ia tidak bisa.
"Ck, payah lo,," Daniel menyandarkan punggungnya pada sofa menatap langit langit apartemennya.
"Pernikahan kalian itu sah dimata Tuhan dan negara, Loe gak bisa seperti ini terus Bro, Loe harus cepet ngambil keputusan, ini menyangkut masa depan Sabrina dan juga Loe sendiri, jangan sampai Loe menyesal setelah semuanya pergi dari genggaman Loe," Daniel menepuk pundak sepupu nya menguatkan lalu bangkit berlalu ke kamarnya. Ayaz menghabiskan waktunya di apartemen Daniel hingga sore hari ia baru kembali pulang saat masuk ia menatap kearah seseorang yang tengah duduk membelakanginya sedang memandang pemandangan kota Jakarta melalui dinding kaca Ayaz merasa haus ia berjalan menuju pantry menenggak air dingin yang ada di kulkas lalu memperhatikan Sabrina lagi yang masih berada ditempat yang sama tidak ada yang dilakukan gadis itu ia hanya tetap disana tanpa menoleh kearah Ayaz. Ayaz menghembuskan nafasnya mungkin seperti ini lebih baik, ada jarak antara ia dan Sabrina Ayaz berjalan menuju kamarnya sepertinya ia harus membersihkan diri dan beristirahat.