Calla tertunduk mengusap pipinya yang tertampar terasa panas dan membuatnya kebas. Warna merah bekas telapak tangan Alex terlukis jelas di pipinya. Di tampar Alex dan Zea mungkin akan menjadi sesuatu yang biasa bagi Calla kedepannya. Kepala Calla terangkat perlahan menunjukan sorot kebencian nyata kepada Alex. “Dengan mudahnya kau mengataiku, tapi kau tidak bercermin pada dirimu sendiri.” “Diam Calla!.” Teriak Alex tidak dapat bicara lembut lagi. Alex menunjuk kepala Calla dan menekannya hingga Calla mundur beberapa langkah. “Berhenti bicara seakan kau tahu semuanya. Berhenti bicara jika hidupmu menjadi sangat menyedihkan karena aku.” “Lalu apa?.” Tanya Calla berderai air mata. Seorang ayah yang sering Calla lihat, mereka akan mengusap kepala anak mereka dengan penuh kasih sayang. Buk