"Coba lah ditanya dulu, Ban. Apalagi teman kamu kan penerus di sana. Bisa lah kamu nego sama dia. Barangkali juga ada lowongan untuk dokter baru. Bagus loh Silva itu. Apalagi dia kan pernah koas di sana juga." Ia menghela nafas. Ia paling malas bernegosiasi untuk hal seperti ini. Tapi disuruh. Nego apa? Biar calon tunangannya, si Silva, bisa bekerja di rumah sakit om-nya Agha. Padahal waktu koas, Silva juga kan koas di sana. Tapi hasilnya berantakan dan Bani beserta keluarga tak tahu soal itu. Ya jelas lah. Harus ditutup-tutupi. Itu bukan sesuatu yang harus dibanggakan bukan? "Jadi anak kok gak tahu diri!" "Papah!" Istrinya tentu saja menyergah. Bukan papanya Bani, tapi papanya Silva. Ia kesal saja pada anaknya. Karena gak ada yang beres begitu loh. Apa susahnya jadi dokter? Keluarga m