Ia melihat Afina diantar oleh Haikal. Ya hal biasa sih. Ia sudah biasa melihat pemandangan itu. Semakin lama rasanya seperti semakin akrab. Akrab dengan? Patah hati tentunya. Hahaha. Hanafi hanya biaa melihat dari jauh. Ya kan tak mungkin ia muncul di tengah-tengah mereka. Ia yakin, Haikal akan menghajarnya. Kadang ia bertanya-tanya sih. Kenapa Afina pada akhirnya malah memilih lelaki itu? Bukan kah Afina mau padanya? Atau ia yang dipermainkan? Kalau pun iya, kenapa ia baru menyadarinya? Meski ya ini juga bisa salah sih. Hanya saja, ia terlalu banyak berprasangka akhir-akhir ini. Ya kan ditolak itu tak mudah. Rasanya sakit sekali. Tapi ia tak ditolak. Hanya ditinggal pergi tiba-tiba. Ini sudah yang kedua kalinya. Apa ia tak belajar dari kesalahan? Mungkin? Ia terlalu lama. Ia menyada