“Ela, La. Bangun!” ucap seseorang lelaki dan juga terdengar tangisan bayi.Aku pun berusaha membuka mata meski terasa berat. Mataku mengerejap, menyesuaikan dengan cahaya kamar yang agak terang. Seingatku sebelum tidur aku sudah mematikan lampu kamar Qia dan menggantinya menjadi lampu tidur di samping nakas yang cahayanya agak redup. “Ini, Attar dari tadi nangis terus. Sudah saya kasih s**u belum mau diam.” Ah ternyata Mas Zaidan yang membangunkanku karena Attar menangis. Aku pun cepat merapikan rambutku dan mengikatnya dengan kunciran. Tanpa menjawabnya aku berjalan cepat menuju kamar mandi untuk mencuci muka dulu, mengelapnya dengan handuk baru mengambil Attar dari gendongannya. “Hmm..kenapa ini anak ganteng nangis terus,” ucapku sambil mengelus punggungnya. “Ini botol susunya,” ucap