9: Kecelakaan Kecil

1109 Kata
Yura sama sekali tak mood untuk mempersiapkan segala hal yang berhubungan dengan pernikahan Mia dan Richard. Selain karena ia benci kenyataan tak menyenangkan ini, ia juga harus terpaksa pura-pura pacaran dengan Dimas. Sialan sekali! Ketika Ilham dan Satria juga Mia deal menjadikan kebun raya bogor sebagai spot untuk pengambilan foto prewedding, Yura pikir mereka akan usai hari itu lebih cepat, nyatanya enggak. Mia ingin mengenal MUAnya lebih dekat, dan ia meminta Yura menemaninya berkunjung ke Rumah MUA hits dan terkondang di kota itu. "Sama Neli aja, Mi." kata Yura menolak dengan halus. Buru-buru Ilham menendang ringan kaki Yura yang membuatnya langsung diam dan dengan patah-patah ia menoleh ke arah Ilham. "Kenapa gak sama lo, Yur? Padahal gue pengen ngobrol banyak sama lo soal pernikahan gue." kata Yura lagi. Aku diam. Bingung harus bagaimana menjawab Mia jika mukanya sudah ditekuk seperti itu. "Gue pengen boker. Kalo lo buru-buru, bisa sama Neli daripada nunggu gue lama." kataku berbohong yang membuat wajah Mia lebih condong ke depan karena heran mendengar jawabanku barusan. "Gue tunggu." "Oke. Bentar, ya." kataku padanya seraya berdiri kesal menuju kamar mandi. Yura tak tahu lagi bagaimana caranya menjauhi Mia dan Richard. Keduanya benar-benar sukses membuat Yura tak nyaman sama sekali. Yura sudah berusaha bertahan, tapi rasa-rasanya ia susah sekali untuk bertahan. Ada rasa yang sama sekali tak bisa ia definisikan di dalam hatinya. Saat Yura keluar dari kamar mandi, ia kaget melihat Satria sudah berdiri di depan kamar mandi dan menatapnya penuh selidik. "Cowok itu mantan lo?" tanya Satria to the point. "Gue inget Neli pernah cerita kalau mantan lo namanya Richard." katanya menjelaskan. "Ketara sekali, ya, sikap gue?" tanya balik Yura yang membuat Satria kaget dan tak menyangka mendengar hal itu dari Yura. Padahal ia hanya menebak saja. "Gue denger dari Neli pas ia tanya ke Richard kemarin. Dan gak nyangka aja pertanyaan asal Neli itu beneran. Jadi itu yang bikin lo gak mood?" "Jujur gak jujur. Richard itu mantan sialan gue yang susah gue lupain, tapi kenapa ia malah nikah sama sahabat gue? Okelah kalau mereka mau nikah. Tapi kenapa gue yang harus urus pernikahan mereka? Kesel banget gue tuh!" kata Yura. "Lo masih suka sama Richard?" "Gue benci setengah mati ke dia!" kesal Yura. "Udah ah, bodo amat!" imbuhnya lagi seraya pergi meninggalkan Satria. Satria menghela napas berat sembari menatap punggung Yura dengan tatapan yang sedikit kecewa dan takut. Lo bukannya benci, Yur. Lo masih suka. Perjalanan dari kantor Cantika Wedding ke MUA hits itu tak begitu lama asal tidak macet. Tapi karena mobil Richard mengalami kemacetan, Yura semakin tak sabar dan ingin segera pergi dari mobil Richard. Apalagi Richard dan Mia yang duduk di belakang terlihat mesra sekali. Hal itu membuat Yura semakin galau saja dan bertambah risih saat berada di dekat mereka berdua. Yura mengeluarkan i-pad beserta pensil sensornya dan mulai menyibukkan diri dengan menggambar desain serta pola perhiasan yang dia inginkan sendiri. "Yur, kenapa lo gak coba ngelamar kerja di perusahaan emas?" tanya Mia "Sudah. Gak keterima." kata Yura. "Oh." "Depan belok kiri, pak." kata Yura pada sang sopir yang langsung ditanggapi sopir dengan anggukan kepala. "Rumah megah yang catnya berwarna emas." imbuh Yura lagi seraya menunjuk rumah megah bak istana yang terletak di ujung. Mobil Richard berjalan perlahan dan akhirnya berhenti sempurna setelah seorang satpam memberi salam dan mengkonfirmasi janji temu dengan tuan rumahnya. Yura, Richard dan Mia turun dari mobil. Ditatapnya baik-baik rumah megah yang menjulang tinggi dan sangat sempurna di hadapannya tersebut. Lalu ia pun mengedarkan pandangannya ke arah ke sekeliling rumah dan matanya bertemu dengan mata Richard tanpa sengaja. Yura langsung memalingkan wajahnya dari tatapan Richard dan segera menapaki anak tangga menuju pintu rumah yang kemudian diikuti oleh Mia dan Richard. Yura berada di sisi kiri, Richard di tengah dan Mia di sisi kanan Richard. Kemudian entah bagaimana ceritanya, kaki Yura terselip hingga ia kehilangan keseimbangan tubuhnya. Begitupun dengan Mia yang entah bagaimana juga merasa kehilangan keseimbangan tubuhnya. Richard yang sejak kedatangan Dimas di kantor Yura itu, pikirannya tiba-tiba penuh dengan Yura padahal ia sudah berusaha menepisnya pergi menjauh dari otaknya, tapi tetap saja bayang-bayang Yura dan Dimas melambai di benaknya. Jadi, ketika Yura dan Mia kehilangan keseimbangannya, refleks Richard menolong Yura agar tak terjatuh dengan kedua tangannya sedangkan Mia akhirnya jatuh ke depan dan kakinya kirinya terkilir sedikit. Ia mengadu kesakitan yang membuat Richard dan Yura yang saling pandang dengan tatapan kaget itu langsung tersadar. Richard buru-buru menghampiri Mia yang mengeluh kakinya sakit ketika di sentuh. "Kamu sepertinya terkilir, Mi." kata Yura memerhatikan kaki Mia baik-baik. "Coba tolong gendong dan bawa ke atas. Tuh ada sofa di teras." kata Yura menunjuk sofa. Dengan sigap Richard menggendong Yura di kedua tangannya dan langsung menapaki sisa anak tangga menuju sofa teras tersebut. Diletakkannya baik-baik Mia di sofa, kemudian ia berlutut di depan Mia dan memeriksa kaki Mia yang membuat gadis itu mengadu kesakitan. Mia yang mengeluhkan kakinya sakit tersebut juga merasakan hatinya sakit, bagaimana tidak? Richard lebih memilih menolong Yura ketimbang dirinya. Ia tak tahu kenapa Richard melakukan itu, tapi yang jelas Mia merasakan dadanya sekita panas karena api cemburu yang sedikit membara. Tak berselang lama pintu rumah megah itu terbuka dan keluarlah dari dalam sana seorang perempuan sangat cantik dengan balutan dress rumahan yang sangat anggun di tubuhnya. Perempuan itu menghampiri tamunya dengan air hangat di wadah baskom dan handuk kecil. Lewat cctv yang ia tengok di dalam rumahnya tadi ia tahu insiden apa yang terjadi di antara ke tiga tamunya. "Letakkan handuk yang telah basah oleh air hangat ini di kakinya." kata perempuan itu kepada Richard. Richard menerima pemberiannya dan mengucapkan terima kasih kepada perempuan tersebut. Lalu Richard menepuk-nepukkan handuk hangat itu ke kaki Mia yang sakit. Mia merasa sedikit nyaman dengan perlakuan hangat Richard tersebut, kemudian setelah Mia mengatakan kakinya lebih baik setelah ia urut sedikit, Richard mengembalikan handuk dan baskom berisi air tersebut ke asisten rumah tangga MUA cantik yang telah berdiri siaga diantara mereka berempat. Seragam pelayannya yang rapi membuat Richard, Mia dan Yura berpikir bahwa MUA yang mereka datangi itu sangat bersihan sekali. "Apa kau merasa lebih baik?" tanya perias itu kepada Mia yang ditanggapi dengan anggukan kepala oleh Mia. "Terima kasih." jawab Mia. Lalu perias itu melihat ke sisi Yura dan tersenyum manis ke Yura. "Kamu cantik sekali. Aku tak perlu bersusah payah memoles wajahmu saat pernikahanmu nanti. Dan kamu beruntung, calon suamimu sangat pengertian dan baik sekali. Bagaimana kalau tadi ia tak menangkapmu saat terjatuh? Mungkin saja kakimu yang terkilir dan bukannya temanmu." kata perias itu salah paham kepada Yura yang membuat ketiganya terdiam mendengarnya. Karena kejadian tadi, si perias mengira bahwa Yura lah calon pengantinnya dan bukannya Mia. Yura jadi sangat sungkan kepada Mia yang tampaknya menatap sebal ke arahnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN