"Cinta itu, bukan tentang fisik yang menjadi penentunya. Karena, Lelaki yang baik bukan hanya melihat kecantikan fisik saja, tetapi laki-laki yang baik akan mencari wanita yang cantik, bukan hanya dari segi fisik, tetapi hati dan tingkah laku pun menjadi penentu bagi laki-laki yang bersungguh-sungguh mencari pendamping hidup yang bisa saling melengkapi dan menutun hingga jannahnya. Karena kecantikan fisik akan larut seiring pertambahannya usia. Namun, kecantikan hati akan tetap terjaga sepanjang masa."
****
Rannabella Khanza Syaqilla
Perkenalkan aku, Bella aku hanyalah perempuan biasa dari keluarga sederhana. Aku tidaklah cantik seperti mereka yang mudah mendapatkan cinta seorang laki-laki yang disukainya. Aku hanya perempuan biasa yang pertama kali mencintai seorang laki-laki dingin yang tidak lain kakak kelasku.
Selama ini aku tidak pernah menjalin hubungan dengan siapapun, dan kali ini aku merasakan hal lain dalam diriku yang belum pernah Aku rasakan sebelumnya. Awalnya aku sudah merasakan kagum dengannya, ya hanya sebatas kagum waktu itu. Lalu semakin lama, ada getaran aneh di d**a ini setiap melihatnya. Semua berawal saat Aku melihatnya di perpustakan, dan waktu itu Aku mencobanya untuknl menyapanya terlebih dahulu. Namun, respon yang aku dapat justru hanya pandangan dingin saat melihatku.
"Kak ...." panggil Bella dengan buku di tangannya yang akan dia pinjam itu. Sedangkan Azka sedang duduk memainkan ponselnya di pojok perpustakan tersebut.
"Kenapa?" tanyanya dingin sambil mengangkat satu alisnya keatas. Dipandang langsung oleh orang yang disukainya membuat Bella mendadak gugup.
"Kak Azka ya?" tanya Bella mencoba menetralkan suaranya agar tidak terlihat gugup sambil tersenyum Kaku.
"Ya," jawab Azka singkat kembali melihat ponselnya.
"Kenalin kak, Aku Bella," ucap Bella menyodorkan satu tangannya hendak bersalaman. Azka yang melihat perempuan di depannya hanya diam saja mengamati uluran tangan tersebut tanpa berniat membalasnya. Bella yang tidak mendapat respon apa-apa pun dari Azka menarik kembali tangannya.
Bella tersenyum canggung, ia bingung harus apa lagi Karena laki-laki didepannya ini benar-benar dingin, "Kak boleh minta nomor w******p nya?" tanya Bella ragu.
"Siapa sih lo! Ganggu gue aja. Kenal aja engga minta nomor w******p, ganjen banget sih lo jadi cewe minta nomor telepon duluan," ucap Azka telak langsung bangkit dari duduknya meninggalkan gadis di depannya yang mematung karena ucapannya.
"Bel, gue saranin jauh-jauh deh dari Kak Azka kalau lo nggak mau sakit hati. Sekelas Dania primadona sekolah aja ditolak mentah-mentah sama dia apalagi lo," ucap temannya Laras yang ada tidak jauh dari tempatnya. Niat Laras baik, namun kata-katanya seakan Bella gadis jelek yang bermimpi pada seorang Pangeran. Miris sekali dirinya, Bella hanya diam mendengar ucapan temannya itu tanpa berniat membalasnya.
****
Bella duduk diam di belakang sekolahnya, teman-temannya sudah mengetahuinya bahwa dia menyukai Kakak kelasnya. Bahkan semua orang kini mencapnya perempuan murahan karena berani meminta nomor Kakak kelasnya yang terkenal dingin itu. Saat sedang duduk termenung tiba-tiba seseorang menghampiri dirinya.
"Lo, yang namanya Bella ya?" tanya laki-laki yang kini duduk di sebelahnya membuat Bella terkejut dengan kedatangannya yang tiba-tiba.
"I ... Ya, Kakak bukannya temennya, Kak Azka?" tanya Bella yang familiar melihat wajahnya pernah keluar dari kelas Azka.
"Wkwk kayaknya lo tahu semua tentang Azka, bahkan gue yang temennya aja lo tau walaupun gue jarang sama Azka," kata Kakak kelas yang belum Bella tahu namanya.
Bella tersenyum malu, "eng ... gak kak, aku cuma pernah liat Kakak keluar dari kelasnya Kak Azka," ucap Bella malu.
"Santai aja, nggak usah gugup gitu. Gue nggak bakal gigit kok haha, kenalin Revano, panggil aja Revan," ucapnya mengulurkan tangannya ke Bella. Bella memperhatikan uluran tangan tersebut dan menyambutnha ragu.
"Bella, Kak," jawab Bella.
"Sejak kapan lo suka sama Azka?" tanya Revan santai. Bella hanya menjawabnya dengan gelengan kepala Karena dia memang tidak tahu sejak kapan rasa itu muncul.
"Lo tahu Kan kalo Azka itu terkenal dingin disini. Bahkan liat mukanya aja udah males nyapa duluan, walaupun gue tahu kalau yang suka dia itu banyak," kata Revan bercerita.
"Iya kak, Aku nya aja nggak sadar diri," jawab Bella menunduk lemah.
"It's oke lo nggak salah kok. Malah gue kagum sama lo berani nyapa dia duluan yang notabennya adek kelas. Dan lo orang pertama juga yang nyapa dia terus minta nomor w******p duluan," kata Revan lagi.
"Iya kak, ucapan itu meluncur aja waktu itu. Aku emang ganjen banget kak minta nomor telepon duluan," ucap Bella benar-benar menyesal dengan ucapannya waktu itu.
"Lo nggak ganjen kok menurut gue. Wajar aja sih, Azkanya aja yang emang dari dulu nggak pernah menghargai orang. Dan semaunya sendiri nggak mikirin perasaan orang gue akuin itu. Tapi bukan berarti gue jelekin dia, dia baik buat orang yang udah deket sama dia. Tapi dingin buat orang asing," jawab Revan lagi.
"Lo mau nomornya Azka?" tanya Revan menawarkan Nomor Telepon Azka.
"Maksudnya Kak?" tanya Bella tidak mengerti.
"Iya lo mau nyoba chat Azka duluan?"
"Aku nggak punya nomornya kak," jawab Bella lagi.
Revan mengambil hp nya dan mengerutkan sesuatu, ternyata ia menyodorkan nomor Azka kepada Bella. "Nih lo catet Aja nomornya," kata Revan membuat Bella ragu. "Tapi kak ...." Jawab Bella ragu.
"Apa salahnya mencoba kan? Gue nggak sembarangan ngasih nomor dia. Tapi gue liat lo serius suka sama Azka, jadi menurut gue kenapa lo nggak coba buat deketin dia duluan. Gue tau lo malu tapi lo nggak akan tahu akhirnya kalau lo belum coba," ucap Revan memberikan tawaran. Bella menimbang-nimbang ucapan Revan dan akhirnya dia pun menyetujui tawaran tersebut.
"Yaudah gue ke kelas dulu, selamat berjuang ...." ucap Revan pamit setelah Bella mencatan nomor hp Azka di ponselnya. Bella tidak langsung mengirim pesan kepada Azka dia harus mengumpulkan keberaniannya dulu untuk memulainya belum lagi gosip-gosip di sekolahan tentang dirinya yang membuatnya semakin malu.
****
Bella dan Talia pulang bersamaan setiap pulang sekolah. Rumah mereka saling berdekatan Ada Rey juga. Namun is lebih sering membawa motor ke sekolahan. Mereka bertiga saling bersahabat dan sering menghabiskan waktu bersama entah itu saat di sekolah atau di rumah.
"Tal, tahu nggak gue dapet nomor WhatsAppnya Kak Azka," ucap Bella antusias sambil tersenyum.
"Hah? Dapet dari Mana lo? Kak Azka ngasih nomornya ke lo?" tanya Talia melihat wajah Bella yang sumringah itu. Bella menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.
"Terus lo dapet nomor dia dari mana?" tanya Talia penasaran.
"Tadi waktu lo masih ngerjain tugas di kelas Kan gue keluar duluan, tadinya mau ke kantin. Tapi, semua orang pada bisik-bisik tentang gue jadi gue mutusin buat nggak jadi Aja ke kantin. Dan gue ke belakang sekolah. Gue bengong aja di belakang sekolah, malu sama diri gue sendiri yang nggak tahu malu. Terus tiba-tiba aja orang di samping gue dateng dan duduk di samping gue tanpa gue suruh, ternyata dia Revan temen kelasnya Kak Azka. Terus Kita cerita panjang lebar, habis itu dia nawarin nomornya Azka awalnya gue ragu. Tapi yaudahlah, gue catet aja hehe," kata Bella dengan cengirannya.
"Terus lo udah japri dia?" tanya Talia lagi.
"Belum, gue malu takut nggak dibales. Tapi kata Kak Revan gue nggak bakal tahu kalau gue belum coba gitu," jawab Bella bimbang.
"Dahlah nggak usah di chat nggak penting tau! Cowo banyak ngapain harus dia sih, sebel gue jadinya," ucap Talia dengan kesal.
"Ya, namanya orang suka Tal, semua bakal gue lakuin," kata Bella lagi.
"Bener ya kata orang, "CINTA AMA b**o BEDA TIPIS", ucap Talia penuh penekanan.
"Ish ... Kok lo gitu sih! Bukannya support gue kek gitu," ucap Bella menghembuskan nafasnya kasar.
"Ya, bukan nggak support lo. Tapi lo berjuang buat orang kek gitu. Nanti lo malah sakit hati sendiri, Bel," kata Talia dengan maksud baik.
"Gue udah mikirin kok resikonya, setiap keputusan itu Kan pasti beresiko Tal. Jadi ya, apa salahnya gue coba dulu," ucap Bella sambil tersenyum. Talia hanya memutar bola matanya malas, " ya, serah lo deh," jawab Talia pasrah. Setelah itu tidak Ada lagi pembicaraan antar mereka sampai mereka sampai ke rumah masing-masing.
.
.
Malam harinya Bella menimbang-nimbang pikirannya. Ponselnya ia putar-putar sambil dia berbaring di kasurnya, "chat nggak ya?. Tapi kalau nggak di bales gimana," ucap Bella bingung.
Ketik, hapus, ketik, hapus ... Begitu terus hingga Bella kesal sendiri.
"Dahlah coba aja, kalau belum dicoba nggak tahu hasilnya," Kata Bella berbicara sendiri.
Bella : "Kak, Azka ... Aku Bella." Send ...
Bella mengamati ponselnya tertera centang abu-abu disana. Tandanya, belum dibaca oleh sang empunya. Semakin lama menunggu balasan tersebut membuatnya ngantuk dan tanpa sadar tertidur dengan ponsel di tangannya. Pagi harinya, Bella mengecek ponselnya lagi, belum ada balasan juga ternyata padahal last seennya tertera beberapa jam yang lalu. Semalaman dia menunggu, berharap mendapat jawaban pagi harinya namun, nihil pesannya sama sekali tak dibalas oleh Azka. Bella mengabaikan ponselnya lantas ia bangkit dari tidurnya dan segera Mandi untuk berangkat sekolah.
***
"Tal, semalem gue chat Azka," kata Bella saat mereka sedang berada di kantin.
"Hah!" ucap Rey terkejut. " Dapet nomornya dari Mana lo?" tanya Rey.
"Ah iya, kemaren gue lupa cerita sama lo, gue dapet nomornya dari Kak Revan," ucap Bella tersenyum membuat Rey mengeryit heran, "Revan? Temen kelasnya juga?" tanya Rey lagi dan Bella hanya mengangguk.
"Terus dia bales?" tanya Talia gantian.
"Enggak," ucap Bella lesu sambil mengerutkan bibirnya.
"Kan, apa gue bilang kemaren nggak bakal di respon malah nyakitin diri lo sendiri kan," jawab Talia kesal.
"Lagian ngapain sih lo chat duluan, jelas-jelas dia Aja nggak suka sama lo ngapain lo chat dia segala," ucap Rey sewot.
"Ya apa salahnya berjuang kan Rey, lagian menurut gue waja kok dia kayak gitu tapi kan bisa jadi lama-lama dia luluh sama gue gimana?" kata Bella mencoba berfikir positif dengan ucapan-ucapan temannya itu.
"Nggak usah berharap tinggi dulu, Bel. Harapan itu nantinya bakal jadi boomerang buat diri lo sendiri! Dan ujung-ujungnya lo kecewa sama harapan yang udah lo buat," ucap Rey mencoba membuat Bella sadar.
"Gue tahu kok, makanya apa salahnya gue coba dulu," ucap Bella tenang lagi. Teman-temannya hanya menggelengkan kepala melihat Bella yang terlalu percaya diri dengan ucapannya. Bella izin duluan.ke toilet setelah mereka istirahat makan. Selama perjalanannya lagi-lagi orang melihatnya sinis, Ada juga yang menyindirnya terang-terangan membuatnya ia hanya bisa diam dan berjalan cepat ke kamar mandi.
Setelah keluar dari toilet ia berpapasan dengan Azka yang juga ingin ke toilet. Tiba-tiba saja Azka menariknya saat ia hendak ke kelas.
"Mau lo apa si sebenernya," ucap Azka melihatnya sinis. Bella yang ditatap seperti itu membuatnya bergidik ketakutan.
"Ma ...ksudnya apa kak?" tanya Bella panik.
"Lo dapet nomor gue dari Mana?! Ngapain juga lo chat segala ke gue sok kenal banget sih lo jadi cewe," kata Azka lagi.
"A ...ku, cuma mau kenal Kakak aja," ucap Bella menunduk mengamati sepatunya. Jantungnya berdegup kencang entah itu karna takut atau grogi berada sangat dekat dengan Azka saat ini.
"Kenal nggak perlu berlebihan kayak lo! Chat-chat segala lo pikir gue bakal bales gitu! Buang-buang kuota aja tau nggak!" kata Azka pedas. Padahal membalas chatnya tidak akan menghabiskan kuota hingga 1GB bukan.
"Aku cu ... ma mau deket aja kak," jawab Bella lagi.
"Nggak usah deket sama gue! Lo nggak pantes deket sama gue!" ucap Azka lalu pergi dari hadapan Bella begitu saja. Namun, ia berbalik lagi sejenak. Bella Kira ia akan minta maaf karena ucapannya menyakiti Bella, Namun, terbalik Azka malah mengucapkan kata-kata yang membuat Bella menganga dibuatnya.
"Satu lagi! Nggak usah chat-chat gue lagi!" kata Azka membuatnya termenung di tempatnya.
***
Selama ini,aku selalu berusaha mendapatkan perhatiannya, dari mulai chat, senyum duluan tapi hasilnya nihil. Dia tidak sedikitpun membalasnya. Aku bahkan sempat berfikir untuk mengajaknya jalan dan menembaknya duluan, tapi melihatnya yang selalu menolaknya mentah-mentah membuatnya ia semakin ragu Azka akan menyukainya.
"Gimana ya? Biar, Kak Azka bisa gue dapetin, gue udah nggak sanggup nyimpen perasaan gue sendiri, Tal, Rey," tanya Bella kepada sahabatnya Talia dan Rey.
"Bel lo udah gila ya! Kak Azka tuh dingin banget, kemaren-maren aja lu nggak direspon, apalagi yang bakal lu lakuin, Bel," jawab Rey muak akan kelakuan, Bella yang terobsesi mengejar Azka.
"Rey cinta itu harus berjuang, gue yakin kok usaha nggak akan menghianati hasil."
"Serah lo Bel!" ucap Rey pergi meninggalkan mereka berdua di kantin.
"Rey tunggu!" teriak Talia yang sedari tadi hanya menyimak pembicaraan mereka berdua. Bella hanya menelungkupkan kepalanya di atas meja dengan tangan sebagai penumpunya.
"Bel mau sampai kapan lo kayak gini? Kita tuh care sama lo, Bel. Kita cuma nggak mau lu sakit hati gara-gara, Kak Azka. Buka Mata lo, Bel! Masih banyak cowo lain, gue tau dia love at the first sight, tapi bukan berarti lo merendahkan diri lu sendiri, Bel. Bella yang gue kenal udah berubah hanya karena cowo kayak gitu." Setelah mengucapkan itu, Talia pun segera pergi meninggalkan, Bella sendiri, membiarkan, Bella untuk berfikir lebih akan keputusannya.
"Talia lo mau kemana?" cegah Bella dengan menarik tangan Talia.
"Gue mau ke kelas, supaya lo bisa renungin apa yang gue dan Rey bilang." Talia segera melepaskan tangan Bella dan pergi meninggalkannya sendiri. Sebenernya, Talia tidak tega meninggalkan, Bella sendirian. Namun, kelakuan Bella sudah terlalu gila menurutnya.
"Huft ...." Bella hanya mampu menghela nafasnya, dia tidak tau harus berbuat apa.
Sebenernya, aku juga tidak harus bagaimana. Aku belum pernah mencintai sampai seperti ini. Apakah benar yang diucapkan Talia dan Rey? Haruskah aku berhenti disaat perjuanganku belum ada hasilnya?
****
Mencintai nya adalah tantangan. Tantangan membedakan mana cinta karna nafsu dan cinta karna Allah.
~~~~~