Dennis mulai menunjukkan akan sadar, ia mulai berusaha membuka matanya, perlahan-lahan ia mulai membuka matanya, namun karena silaunya sinar sang mentari, sehingga membuat Dennis harus menutup sedikit matanya.
"Kau sudah sadar, Dennis?" tanya seorang wanita yang tiba-tiba muncul di depan pintu kamar Dennis yang terbuka.
Dennis mulai berusaha untuk menegakkan badannya sambil memegang kepalanya yang masih sakit lalu ia memperhatikan wanita yang sudah berjalan mendekat kearahnya.
"Siapa?" tanya Dennis bingung, begitu melihat seorang wanita cantik yang lebih tua darinya berambut coklat tua, dengan menggunakan pakaian sederhana dan menggunakan kalung yang terlihat antik.
"Ah benar juga, ini pertama kalinya kamu melihat aku dalam wujud manusia kan, Dennis," ucap wanita itu sambil tersenyum senang lalu duduk di kursi dekat tempat tidur Dennis.
"Eh, apa mungkin, Valika?" tebak Dennis tidak percaya.
"Bingo," ucap Valika sambil tersenyum senang dan bertepuk tangan.
"Apa?!" teriak Dennis tidak percaya. "Tapi bagaimana bisa? Bukankah kamu bilang sendiri jika kamu tidak mungkin bisa merubah wujudmu menjadi manusia," lanjutnya.
"Memang benar, tapi entah mengapa, saat kau sudah bisa menggunakan kekuatanmu untuk mengembalikan para arwah itu ke dunia mereka dengan membuka pintu neraka, aku jadi bisa berubah menjadi manusia sesukaku," jelas Valika sambil menopang dagunya.
"Begitu, kalau begitu syukurlah, akhirnya aku mempunyai keluarga baru yang nyata," ucap Dennis senang.
"Tentu saja, aku akan sangat senang menjadi ibumu, Dennis," ucap Valika senang sambil membelai rambut Dennis lembut.
Dennis hanya tersenyum senang dan menikmati belaian dari tangan Valika yang lembut, sehingga mengingatkannya kepada ibunya dulu.
"Baiklah, sepertinya kau sudah baik-baik saja, kalau begitu sebaiknya kau segera bersiap, kau harus kuliah kan?" tanya Valika lembut.
"Memang hari ini aku ada jadwal kuliah, tapi aku hanya akan mengumpulkan tugas saja, lalu pergi ke perusahaan, karena harus mengurus sesuatu," jelas Dennis santai sambil menyibak selimutnya dan mulai berdiri lalu berjalan menuju kamar mandi.
15 menit kemudian...
Dennis sudah turun dari kamarnya yang ada di lantai dua, ia mengenakan dalaman kaos dengan Jaket kesukaannya yang berwarna hitam serta menggunakan celana jins panjang berwarna hitam.
Tiba-tiba hidung Dennis yang mancung itu mencium bau yang sangat menggiurkan, ia segera berjalan menuju ke ruang makan, saat disana ia melihat Valika yang sedang meletakkan beberapa makanan yang berwarna warni dan sangat menggiurkan.
"Oh Dennis, kau turun tepat waktu, ayo sarapan dulu," ajak Valika saat merasakan kehadiran Dennis dan tersenyum hangat.
Dengan tersenyum gembira, Dennis berjalan dan duduk di kursi sebelah Valika, lalu Valika memberikan sepiring makanan yang sudah terisi beberapa makanan di atasnya, dan mereka berdua mulai menyantap makanannya dengan gembira.
***
Setelah selesai sarapan, Dennis berangkat menggunakan mobil sportnya yang berwarna hitam, dan mulai melaju ke kampusnya.
30 menit kemudian...
Mobil Dennis sudah memasuki area kampusnya lalu ia segera memarkirkan mobilnya, saat ia memasuki area kampus, banyak mahasiswa yang langsung terpanah melihat mobil Dennis.
Begitu mobil Dennis sudah di parkirkan dengan benar, ia segera keluar dengan membawa ranselnya dan memakai kacamata hitam, Saat ini Dennis terlihat sangat tampan dan bermodis, sehingga membuat para mahasiswi yang melihatnya jadi terpesona.
Kau selalu popular seperti biasa ya Dennis, goda Valika dalam benak Dennis.
(Diamlah Valika) bentak Dennis dalam benaknya dan wajahnya sedikit malu.
Hahahaha, lucunya, ucap Valika senang lalu suaranya menghilang dari benak Dennis.
"Lihat itu pangeran."
"Wah tampannya."
"Pangeran selalu terlihat tampan."
"Sangat jarang melihat pangeran datang ke kampus."
Begitulah keseharian Dennis saat di kampus, ia dipanggil pangeran oleh para mahasiswi kampusnya, karena ketampanan, kepintaran, dan kebaikkan Dennis yang sudah seperti pangeran sejati.
Dennis terus berjalan dan berhenti di ruangan dosen, ia segera masuk dan menemui dosennya, pak Achmad.
"Pak, ini semua tugas saya selama 4 semester," ucap Dennis lalu meletakkan semua buku tugasnya yang sangat tebal di hadapan pak Achmad.
"Kerja bagus Dennis, kau selalu saja bisa membuat saya bangga," puji pak Achmad senang.
"Terima kasih atas pujian Anda pak, kalau begitu saya permisi," ucap Dennis sopan.
"Baiklah," ucap Pak Achmad mempersilakan Dennis pergi.
Setelah Dennis meninggalkan ruang dosen, ia tidak ingin mengikuti pelajaran, karena semua pelajaran disini sudah ia pelajari dengan membaca semua buku di perpustakaan kampus.
Dennis menyusuri lorong kampus yang mulai sepi, karena semua murid sudah masuk kedalam kelasnya, dengan santainya ia berjalan, tiba-tiba ia menginjak sebuah cairan kental berwarna merah.
Dennis berjongkok lalu menyentuh cairan kental itu, lalu ia mencoba mencium bau yang dihasilkan cairan itu, ia mencium bau amis dari cairan itu.
"Darah," bisik Dennis pelan dan serius.
(Valika) panggil Dennis dalam batin.
Ada apa Dennis? tanya Valika santai.
(Ada darah, apa kau tau ini darah apa?) tanya Dennis serius.
Ya, itu adalah darah asli, tapi bukan darah dari manusia, jelas Valika.
(Bukan darah manusia? Apa mungkin darah dari arwah?) Tanya Dennis tajam.
Bisa di bilang begitu, karena aku lihat, darah ini sudah cukup lama, tapi manusia biasa sering menginjaknya tanpa bisa melihat keberadaan darah ini, jelas Valika yakin.
(Kalau begitu pernah terjadi pertarungan antara arwah di sini) ucap Dennis dalam batin.
Kau benar, dan aku merasakan keberadaan arwah yang sedang terluka, ucap Valika tajam.
(Dimana?) tanya Dennis tajam.
Arahnya dari gudang belakang, jelas Valika lalu Dennis segera berlari dengan cepat menuju gudang belakang kampusnya, karena masalah ini, ia harus datang terlambat ke kantor.
***
"Tuan A, apa Anda yakin jika pertarungan antar arwah itu ada di sini?" tanya Eka saat melihat kampus ITS dengan takjub.
"Benar nona, saat ini saya masih bisa merasakan hawa keberadaan arwah yang sedang terluka itu," jelas Tuan A sopan.
"Baiklah, ayo, sebelum terjadi sesuatu," ajak Eka lalu berlari dengan cepat dan diikuti oleh Tuan A masuk ke wilayah ITS.
"Tuan A, dimana arahnya?" tanya Eka sambil terus berlari di area kampus yang sangat luas itu.
"Arahnya dari gudang di belakang kampus, Nona," jawab tuan A tajam, dan mereka berlari dengan sangat cepat menuju gudang belakang sekolah.
***
Dennis sudah berada di gedung tua belakang kampusnya.
Dennis panggillah aku, aku akan membantumu, ucap Valika dalam batin.
(Bukankah kau bilang, kalau kau bisa keluar masuk sesukamu?) tanya Dennis bingung.
Tentu saja tidak, jika kau sudah mengizinkan dengan cara memanggilku, dengan begitu aku bisa berada di dunia manusia sepuasku, begitu, jelas Valika dan membuat Dennis ber'oh'ria.
(Tapi bagaimana aku memanggilmu?) tanya Dennis bingung.
Tenang saja aku akan membantumu, kau tinggal mengucapkan kata-kata yang sama denganku, jelas Valika santai.
(Baiklah).
Dennis mulai menutup matanya lalu sebuah aura yang cukup kuat dan berwarna biru keperakan mulai keluar dari tubuhnya, sehingga membuat ketakutan di dunia lain.
Aura itu mulai menghilang lalu Dennis membuka matanya, dan menunjukkan sepasang mata berwarna coklat yang sangat indah.
Dennis merentangkan tangan kanannya kedepan. "Wahai kau arwah kontraktorku, datanglah kau kepadaku, ikuti perintahku, sesuai dengan perjanjian yang telah kita sepakati, datanglah ke hadapanku, Ratu Elf terdahulu, VALIKA!" Dennis mengucapkan mantra untuk memanggil Valika.
Setelah itu sebuah gerbang berwarna hijau muda yang sangat cantik muncul di sebelah kanan Dennis, dan terbuka lalu mengeluarkan seorang wanita cantik, berambut hijau muda dengan gaun pendek yang mewah dan elegan, serta sepasang sayap yang transparan dan terukir dengan sangat cantik, dialah sang Ratu Elf terdahulu, Valika.
"Baiklah, ayo masuk," ajak Dennis santai lalu bersiap akan mendorong pintu gudang besar itu, namun pergerakannya terhenti, karena ia merasakan lengan kanannya di tahan oleh sebuah tangan yang sangat kecil.
Dennis mengalihkan pandangannya kearah tangan mungil itu, ternyata yang menahannya adalah Valika.
"Ada apa Valika?" tanya Dennis bingung.
"Gunakan maskermu dulu," tutur Valika lembut.
Dennis hampir saja lupa memakai maskernya agar identitasnya terlindungi, akhirnya Dennis segera memakai maskernya, begitu masker sudah menutupi setengah dari mukanya, ia dan Valika langsung mendobrak pintu besar itu dengan santai.
Suara pintu baja yang sangat besar yang terjatuh, karena tendangan yang sangat kuat dari Dennis.
"Baiklah, ayo," ajak Dennis sambil memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana dan berjalan dengan santai dengan diikuti oleh Valika yang terbang rendah di belakangnya.