Hita tahu, meratapi nasibnya hanya dengan menangis dan menangis tak akan memberinya perubahan. Menangis membuatnya merasa lega, ia tak menampik hal itu. Namun, bukan berarti siang dan malam ia harus menangis dan menangis terus menerus. Wanita itu sudah cukup bersedih, sudah cukup menangis. Hari kemarin, ia tak menulis apa pun, tak melakukan pekerjaannya sebagaimana mestinya. Kini, ia memilih untuk menulis. Saat Mimi datang, ibu Kafka itu dibuat terkejut karena melihat Hita begitu fokus menulis di ruang tamu. Tersenyum cerah, tetapi semburat kesedihan di wajahnya sangat terlihat. "Rajin banget, Mbak." Mimi mencoba membuka obrolan terlebih dahulu. Ia merasa lega karena sang majikan terlihat baik-baik saja, padahal semalaman ia merasa khawatir dan takut terjadi sesuatu yang tak diinginkan.