Pernjanjian

1286 Kata
“Berhentilah memandangnya seperti itu!” aku berbisik keras pada Corie yang memandang James seperti kucing yang sedang mengawasi tikus. “Aku tidak bohong kan?” alis Corie turun naik-naik membuatku ingin tertawa. “Soal apa?” tanyaku pura-pura tidak tahu. Sebenarnya aku tahu dengan pasti hal yang dimaksud Corie adalah soal ketampanan James yang tak bisa kupingkiri itu. “Soal wajah suamimu yang tampan itu!” Corie terlihat kesal dan menelan bulan-bulat salad buah ditangannya. “Ya, bisa dibilang begitu..” jawabku ogah-ogahan. “Oh ya, Lisa kemana?” tanyaku saat menyadari belum melihat Lisa sejak pesta pernikahanku berakhir 2 jam yang lalu. “Dia tadi berkata padaku akan tidur. Sepertinya dia kelelahan…” mulut  Corie dipenuhi salad buah membuat suaranya terdengar samar. “Kau tidak tidur?” aku ikut menikmati  salad buah dipiring Corie yang terlihat begitu nikmat itu. “Nanti, aku sangat lapar. Kau tahukan aku tidak bisa tidur kalau lapar. Dari tadi siang aku belum makan apapun selain seporsi bistik di pesta pernikahanmu tadi.”  Aku hanya menggeleng-geleng kepalaku melihat sahabatku yang sangat kuat makan itu. Siapapun yang melihat tubuh langsing Corie pasti tidak akan mengira kalau gadis berambut pirang ini pernah menjadi pemenang lomba makan burger yang diadakan sebuah acara televisi musim panas tahun lalu mengalahkan pria-pria bertubuh besar. “Kau sendiri tidak mempersiapkan diri?” “Untuk apa?” “Ehm…” Corie melahap salad buah terakhirnya “Untuk malam pertamamu dengan Mr. Caplox…” Corie melemparkan senyuman menggodanya dengan salad buah yang memenuhi mulutnya. “Kau boleh menggantikanku kalau kau mau.”  jawabku santai yang membuat Corie terbatuk-batuk mendengarnya. Aku ingin tertawa melihat tingkah Corie itu, namun kutahan dan memberikan segelas air kepadanya. “Kau tahu?! Banyak wanita yang ingin tidur dengannya bahkan rela untuk melakukan kencan one night dengannya!  Tapi kau? ahhh… aku tak paham denganmu!” Corie meneguk kembali air yang kuberikan padanya dan melanjutkan ucapannya lagi. “Bahkan top model, Anolla pernah berkata seperti ini waktu di datang kekantor untuk persiapan foto shut untuk cover majalah : Aku tidak bisa membayangkan dapat menyentuh d**a bidangnya itu semalaman. Itu pasti akan menjadi hal yang sanga luar biasa untukku!” Corie mengikuti gaya bicara top model berdarah Nigeria itu dengan sangat fasih hingga membuatku tertawa terbahak-bahak. “Alex… Ini sudah malam, apa kau tak lelah?” suara berat dari belakangku membuatku terkejut dan menghentikan tertawaku. Saat kulihat tatapan Corie yang duduk didepanku melihat sumber suara itu dengan tatapan seperti melihat rancangan terbaru dari Versace, aku langsung tahu siapa si pemilik suara berat itu. Kutolehkan kepalaku dan pria yang sudah kuduga itu malah menarik kursi kayu disebelahku dan bergabung bersamaku dengan Corie. Kecanggungan langsung menikamku saat melihat pria itu menatapku dengan tatapan yang kuyakin dapat membuat para wanita meleleh bak es terkena sengatan matahari di siang bolong. “Ehm.. saladku sudah habis dan perutku sudah kenyang. Jadi aku akan beristirahat sekarang.” Corie bangkit dari kursinya dan meletakan piring kotornya kedalam wastafel pencuci piring yang hanya berada tak lebih dari 10 langkah dari tempat kami duduk. Corie mengedipkan matanya kearahku, membuatku terperangah tak percaya. “Oh ya James, kau harus lebih  sabar menghadapi  tingkah Alex. Dia kadang-kadang dapat menjadi sangat liar.” Corie tersenyum kearahku dan juga Jame yang kubalas dengan lototanku. Dan sebelum ia meninggalkan pantry, James sudah mengatakan sesuatu yang membutku ingin segera memebenturkan kepala pria itu keatas meja marmer yang terlihat kuat ini.  “Oh ya? sebenarnya aku sangat menyukai wanita yang liar..” “Baguslah! Kalian berdua memang pasangan serasi!” Corie lagi-lagi mengedipkan sebelah matanya padaku dan meninggalkan aku dan James dalam keheningan malam. James melihat jam dinding didepan kami “Sudah pukul 11.44 malam. Apa kau tidak lelah setelah aktifitas seharian ini?” Sebelum aku menjawab pertanyaan itu, James sudah melanjutkan ucapannya “Oh ya, barang-barangmu sudah dipindahkan oleh pelayan ketempat yang sudah disediakan khusus untuk kita..” “Ahhhh?” Aku ingin berteriak terkejut mendengarkan hal itu. Apa itu berarti aku akan sekamar dengannya malam ini? dengan pria ini? Baiklah, dia memang tampan dan kuyakin tubuhnya juga pasti sangat indah namun aku tidak memiliki perasaan khusus apapun padanya! “Jangan menatapku seperti itu. Aku bukan kanibal yang akan melahapmu hidup-hidup. Aku sangat lelah malam ini, jadi lebih baik kita beristirahat sekarang..” James menyentuh kedua pundakku dan mengarahkan tubuhku meninggalkan pantry ini. "Lepaskan!" pintaku dengan paksa seraya menghindar darinya. "Oke-oke! Kau mungkin lebih suka tempat privasi untuk bersentuhan ya." James mengangkat kedua tangannya dengan bibir yang tampak menahan tawanya. Aku menatapnya tak percaya dan berjalan dengan cepat menjaga jarak darinya. ***  Angin malam pantai menerbangkan rambutku. Aku berjalan berlahan mengikuti langkah James yang berjalan dijalan yang mengarahkan kami berdua menuju sebuah bangunan yang tak kutahu namanya yang letaknya agak jauh terpisah dari mansion utama. Bangunan yang telihat lebih seperti pondok itu nampak sederhana namun tetap membuatku berdecak kagum. Aku sudah melihat pondok itu sejak pertama kali tiba disini dan aku sangat ingin beristirahat disana dan siapa sangka, ternyata keinginanku itu terkabul namun dengan cara yang sama sekali tak kuharapkan. “Masuklah..” James membuka pintu pondok itu dan menyuruhku untuk masuk terlebih dahulu. Ketika kulagkahkan kakiku kedalamnya, aku bukan merasa seperti berada didalam sebuah pondok  namun berada di sebuah kamar dari hotel berbintang 5. Keadaan dalam pondok ini sangat bagus dan modern walaupun perabotannya hampir semua terbuat dari kayu, jendela besar yang membatasi beranda dan pondok ini memperlihatkan pemandangan laut malam dan aku tak bisa berdelik! Ini benar-benar seperti bulan madu para pasangan yang kutonton dalam film-film. Seandainya aku benar-benar menikahi pria yang kucintai, aku jamin! Aku pasti sedang merasa menjadi wanita paling bahagia didunia. Yah... seandainya! “Apa kau sangat ingin berenang dilaut?” James memecahkan lamunanku. Secepat mungkin kuedarkan pandanganku dan berhenti menatap laut itu. “Kalau kau sangat ingin berenang aku dapat menemanimu..” cengiran James membuatku segera mengeluarkan suaraku yang sedari tadi kutahan. “Tidak!” jawabku dingin. Yang benar saja! Berenang? malam-malam begini? Apa dia pikir aku sedang memerankan karakter Bella Swan dan dia Edward Cullen yang berenang di laut malam-malam tanpa sehelai pakaianpun dan kemudian berlanjut dengan adegan ranjang seperti di film Twilight. “James.. Aku ingin bertanya sesuatu padamu?”itu kalimat terpanjang yang kuucapkan padanya sejak pertemuanku padanya hari ini. “Tanyalah..” James berjalan berlahan mendekat kerahku yang sudah terduduk  dipinggir ranjang berseprai putih di kamar ini. “Kenapa kau menerima perjodohan ini?” “Karena sudah saatnya aku membangun sebuat image baru, sebagai seorang pria bertanggung jawab dan beristeri. Aku juga sudah bosan dikejar-kejar oleh para wanita yang sangat ingin bersamaku itu.” mata cokelanya mengunci mataku.  Baiklah! Dia memang terlihat luar biasa bahkan dengan kemeja putih lengan pendek yang berantakkan itu, namun kesombongannya itu membuatku muak! “Apa kau pikir pernikah merupakan bahan mainan ha?” tanyaku yang mulai geram mendengar ucapannya barusan. “Aku tidak pernah berkata akan bermain-mainkan?” tanyanya balik padaku. “Baiklah! Terserah kau saja! Tapi, asal kau tahu, aku tak sama dengan para wanita yang mengejar-ngejarmu itu! Aku tidak memiliki perasaan apapun padamu!” kulemparkan tatapan tajam yang malah membuat tubuh pria itu mendekat kearahku. Wajahnya kini hanya beberapa senti dari wajahku dan matanya tak beralih sedikitpun dari mataku “Aku sangat suka tantangan! Dan sepertinya aku baru saja menemukan tantangan baru.” senyum pria dihadapanku itu mengembang dan ucapannya barusan membuat otakku terasa buntu. Apa dia bilang barusan? tantangan? Sebelum pria itu memasuki ruangan lain yang kuduga adalah kamar mandi itu, aku berhasil  menghentikan langkahnya “1 tahun. Cukup 1 tahun! Setelah itu aku ingin kita bercerai! Bagaimana? Kau setuju?” James masih berdiri kaku tanpa menoleh kearahku sedikitpun. Tubuh atletisnya itu tidak bergerak sedikitpun selama beberapa detik. Sepertinya ia sedang berpikir. Iya, pria yang biasa hidup dengan banyak wanita seperti dia tidak mungkin tahan dalam kehidupan berumah tangga. Kukembangkan senyum  kemenanganku, pria sombong itu pasti tak bisa membohongi dirinya sendiri untuk hidup bebas dan dia akan akan menyetujui hal itu. Dan setelah itu, aku hanya perlu membentengi diriku selama setahun, jangan sampai aku terperosok kedalam pelukan pria itu seperti yang dikatakan Corie sebelumnya. Baiklah, pria itu ternyata berpikir lebih lama dari dugaanku . Ketika aku hendak bertanya lagi padanya, bibirku tertahan, tak percaya mendengarkan ucapan pria itu…  “Tidak! Aku tidak setuju!”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN