Teror Hantu

1668 Kata

“Nak Agung kelihatan lagi seneng ya. Sejak tadi senyum terus,” ujar Bunda saat aku membantunya menata hijab. Beliau terus memperhatikan gerak-gerik Mas Agung sampai tidak fokus saat aku ajak bicara. Sepertinya sikap aneh mantan bosku lebih menarik dimata Bunda. Suasana hati Mas Agung sedang cerah seperti ada matahari di dalam sana. Semua itu karena dia berhasil menjahili Robi dan juga Lenka. Aku tahu jika mantan suamiku bukan lawan yang sepadan untuknya. Tapi, aku tidak menyangka jika Mas Agung akan bertindak konyol seperti tadi. “Agung bahagia, Tante. Akhirnya Dyah mau menerimaku jadi calon suaminya.” “Loh, kapan aku bicara kayak gitu?!” “Sayang, bicara yang sopan,” tegur Bunda. Hah, roman-romannya Mas Agung bakal disayang sama Bunda. Padahal aku loh yang anak tunggalnya, bukannya

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN