Aku dikejutkan oleh surat panggilan kepolisian pagi ini sebagai tersangka dugaan tindak pidana teror dengan nama lenka sebagai pelapor. Setelah membaca surat ini aku meletakkannya kembali ke atas meja makan. Selepas itu aku kembali melanjutkan sarapan yang masih tersisa sedikit. “Mau Bunda temani?” “Nggak usah, Bun. Nanti siang biar Dyah ke kantor polisi sama Mimi.” “Teror yang dimaksud oleh Lenka itu apa? Bukannya kamu yang beberapa minggu ini mendapatkan teror tiap hari.” “Sepertinya keluarga Robi ingin menumbalkan Lenka untuk melindungi Putranya. Tanpa sadar Lenka sudah masuk ke dalam jebakan Mama Robi.” Kedua orang tua Robi sudah dibutakan oleh harta dan jabatan. Demi melindungi nama baik keluarga selalu membela putranya yang bodoh itu. Meski sudah tahu jika Robi bersalah tetap