“Udah, Mas, aku bisa mengobati lukanya sendiri.” “Ya, sudah kalau begitu aku peluk kamu lagi ya, biar sedihnya cepat menghilang.” “Eh, eh, eh, gak usah peluk-peluk aku lagi! Mas tuh nggak mau rugi, suka mencari kesempatan dalam kesempitan.” “Kamu lupa kalau aku ini Dokter sekaligus seorang pebisnis? Mana mungkin menyia-nyiakan kesempatan emas. Sepertinya kamu juga sangat menikmati pelukan tadi.” Selalu saja seperti ini, Mas Agung akan mengajakku berdebat. Dulu dia selalu bersikap manis dan sopan saat berbicara denganku. Sekarang berbeda, setiap hari pasti ada-ada saja kelakuannya yang menyebalkan, membuatku kesal setengah mati. Luka di kedua kakiku tidak terlalu serius. Hanya lecet-lecet sedikit karena aku selalu memakai kaos kaki. Namun, dia bersikap seolah-olah aku mengalami cedera