Anak Mantan

1714 Kata
"Kamu mau belanja apa?" tanya Iksan sambil meneruskan melihat - lihat barang yang akan dicarinya, dan Amanda mengekori dari belakang. "Nggak ada yang spesifik, cuma nyari oleh-oleh untuk Mama sama kakak aja," jawab Amanda. Sesekali dia juga mengambil masker yang ada di rak pajangan lalu membaca keterangan pada bungkusnya. "Ya udah cari aja disini, tuh banyak pilihan ... kamu cewek kan lebih tahu. bebas kok di sini .. kalau sudah selesai tunggu aja di pintu depan sesudah kasir," ucap Iksan sambil menunjuk pintu keluar, sepertinya dia enggan diganggu. "Tapi saya nggak tahu mau cari apa, saya itu bukan penikmat Skincare, lagian semua kelihatan standar-standar aja dan banyak tersedia di Jakarta." Iksan menoleh lagi, "Ya semua juga ada di Jakarta, yang mau saya cari juga ada, tapi kan kita lagi terbang ke sini, jelas ini negara asalnya, pasti harga juga beda kalau beli di sini, selain lebih murah yang jelas lebih komplit," jelas Iksan. Amanda tampak mengangguk sambil melihat produk Skincare yang ada di dekatnya. Iksan pun tidak terlalu memperdulikan keberadaan Amanda, dia sibuk mencari masker yang akan dibelinya. Untuk satu jenis produk dia ambil beberapa buah, separuh untuk Ririn dan separuh lagi untuk mamanya, cocok tidak cocok dia akan memaksa mamanya untuk memakai Skincare yang dia beli. "Banyak banget belanjanya Capt,untuk Siapa?" tanya Amanda kepo, dia yang wanita saja tidak membeli sebanyak itu, lah ini Capt. Iksan membeli cukup banyak barang, padahal baru dua jenis barang saja sudah memenuhi separuh keranjang yang dijinjingnya. "Buat istri," jawab Iksan asal. "Lho Captain Iksan tuh punya pacar istri? Saya malah dengarnya masih jomblo." Iksan sampai menoleh ke arah Amanda mendengar kata jomblo. "Memangnya tampang saya tampang jomblo ya?" tanya Iksan tidak ramah. "Maaf, saya nggak bisa bedain tampang jomblo apa bukan Capt, saya cuma dengar dari gosip yang beredar aja," jawab Amanda pelan, asli dia takut sudah salah bicara. "What, saya digosipin?" tanya Iksan sambil membelalakkan matanya ke arah Amanda. "Maaf Capt, saya cuma ikut - ikut dengar aja." Iksan terkekeh ngenes, tapi membuat Amanda lega, setidaknya Capt. Iksan tidak semarah itu. "Kamu sudah lama jadi pramugari?" "Baru mau tiga tahun Capt." "Dari lulus SMA?" "Hmm saya sempat kuliah satu semester, terus daftar pramugari." "Ooowh ... sepertinya ini pertama kali kita terbang bareng ya?" tanya Iksan sambil mengambil dua buah pelembab untuk Ririn, hanya dengan melihat botol dan merk, dia sudah langsung mengambil dua botol. "Iya, tapi saya sudah lama tahu Capt. Iksan. Waktu itu mama pernah bilang kalo anak temennya pilot, namanya Iksan Wisnutama... cuma belum ada kesempatan aja saya buat ngomong langsung sama Capt. Iksan, baru tadi." "Ooowh gitu, sini kita selfie dulu, saya tunjukkan sama papa saya." Amanda mendekat dan Iksan mengambil swafoto bersama Amanda. "Siapa nama mama kamu tadi?" tanya Iksan sambil mengetik sesuatu. ""Mimi, Mirna." Iksan sepertinya sedang mengetikkan nama mamanya Amanda untuk dikirimkan ke papanya. Tidak sampai satu jam Iksan dan rombongannya sudah meninggalkan Olive Young, mereka akan meng-eksplore Myeong-dong untuk makan siang dan cuci mata. Iksan sudah santai, semua yang ada di listnya sudah dibeli semua. Dia menyandangkan tas belanja di bahunya dan mengikuti langkah yang lain. Sudah hampir pukul tiga menjelang sore mereka sudah sampai di hotel lagi. Selain sudah lelah, faktor cuaca juga jadi pertimbangan, semakin sore cuaca semakin dingin. Mereka berpisah di lift karena Iksan dan Rosyid berbeda lantai dengan crew yang lain. Mereka selanjutnya hanya berjanji bertemu di lobby besok pagi karena jadwalnya untuk bertugas lagi kembali ke Jakarta. Iksan menyusun barang bawaannya di dalam koper, sebelumnya dia mengambil foto barang - barang itu untuk dikirimkan ke Ririn dan juga mamanya. Ririn Sayangku Udah komplit nih. Masih jam setengah dua di Jakarta karena sudah setengah empat di Korea. Ririn pasti masih di rumah sakit, bahkan dia belum membuka pesan Iksan. Iksan sambil mengecek balasan pesan papanya. Papa Mimi temen papa kuliah? Kamu ketemu di Korea? Me Ternyata anaknya pramugari, kebetulan terbang bareng aku hari ini Pa. Papa Jangan bilang mama ya, itu mantan Papa. Me Tapi bukan anak Papa kan? Papa Papa nggak gila Mas! Iksan terkekeh membaca balasan papanya dan membiarkan tanpa membalas. Dan sudah Iksan duga, papanya penasaran. Panggilan telepon pun berbunyi, tertulis Papa di sana. "Santai bos, jangan panik," begitu ucapan Iksan sebagai pembuka menyapa papanya. "Kurang asem kamu Mas." "Emang kenapa sih Pa... kan aku cuma nanya." "Nanya nggak gitu juga kali!" "Ya tinggal bilang aja bukan. Emang berkesan banget mamanya si Amanda itu sampe takut Mama tahu? Spill dong Pa, kepo aku." Ya begitulah Iksan, papanya sendiri pun dikerjainya. "Itu pacar Papa waktu kuliah, tapi nggak disetujui yangti." "Kenapa, jelek?" "Mana ada pacar papa jelek." Iksan terkekeh mendengar jawaban papanya. "Lho katanya papa posesif banget sama Mama, tapi kok ada cerita lain di masa lalu?" "Mimi itu dulu sebelum kenal mama kamu, satu bulan setelah putus sama Mimi, papa kenal sama mama kamu, kan dulu Opa tugas di Jogja dua tahun ...rumahnya ya di sebelah rumah Eyang, jadi kenal orang tuanya." "Ada cewek Manado bening di depan mata, auto lupa Mimi ya pa?" Papa Iksan tertawa. "Kayak kamu yang ngebet sama Ririn gitu, bedanya cewek yang papa incer nggak nolak, tapi kamu memang payah sih mas." "Owh Papa ngatain aku? Aku bilang nih sama mama soal tante Mimi ini," ancam Iksan. "Kan ... jelek banget adat kamu, dasar tukang ngadu!" *** Ririn baru keluar ruang meeting jam tiga sore. Dia berniat langsung ke ruangannya untuk mengambil ponselnya yang tadi tertinggal diatas mejanya. "Dek, lo ditanya Mama...sudah fitting belum?" tanya Kana yang keluar ruang bersamaan dengan Ririn. "Gue mah nggak perlu fitting mas, tante Andin udah tahu ukuran gue," jawab Ririn yang ditemani Kana menuju lift, dia memang di lantai empat, berbeda dengan Kana. "Lo jadi tunangan nggak sih? Kok anteng aja nggak ada beritanya?" "Jadi dong, kan lagi pada ngurus mas Kana dulu yang mau pesta, gue kan cuma lamaran sama tunangan mas ... santuy, nggak banyak tamu." "Nggak ada seragam?" "Nggak, batik bebas aja, sumpah ini acara santai doang mas, ini juga nggak tahu acaranya dimana, Dharmawangsa belum fix, kayaknya di rumah aja deh." "Lo tunangan apa Akikah sih Dek?" "Sunatan massal kayaknya," jawab Ririn lalu masuk ke dalam lift sambil terkekeh. Sesampai di ruangannya, Ririn melihat ponselnya masih ada di atas mejanya. Ririn melihat ada banyak pesan di wa nya. Mulai dari grup keluarga sampai wa dari Alvin dan juga Iksan. Karena pesan dari Alvin berada paling atas, Ririn membaca itu duluan. Ternyata Alvin hanya mengabarkan dia sedang boarding ke Solo karena dia akan roadshow selama satu minggu di Solo, Jogja dan terakhir di Semarang. Acara akan berakhir hari Jumat dan Alvin baru akan pulang ke jakarta hari Minggu karena dia akan pulang ke rumah orangtuanya, sedangkan asisten dan manajer pribadinya langsung pulang ke Jakarta. Ririn hanya menjawab 'Ok' pesan yang dikirim Alvin setengah jam yang lalu, tentu saja sekarang Alvin masih dalam perjalanan. Ririn beralih ke pesan Iksan dibawahnya. Pesan itu dikirim lebih dari satu jam yang lalu. Ririn melihat foto belanjaan Iksan yang diberi caption di bawahnya 'Olive Young mendadak tupu lebih cepat karena sudah aku borong semua'. Tanpa sadar Ririn malah menarik keluar kedua sudut bibirnya merespon pesan Iksan. Me Kalo wajah sampe nggak glowing mah kelewatan itu. Sudah selesai belanja? Ririn meletakkan ponselnya sambil menunggu jawaban Iksan. Dia mengambil berkas yang diletakkan Tari di mejanya tadi saat dia hendak pergi meeting, belum sempat dibukanya sama sekali. Baru saja membaca satu lembar, ponsel Ririn bergetar, ada nama Iksan di sana. Ririn menggeser tanda menerima panggilan di layar ke samping kanan yang langsung memunculkan wajah Iksan dengan baju kaos dalam berwarna putih dan latar belakang tempat tidur. "Udah di kamar aja ... masih sore kan ini?" tanya Ririn. "Mau ngapain lagi di luar, belanja udah, makan udah, cuci mata udah, mana di luar dingin banget Rin, mending di kamar aja deh ada heater,"jawab Iksan. "Iya juga sih, aku suka dingin, tapi kalo kedinginan juga nggak suka." "Makanya aku milih di kamar aja sekalian jaga kondisi. Kamu belum pulang?" "Belum, masih satu jam lagi," jawab Ririn sambil melihat pergelangan tangannya. "Tadi waktu kamu wa, aku masih meeting diatas, hapeku ketinggalan di meja," jelas Ririn tanpa diminta Iksan, dia hanya merasa perlu menjelaskan mengapa pesan Iksan tidak langsung dibalas, dia mengingat kejadian kemarin soalnya. "Aku sudah duga juga sih, masih jam kerja soalnya. Sudah makan siang kan?" "Udah tadi sebelum meeting aku makan siang sama kak Ana dan teh Jani, tadi nggak sengaja ketemu di kantin." "Owh, sama Owka juga?" "Nggak, aa' terbang ke Hongkong." "Oh dia kena nyerep ya?" "Iya katanya, kalo nggak kena revise harusnya dia nganter teh Jani hari ini, kok kamu tahu?" "Kemarin aku ketemu di Flops, aku sudah di revise dari rumah, soalnya standby, dia nyerep di cengkareng," jelas Iksan. "Ooowh banyak yang nggak masuk ya?" "Kayaknya, yang aku gantiin sih sakit, nggak tahu yang Owka gantiin karena apa." "Aku juga nggak tahu, teh Jani nggak cerita." "Ehm, gimana lusa Rin, bisa nggak?" "Eh aku belum tanya mama, kan masih lusa. Besok deh aku tanyain ya." "Atau besok sore deh aku ke rumah kamu." Emang mas Iksan landing jam berapa?" "Jam dua siang." "Ih jangan mas, kamui abis terbang enam sampe tujuh jam, masa masih mau ke rumah lagi sih. Ntar aja lusa kalo jadi, aku kabari aja deh besok ya." Ririn sudah mulai stres juga kalau benar - benar Iksan jadi datang besok, soalnya yang Ririn tahu papanya juga pulang terbang besok pagi, kacau kalau dia sempat lihat Iksan datang, bisa - bisa Ririn kena kultum lagi. "Kamu mau pergi sama Alvin besok?" tanya Iksan sedikit menuduh atas penolakan Ririn. "Nggak, Alvin lagi ke Jawa Tengan dan sekitarnya, lagi promo," jawab Ririn. "Sampe kapan?" "Minggu." "Berarti weekend kamu gabut dong, yah sayang banget aku nggak libur ... apa aku bolos aja ya?" "Jangan ih, ada - ada aja. Aku nggak gabut, ada latihan juga buat acara mas Kana ...kan sebentar lagi." "O latihan." "Iya ... gampang lah nanti kita atur." "Yang paling dekat ya lusa, aku libur tuh. Kamu kabari aku ya besok." "Oke siap." "Yaudah lanjut kerja deh, nanti malam aku telpon lagi." "Okee," jawab Ririn sambil mengangkat jempolnya. "Bye Rin." "Bye..." Ririn meletakkan kembali ponselnya lalu menyandarkan badannya di kursi kerjanya. Dia harus berpikir keras cara menghindari Iksan supaya terlihat natural dan tidak dipaksakan. Bagaimanapun dia tidak mau membuat Iksan tersinggung karena tahu sedang dihindari.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN