LIMA BELAS

1171 Kata

"Aku sudah tidak menginginkanmu lagi." Suara Eden mengatakan itu terngiang-ngiang di telinga Aksa. Sepulangnya dari galeri, Aksa menghabiskan waktu di ruang studi di rumahnya. Ruang studi yang selama ini menjadi tempat Eden bertandang sebab suaminya yang t***l tidak bisa diajaknya bicara. Ruang studi—yang Aksa duga—yang selama ini menjadi saksi tangis Eden menghadapi suaminya yang tidak setia. Ah, pernah menangiskah dia, pikir Aksa. Aku tidak pernah benar-benar tahu bagaimana dia melakukan segala pengorbanan itu di belakangku! Aku tidak pernah membawa diriku untuk mendatanginya. Egoku yang tinggi tidak pernah mengizinkanku hanya untuk menegur istriku walau hanya sekadar menunjukkan perhatian. Dada Aksa sesak, seolah ditusuk rasa pilu. Dapat diperhatikannya tadi Eden yang tampak lebih ku

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN