Bab 15

1009 Kata
Kini hasil coret-coretannya semalam sudah ada di meja Bu Riska. Setibanya di pabrik, Khadija langsung menemui Bu Riska di ruangannya, dia masih butuh koreksi atas apa yang sudah dia buatkan konsep. Wanita itu kini tengah manggut-manggut sambil memperhatikan dengan saksama rancangan masadepan yang sudah dibuat anak buahnya itu. “Secara konsep sudah benar, kamu hanya perlu berbicara benar-benar dengan diri kamu apakah kamu meyakini apa yang sudah kamu tuangkan disini? jangan sampai ada satu poin yang sebenarnya kamu ragu untuk mencapainya tapi kamu tulis, khawatir itu akan menjadi block untuk cita-cita kamu,” ucap Bu Riska sambil mengembalikan catatan kecil Khadija. “Saya sudah yakin Bu, itu hasil saya berfikir, tapi saya belum tau apakah nanti yang akan saya lakukan untuk mewujudkan beberapa hal yang diluar kendali saya, karena rizki, jodoh dan kematian kan Allah yang mengaturnya Bu.” Khadija mengambil catatan kecilnya dan menutupnya, setelah sekilas membacanya lagi. “Itulah fungsinya kita membuat rencana tertarget dan tujuan yang tertata jelas agar alam bawah sadar kita bisa menangkap tujuan itu dengan pasti, dia itu seperti mesin otomatis yang Allah ciptakan di setiap diri manusia, hanya tinggal bagaimana manusia itu memaksimalkan si mesin otomatis itu, apakah untuk meningkatkan hidupnya ataukah membiarkan dia dipenuhi oleh hal-hal negatif dan membawanya kepada kegagalan.” Bu Riska menatap lekat wajah gadis yang terlihat serius mendengarkannya. “Itulah kenapa, banyak orang kaya semakin kaya karena mereka sudah memahami polanya, selain memaksimalkan usaha, namun pastinya mereka bisa memaksimalkan kekuatan pikiran dan alam bawah sadar mereka, dan banyak kejadian juga ketika yang terpuruk akan semakin memburuk, karena yang dipikirkannya adalah hal-hal yang membuatnya terpuruk, sehingga kejadian-kejadian yang membuatnya semakin terpuruk berdatangan memenuhi kehidupannya, maka hati-hatilah dengan apa yang kita pikirkan jika dilakukan berulang maka kemungkinan besar akan menjadi kenyataan.” Bu Riska memberikan penekanan pada kalimat terakhirnya sambil menatap gadis itu. “Mengerikan Bu,” mata Khadija membulat mengetahui sebuah pemaparan yang masih begitu asing ditelinganya. Bu Riska terkekeh kecil melihat ekspresi Khadija. “Tidak ada perlu yang di khawatirkan berlebih Dija, kita cukup memenuhi pikiran kita dengan hal-hal positif dan selalu mengawali setiap hari dengan syukur itu sudah cukup, dan satu lagi abaikan hal-hal negatif yang biasanya merusak mood kita, kalau mood udah baik biasanya kebakian-kebaikan lainnya akan berdatangan, tapi kalau udah jelek biasanya hal-hal serupa yang akan menghampiri kita” ucap Bu Riska lagi. “Saya yakin kamu dibekali ilmu agama, dan itu sebetulnya sudah sangat cukup jika kita menjalankan semua kewajiban dan keyakinan kita dengan sepenuhnya dan seutuhnya, karena menurut saya semua konsep mengenai alam bawah sadar, hukum LOA atau daya tarik, dan hal-hal serupa yang sudah saya pelajari semuanya terangkum dengan baik dalam ajaran agama kita, cuma memang tidak semua orang menyadarinya.” Ucapan Bu Riska membuat pikiran Khadija terhubung begitu cepat dengan pelajaran-pelajaran agama yang didapatkannya dari ustadzah Julaeha. Khadija mengangguk-anggukan kepalanya. “Dan segeralah bertindak sesuai dengan apa yang kamu rencanakan, berarti kamu akan mendaftar kuliah tahun ini?” ucapan Bu Riska membuyarkan rangkaian pikirannya yang saling terhubung. “Iya Bu, saya harus mendaftar secepatnya sebelum kontrak kerja saya berakhir,” gadis itu memaksakan tersenyum ketika mengingat periode kontraknya hanya dua tahun dengan perusahaan tempatnya bekerja. “S1 kurang lebih empat tahun, nanti saya bisa bantu untuk merekomendasikan kamu melanjutkan kontrak kedua dua tahun lagi, berarti kamu hanya perlu tabungan plus minus yaitu selama enam bulan, karena mungkin kontrak kamu akan berakhir ketika enam bulan lagi kuliah kamu selesai, sudahlah jangan terlalu dipikirkan, nanti pasti akan ada jalan untuk orang yang memiliki kemauan. Untuk saya sendiri selain membuat target jangka panjang, saya juga membuat target jangka pendek yang lebih khusus, terukur dan bisa dicapai dalam waktu dekat. Dan satu lagi, meskipun kamu membuat rencana untuk lima tahun atau sepuluh tahun kedepan, bahkan sampai puluhan tahun kedepan, tapi kita harus tetap berjalan dan menikmati hari ini dengan sebaiknya, karena salah satu rahasia lagi yang tidak kita ketahui, yaitu kematian.” Bu Riska kembali memberikan pemaparan panjang lebar. Khadija cukup mendapatkan banyak ilmu dan masukan kembali, sebuah pelajaran berharga yang tidak pernah didapatnya selama ini. Konsultasi hari itu harus selesai karena deringan bel masuk. Khadija bergegas meninggalkan ruangan yang sejuk dengan AC itu dan menuju area tempatnya bekerja yang hanya diberikan kipas angin itupun untuk satu ruangan yang teramat luas dan dihuni beberapa orang. Memang ilmu membedakan derajat dimana orang itu akan ditempatkan. Khadija semakin yakin atas satu kalimat yang selalu didengarnya dari ustadzah Julaeha, yaitu jika Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang berilmu. Perjalanan yang dulu dirasanya sudah selesai ketika lulus sekolah menengah dan bekerja, kini ternyata berubah setelah mengenal Bu Riska. Kini dirinya memiliki tujuan-tujuan baru yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Ternyata ilmu yang didapatkan selama ini hanyalah ilmu akademik yang memang bisa dia pakai untuk menghitung pemasukan dan pengeluaran bulanan. Tapi ilmu yang Bu Riska bagikan yaitu sebuah ilmu berharga tentang pengalaman hidup yang memang sudah benar-benar dijalani dan dialaminya sendiri. Khadija menyimpan bukunya didalam laci meja karena dia tidak sempat jika harus kembali ke locker untuk menyimpannya. Hari itu kesibukan pekerjaan mengalihkan segala pikirannya. Tumpukan pakaian yang harus dilakukan check sudah menumpuk karena ada barang yang harus segera di packing untuk memenuhi pemesanan quota ekspor yang melonjak. Setelah pulang dia bertekad untuk mencari-cari informasi terkait kuliah, pastinya nyari yang terdekat dengan tempatnya bekerja. Bell pulang tidak membuat kesibukannya terhenti, dia harus mengambil satu jam lembur agar targetnya tercapai. Berarti dia harus pulang pukul enam sore. Akhirnya kumandang adzan maghrib samar terdengar bersamaan dengannya merpikan meja kerja dan bernafas lega. Dia bergegas mengambil buku catatannya di laci dan berjalan tergesa menuju locker. Setelah itu Khadija pergi ke mushola pabrik yang terletak disekitar parkiran kendaraan karyawan. Waktu sudah menunjukkan pukul enam lewat lima belas menit ketika sholatnya selesai. Gadis itu segera membuka ponselnya dan membuka aplikasi online. Dia akan melewatkan mengajar Nayya mengaji jika harus menunggu jemputan lembur yang baru akan datang pukul setengah delapan. “Dija tumben pulang telat?” Suara seseorang mengagetkannya dari belakang. Terlihat sosok seorang lelaki yang wajahnya familiar namun Khadija memang tidak tahu namanya, sepertinya dia pernah berpapasan beberapa kali ketika keluar dari ruangan Bu Riska.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN