Merenda Masa Depan

1518 Kata
Warning Trigger : Dalam bab ini ada percakapan dewasa dan kekerasan seksual, Boleh anda baca, kalau umur sudah dewasa. *Tahun ke dua di Jakarta* Aku keluar dari kamar mandi di suatu sore dan melihat Kak Di dan Kak Bondan sedang mengepak barang-barang yang ada di dapur. Siapa Pak Bondan? Oh, Dia itu adalah supirku dan pengawalku. Bagaimana aku bisa mengenal dia? Ceritanya dia adalah penolong Kak Di. Kak Diana, setiap Jumat suka open PO untuk masakan rumahan yang dijualnya kepada penghuni apartemen kami, yang kebanyakan adalah pekerja kantoran. Jadi setiap subuh, dia harus berangkat berjalan ke pasar Benhil yang berada tidak jauh dari apartemen kami. Kak Diana hanya perlu melewati jembatan penyebrangan yang ada di belakang apartemen ini dan menyeberang jalan menuju Pasar Benhil. Tapi di jembatan penyebrangan, Kak Di dilecehkan oleh segerombolan anak muda yang sedang ngelem di jembatan itu “ Wah.. kamu seksi banget.” Kata seseorang “ Aku rasanya ingin mencicipi dirimu.” Katanya mencoba meremas payudaranya Kak Diana. Kak Diana berjalan semakin cepat, tapi dua orang lelaki menghadang langkahnya, mereka mencoba memeluknya dan mencium Kak Diana. Kak Diana meronta dan berteriak “ Jangan sentuh aku. Aku penderita HIV.” Tapi lelaki yang sedang fly itu malah menjawab “ Sama, kami juga menderita HIV. Jadi cocok.” Katanya sambil menarik blouse Kak Di sampai blouse yang terbuat dari katun itu sobek bagian dadanya. Kak Di meronta-ronta, ketiga pria ini semakin gelap mata, mereka menampar pipi Kak Di dan menidurkannya di jembatan yang masih sepi. Salah seorang menindih tubuhnya dan dua orang memegang tangan Kak Di . Yang berada di atas tubuh Kak Di, sudah menurunkan celananya ketika sebuah tangan besar menariknya dan menghajarnya keras. Tangan itu adalah tangan Kak Bondan, seorang tuna wisma yang selalu tidur di ujung jembatan Benhil. Dia mendengar teriakan Kak Di dan bergegas naik ke jembatan itu dan melihat ketiga pria kurang ajar ini hendak mengagahi Kak Di. Ketiga orang itu dihajarnya dengan keras sampai babak belur. Lalu dia membantu Kak Di berdiri dan mengantar Kak Di sampai di depan pintu lobby apartemen, karena satpam di lobby melarang Kak Bondan untuk masuk, melihat penampilannya yang kumuh. Aku yang saat itu kebetulan mau berangkat ke airport untuk penerbanganku ke Bali karena ada kontrak kerja di Bali, terkejut melihat keadaan Kak Di yang bajunya sobek dan rambutnya awut-awutan. Aku langsung memutuskan agar Kak Bondan ikut naik ke apartemen kami untuk menemani Kak Diana yang kelihatan masih terkejut, karena aku tidak bisa menemaninya. Kak Diana juga setuju dan menyuruhku segera berangkat agar tidak ketinggalan pesawat. Sejak itu Kak Bondan aku pekerjakan untuk membantu kami berdua. Dia aku kontrakkan rumah satu petak di Benhil dan tiap pagi wajib ke apartemen untuk bekerja apa saja untuk kami. Mengawal Kak Di saat mau ke pasar dan kadang mengantarku dengan taxi bila hotel tempatku menerima panggilan agak jauh dari kota Jakarta. Kisah hidup Kak Bondan juga tidak gampang. Dia sebelumnya adalah seorang pengusaha percetakan kecil di Kota Bogor, tapi dia senang berjudi, sehingga seluruh hartanya habis. Istrinya selingkuh dan membawa kabur semua sisa hartanya. Rumahmereka merangkap tempat usaha di sita Bank dan akhirnya Kak Bondan tidak lagi mempunyai uang dan dia berakhir tidur di sudut jembatan penyebrangan Benhil. Sejak tahu, Kak Bondan bisa menyetir, aku membeli mobil Innova bekas agar Kak Bondan bisa menjadi supirku, mengantarku ke mana saja untuk mememuhi panggilan client. Kak Bondan tidak pernah bertanya apa pekerjaanku, tapi pasti dia tahu, mana ada wanita yang bekerja berpindah hotel yang satu ke hotel lainnya tiap ada panggilan, kalau bukan seorang kupu-kupu malam. “ Bee.. Koper di kamarmu, perlu Kak Bondan turunkan?” Tanya Kak Bondan membuyarkan lamunanku, tentang dirinya. “ Sudah kuturunkan Kak. Tinggal ku isi baju-bajuku. Tapi sepertinya aku butuh satu kardus besar lagi, untuk baju-bajuku.” Kataku mengeringkan rambutku dengan handuk. “ Biar nanti Kak Di yang susunin saja. Bee.” Kata Kak Di. “ Okay, makasih Kak Di ku tersayang. Ntah apa jadinya hidupku kalau tanpa Kak Di,mungkin aku dan mama uda jadi pengemis.” Kataku tersenyum pahit. “ Tapi nasibmu, juga tidak lebih baik setelah bertemu aku Bee. Kamu malah menjual keperawananmu demi aku dan jadi pela.cur supaya bisa membeli obat agar aku bisa tetap hidup.” Kata Kak Di menghela nafas. “ Ah.. Kak Di. Aku tetap aja sangat bersyukur bisa ketemu Kak Di.” Kataku menyandar di bahunya dengan manja. Dia menepuk-nepuk lenganku dengan sayang lalu melanjutkan pekerjaannya membungkus gelas-gelas dengan kertas koran. “ Meskipun aku jadi pela.cur, tapi pela.cur tingkat tinggi, mempunyai gelar sarjana hukum karena dikuliahkan Kak Di dan tarifku sekarang sudah melebihi selebgram. Besok , kita malah bisa pindah ke rumah mewah berlantai dua di Kawasan PIK. Aku mempunyai tabungan yang cukup untuk membeli obat Kak Di. Aku bisa investasi di saham-saham blue chip karena pernah dapat klient pialang saham dan beli bitcoin untuk investasi karena salah satu klient mengajariku untuk investasi bitcoin. Pelangganku sekarang semua adalah kalangan atas, bukan lagi setengah atas, karena sekali kontrak kerja ku untuk menemani para pria itu harganya sudah 50 juta. Mamaku juga bisa tinggal di kamar, VIP, dengan satu orang suster yang khusus menemaninya di klinik rehabilitasi mental. Jadi aku bersyukur Kak Di untuk semua yang berhasil kita capai dalam dua tahun ini.” Kataku tersenyum. “Iya… Iya.. Kak Di tahu dan ikut senang untuk pencapaianmu.” “ Eitt. Bukan hanya mu, tapi kita.” Potongku “ Ini adalah pencapaian kita bertiga, termasuk Kak Bondan karena sejak ada Kak Bondan, aku jadi lebih tenang dan merasa aman karena tidak perlu lagi naik Taxi. Kak Bondan selalu siap mengantar kemanapun aku hendak pergi.” Kataku tersenyum pada lelaki seumuran Kak Di yang sangat pendiam ini. Kak Bondan hanya tersenyum sedikit dan tidak mengeluarkan sepatah katapun. Dia lebih banyak berbicara di dalam hatinya. Kami masih asyik berbincang tentang rencana kepindahan kami besok , lalu aku bertanya pada Kak Bondan. “ Kak, apakah uang jaminan untuk kontrakan Kak Bondan sudah dikembalikan?” “ Sudah Bee. Uangnya sudah kuserahkan pada Kak Di.” “ Baguslah. Biar nggak usah bolak balik lagi nanti . Kak Bondan juga akan ikut kami tinggal di PIK Rumah di PIK ada empat kamar, jadi kita bisa tinggal bertiga. Sudah kuurus suratnya ke ketua RT, kubuat status kita bertiga ini adalah saudara.” “ Kenapa nggak kamu bilang , kita ini adalah abang adik?” Tanya Kak Diana “ Nanti kalau dimintain akte lahir, bakalan repot Kak karena nama orangtua kita berbeda. Jadi lebih aman , aku bilang saudaraan aja. Saudara jauh atau dekat, Pak RT nya juga tidak bertanya lagi.” Kataku sambil mengedipkan mataku “ Kenapa emangnya kalau kita saudara jauh? Kenapa kamu mengedipkan matamu?” Tanya Kak Di. “ Jaga-jaga aja Kak Di, mana tahu suatu saat nanti , Kak Di dan Kak Bondan saling jatuh cinta dan jadi suami istri. Nggak bakalan timbul banyak pertanyaan lagi karena dari awal aku bilang ke Pak RT itu, kita ini saudaraan .” Kak Bondan tersipu dan Kak Di langsung memukul bahuku, sambil berkata “ Yang perlu memikirkan perkawainan itu , Kamu Bee. Kamu harus pasang target, umur berapa mau berhenti bekerja jadi pela.cur, hingga bisa membentuk keluarga sendiri.” “ Mana ada lelaki kaya yang mau menjadikan seorang pela.cur sebagai istri, Kak. Dan kalau dia miskin, aku tidak mau karena sungguh sudah tidak terbiasa diriku kalau disuruh hidup susah demi cinta.” Kataku sambil tertawa lalu berkata lagi “ Untuk rencana pensiun, aku sudah merencanakannya Kak, tahun ini setelah kita pindah, aku mau daftar kuliah kenotariatan di Unika Atmajaya. Aku uda cari-cari info, hanya perlu dua tahun untuk kuliah, itu setara S 2. Itu untuk bekal pensiunku nanti. Umur berapa ya Kak, cocoknya aku pensiun? Atau berapa kekayaan yang harus aku kumpulkan dulu untuk modal pensiun? Sekarang uang liquidku baru ratusan juta, belum capai Milyar. Sepertinya, harus kukumpulkan dulu sampai 5 M deh Kak, baru aku bisa tenang pensiun. Mulai besok, kita harus terima klient lebih banyak kak, dari seminggu 1 atau 2 jadi seminggu 3-4 biar uang pensiunku lebih cepat terkumpul.” Kataku. “ Kamu emang kuliah berapa hari?” Tanya Kak Di, mulai membuka laptopnya untuk melihat jadwal-jadwalku. “ Kuliah tiap hari Kak, tapi jam 10 pagi kelasnya di mulai. Jadi nggak ada masalah. Paling kalau ada panggilan kerja di malamhari, paginya sampai rumah, aku mandi lalu langsung berangkat untuk kuliah." “ Baiklah, jam delapan malam ini , ada kerja di hotel Four Season.” Kata Kak Di, melihat laptopnya. “ Dia pesan sendiri atau untuk orang lain?” Tanyaku “Pesanan dia sendiri. Tapi dia member baru, baru pertama kali masuk di website kita. Kode aksesnya. Bad Chef. Mungkin dia koki.” Kata Kak Di. “ Wah,kalau benar koki pasti koki kaya raya, kalau nggak mana sanggup dia bayar uang segitu banyaknya.” “ Mungkin aja dia adalah koki yang banyak warisan, pekerjaan koki hanya dilakukan sekedar hobby.” Kata Kak Diana “ Iya mungkin.” Kataku lalu melanjutkan membungkus barang-barang kami supaya besok kami bisa pindah ke rumah berlantai dua yang lebih besar yang terdiri dari empat kamar. Rumah hasil kerja kerasku dua tahun ini sebagai seorang kupu-kupu malam. meskipun aku membelinya dengan cicilan tapi aku bangga karena rumah ini hasil kerja kerasku.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN