Mentor Terindah

1375 Kata
Mentor terindah. Warning Trigger : Ada percapakan dewasa di Bab ini. Harap kebijaksanaan anda. * Tahun 1 di Jakarta * Di sebuah gym yang berada di apartemen di kawasan Jakarta Utara. Seorang wanita muda berambut sebahu sedang berlari di treadmill. Tubuhnya padat, dadanya montok, pinggangnya kecil dan kakinya jenjang. Tidak ada seorang pun laki-laki yang berolahraga di sana tidak memalingkan wajahnya untuk melirik wanita muda itu. Wanita muda itu berlari sambil mendengarkan headset sehingga dia sama sekali tidak mendengar ungkapan-ungkapan kekaguman dari para pria yang sedang bergerombol mengangkat barbel " Gila, badannya bagaikan gitar spanyol." Kata lelaki berkaos kuning sambil mengelap keringatnya. " Dadanya yang besar itu selalu berhasil membuat burungku bangun. Apalagi saat dia berlari di treadmill. Dadanya itu mental-mental seakan-akan memanggilku untuk kupegang dan kuremas." Kata pria dengan kaos merek Under Amour dengan vulgar " Uda ada pacar belum dia ya?" Tanya si kaos kuning dengan mata penuh hasrat " Kita-kita ini, nggak akan masuk dalam radarnya untuk bisa dijadikan pacar." Kata pria berkacamata ikut nimbrung. " Kenapa ?" Kata kedua nya serempak. Lalu ketiga pria ini berkerumun di kursi untuk mengangkat barbel, kursi itu sekarang tidak lagi jadi penyanggah bagi barbel-barbel itu, tapi berubah fungsinya sebagai tempat untuk ketiga pria itu bergosip. " Aku dengar-dengar dari satpam. Kalau perempuan ini, selalu pergi malam pulang pagi. Dia pasti pekerjaannya di kelab malam atau dia itu kupu-kupu malam." " Ah.. Mungkin saja dia kerjanya di perusahan pialang saham yang memang kerjanya malam , kan ngikutin waktu Amerika." Kata si baju kuning. " Nggak mungkin." Kata si kacamata yakin " Kenapa?" Si baju kuning dan Under Amour menjawab serempak " Karena tiap pagi, saat dia pulang pasti dia naik taxi Silver Bird. Kadang Mercedes, Kadang Alphard yang mengantarnya pulang. Mana ada pekerja di perusahaan pialang saham, sanggup pulang setiap hari dengan taxi mewah yang biasanya mangkal di hotel-hotel bintang lima itu.” Si kacamata menjelaskan bagaikan dia yang paling tahu. Keduanya mengangguk, karena itu masuk akal, tidak mungkin ada pekerja yang sanggup naik taxi mewah setiap hari kalau memang dia pergi bekerja dengan gaji 15 juta sebulan, berarti setengah uangya hanya akan habis untuk biaya taxi saja. “Jadi aku mengambil kesimpulan dia pasti kupu-kupu malam atau WTS kelas atas khusus untuk para pejabat atau orang kaya. Jadi kita ini yang hanya karyawan bank .” Katanya menunjuk si baju kuning “ Dan kamu yang hanya sales mobil” Katanya menunjuk si Under Amour “ Termasuk aku yang hanya marketing toko elektronik, tidak akan masuk dalam radar si gitar spanyol itu. Mau kita jadikan pacar pasti dia juga tak mau, mau memakai jasanya untuk memuaskan kita, kita ini hanya sanggup membayar yang ada di Mangga Besar, yang harganya tidak lebih dari satu juta, nggak mungkin sanggup membayar yang sekelas dia.” “ Tapi kan belum pasti dia tidak bisa jatuh cinta pada kita.Mungkin saja dia bisa jatuh cinta pada kita.” Kata si baju kuning. “Tapi apakah kamu bersedia menjadikannya istri? Pasti nggak mau ? Bisa-bisa kamu dicoret dari kartu keluarga sama orangtuamu, memperistri seorang kupu-kupu malam.” Kata si kacamata bagaikan penasehat perkawinan. Lalu si Under Amour berkata sedih “ Sepertinya kita hanya bisa mengagumi tubuhnya dari jauh seperti sekarang ini. Melihat tanpa bisa menyentuhnya karena uang kita tak cukup banyak. Kira-kira harus berapa lama nabung ya,kalau mau menikmati tubuhnya itu? Tarif nya berapa semalam? ” Dengan nada penasaran dia bertanya pada teman-temannya. “ Sepuluh juta mungkin.” Kata si Under Amour. “ Dua puluh.” Tiba-tiba suara merdu dengan nada yang sangat seksi terdengar dari belakang mereka. Ketiganya berbalik dan langsung terkejut melihat si wanita bertubuh seksi itu ada di belakang mereka sambil tersenyum manis. Ketiganya salah tingkah, tapi wanita itu hanya tersenyum dan berlalu meninggalkan mereka sambil mengelap peluhnya dengan penuh gaya. Bianca tertawa simpul ketika memencet tombol lift naik ke Apartemen Laguna yang berada di daerah Jakarta Utara. Itu adalah apartemen termurah yang bisa dia dan Kak Di bayar, saat pertama kali pindah dari Batam ke Jakarta. Sewanya hanya 2.5 juta perbulan bila membayar per 6 bulan diberi discount 3 juta jadi cukup membayar 12 juta, jika membayar full setahun, hanya perlu membayar 20 juta. Jadi ini adalah apartemen termurah dengan fasilitas cukup lengkap yang sanggup mereka berdua bayar. Saat itu Kak Di memutuskan langsung membayar 1 tahun dengan uang hasil menjual keperawanan Bianca, biar tenang Kata Kak Di. Kalau nggak dapat pelangganpun dalam setahun ini, mereka sudah ada tempat berteduh. Mama juga langsung di antar ke klinik rehabilitasi mental di Bogor dan sebulan sekali Kak Di dan Bianca akan menjenguk mama di sana. Masih dengan senyuman yang sama di wajahnya , Bianca memasuki apartemen ukuran 36. Di sana nampak Kak Di sedang menyusun barang-barang mereka ke kotak-kotak dan koper. Yah. Besok mereka akan pindah ke Apartemen di daerah Jakarta Pusat . Apartemen yang lebih mewah dan apartemen milik Bianca sendiri. Dia sudah berhasil mencicil satu buah apartemen dengan pendapatannya sebagai kupu-kupu malam. “ Kok senyum-senyum sendiri, Bia” Tanya Kak Di saat melihat Bianca masuk sambil tersenyum simpul. Lalu Bianca bercerita padanya tentang percakapan tiga orang lelaki yang dia temui di Gym. “ Kok mereka bisa tahu pekerjaanmu? Kok kamu juga nyelutuk, bilang tarifmu dua puluh juta sekali main, biasanya kamu tidak mau ada yang tahu apa pekerjaanmu.” Kata Kak Di. Bianca kali ini tertawa sambil menghela nafas “ Pertama karena besok kita mau pindah, jadi aku tidak mungkin lagi bertemu mereka. Kedua aku sepertinya tidak boleh terlalu sering pakai Silver Bird, karena dari sanalah mereka mengambil kesimpulan tentang pekerjaanku. Satpam di sini memang bocor deh mulutnya. Tapi yah begitulah, namanya ini apartemen kelas bawah, mau tidak mau kita ketemu tetangga yang suka urusin hidup orang lain. Makanya Kak, kita cukup satu tahun di sini dan besok kita pindah ke apartemen yang lebih elit.” Kata Bianca sambil duduk di lantai, bermaksud membantu Kak Di untuk packing peralatan dapur mereka “ Nggak usah kamu bantu Bi. Mandilah. Nanti malam kamu ada client di Hotel Westin. Kamu adalah hadiah baginya. Orang yang membayar tarifmu adalah pengusaha yang memberikan gratifikasi seks untuk pejabat. Tapi dia tidak ngomong , clientmu itu pejabat di bidang apa. Pintar-pintarlah melayaninya, semoga dari dia, kita bisa melompat ke kelas yang lebih tinggi lagi, sesuai cita-citamu.” Kata Diana lembut sambil menghela nafas. “Kak Di kok hela nafas? Kak Di ku tersayang. Pekerjaan ini bukan beban bagiku. Dan Kak Di juga jangan merasa bersalah. Ini adalah profesi untukku, hanya kebetulan saja, profesi ini tidak disukai tapi mungkin kalau aku tinggal di Belanda, aku bisa dengan bangga menyebutkan profesiku ini. Jadi Kak Di jangan setiap kali menghela nafas saat aku dapat client, apalagi client sebagus ini . Pejabat yang Kak Di sendiri bilang , dia ini bisa saja batu loncatan untukku. Targetku Kak Di. Setahun lagi, kita pindah bukan lagi di apartemen tapi aku akan beli rumah. Jadi doakan aku ya, supaya tarifku bisa melonjak menjadi 50 juta semalam meskipun aku bukan artis atau selebgram. Aku akan membuktikan dengan keahlianku, kecantikanku, bodyku dan semua milkku ini.” Kata Bianca sambil menunjuk badannya “ AKU TIDAK PERLU JADI ARTIS UNTUK BISA DAPAT TARIF 50 JUTA ATAU BAHKAN 100 JUTA” Tekad Bianca. Diana hanya bisa tersenyum memandang Bianca. Bianca sangat hebat. Dia gadis muda yang bertekad sangat kuat. Dengan sesungguh hatinya dia belajar dari Diana cara melayani tamu agar membuat tamu puas pada pelayananya. Diana tidak hanya jadi mucikarinya saja, tapi Diana juga menjadi mentor bagi Bianca. Dia menyuruh Bianca rajin gym untuk membentuk badannya. Seminggu sekali ratus untuk merawat organ-organ intimnya. Mengajari Bianca berbagai gaya untuk memuaskan clientnya dari gaya yang biasa-biasa saja sampai gaya luar biasa. Client adalah raja, begitu selalu pesan Diana pada Bianca. Tapi ada satu pesan yang selalu Diana ingatkan pada Bianca, Meskipun Client itu adalah raja, pakai kondom is a MUST. Diana tidak ingin Bianca berakhir seperti dirinya yang terinveksi HIV dan akibatnya harus menghabiskan uang yang banyak untuk obat antiretroviral untuk menghambat perburukan infeksi dan meningkatkan kualitas hidup dirinya. “ Kak Di sudah makan obat?” Terdengar suara Bianca menjerit dari kamar mandi, membuyarkan lamunan Diana. Dengan terharu Diana menjawab “ Sudah Bi. Sudah. Setelah mandi, tidurlah dan siap-siap dandan jam enam kamu sudah harus berangkat ke Hotel Westin.” “ Siap Madam Dee.” “ Terimakasih My Bee”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN