"Siti!" Alena menoleh saat mendengar suara tidak asing tersebut. Itu adalah Devan. Dia datang bersama dua temannya, Sigit dan Malik. Wajah mereka terlihat sangat sumringah dan Alena tau kenapa. Pertandingan basket antar sekolah berhasil mereka lewati dengan baik. Meski mereka belum bisa menjadi juara pertama, tapi kembali menjadi juara dua tingkat nasional sudah sangat memuaskan. Rasanya sudah lama Alena tidak melihat wajah tengil tapi tampan tersebut tersenyum miring padanya. Alena juga tidak bisa memungkiri jika dia senang telah benar-benar kembali ke tubuh aslinya. Ini sudah sekitar hampir tiga minggu lamanya dia menjadi dirinya sendiri dan Alena benar-benar merasa nyaman. Nyaman bukan berarti dia bisa kembali seperti dulu sebelum Devan membongkar identitas dan mengubah penampilannya