*Dikejar Guru Olahraga*
❣️❣️❣️❣️
"Ayo cepat lari-lari. Jangan lambat! Ini masih pagi. Kalian harus semangat apalagi matahari sedang cerah."
Aku menghela napas. Saat ini kami sedang melakukan pemanasan dengan berlari kecil mengelilingi seputaran lapangan olahraga madrasah Aliyah Darrul Ilmi sebelum olahraga yang sebenarnya.
Rasanya badmood sekali. Jelas saja dan itu wajar. Pelajaran penjaskes adalah pelajaran yang paling-paling aku hindari. Selain capek, lelah, ribet, mengeluarkan banyak tenaga serta berkeringat membuatku ingin cepat-cepat mengakhirinya saja.
"Matahari pagi itu sehat. Mengandung vitamin D."
Aku mengabaikan ocehan guru olahraga yang berasal dari ucapan Pak Bayu. Saat ini dengan semangat membaranya pak Bayu menyuruh kami semua untuk berlari. Sebagian ada yang antusias. Beberapa diantaranya ada yang seperti diriku saat ini karena bermuram durja tidak menyukai pelajaran olahraga.
"Vitamin D itu sangat baik untuk kesehatan tulang. Selain itu dapat meringankan peradangan ketika terjadi infeksi di dalam tubuh. Jadi kalian harus semangat. Ayo satu putaran lagi!"
Apa? Satu putaran lagi? Aisshh.. benar-benar Pak Bayu itu. Minta di Carikan istri aja dia supaya ngadem dirumah gak kasih pelajaran lari-lari begini. Kan panas. Keringat. Gerah dan capek.
Aku memilih mengalah dan mengikuti instruksinya. Oh iya, ngomong-ngomong sudah hampir seminggu loh aku tidak antar jemput Raihan. Bagaimana menurut kalian? Hebat kan gue? Hahaha.
Ada bagusnya dia sakit. Mungkin aku memang jahat. Tapi jika dia tidak sakit, maka hal kerumitan pun terjadi padaku. Ke warnet lah. Ke tempat futsal lah. Kerumah si Malik atau Fathur dan masih banyak lagi.
"Sya!"
Aku menghentikan lariku begitu Lala memanggilku. Aku mengatur napas sejenak kemudian berkacak pinggang. Tapi tidak dengan Lili yang masih menikmati satu putaran larinya mengelilingi lapangan area sambil memegang ponsel yang akhir-akhir ini menjadi benda pegangannya selain n****+.
"Apa?"
"Raihan hari ini masuk sekolah gak?"
"Mboh lah. Kenapa sih?"
"Ya kangen aja lama gak lihat dia."
"Loh! Loh! Eh kalian berdua! Ayo lari!kok malah ngerumpi! Cepat atau bapak akan hukum kalian!"
Aku berusaha menahan sabar mendengar teriakan Pak Bayu dari kejauhan di balik kejengkelanku lalu akupun kembali berlari. Apalagi pertanyaan Lala barusan. Cih..
Hal yang tidak penting-penting amat. Lala kembali ikut berlari dan menyamakan posisinya tepat disebelahku.
"Semalam aku menghubungi mama mertua loh. Tapi sayangnya gak di respon."
"Siapa mama mertuamu? Aneh-aneh aja. Sekolah aja belum lulus sudah punya mertua aja."
"Jelas punya dong. Mami Aiza."
Aku menghentikan aktivitas lari kecilku. Menatapnya sambil mengerutkan dahi.
"Mami Aiza?"
"Hm." Lala mengangguk antusias. "Gara-gara Lili mengirimkan berbagai macam resep masakan, aku jadi banyak belajar! Kata mami Aiza masakan ku enak! Dan Raihan suka. Huaaaaaaaaaaaa kebayang gak sih kalau sebagai cewek ada kebanggaan sendiri karena bisa memasak, nyenengin calon masa depan dan calon mamer!"
Aku hanya melongo mendengar ucapan menyebalkan Lala. Ntahlah. Kenapa hanya melihatnya seperti itu aku merasa dia itu sahabat yang menjengkelkan?
"Kok gitu sih raut wajahmu?"
Aku tersentak. "Apanya?"
"Kamu.. kamu gak suka kalau sekarang aku lagi bahagia?"
Aku melihat raut wajah Lala yang sepertinya sedikit curiga kepadaku. Ah lebih tepatnya mulai menebak-nebak.
"Biasa aja sih."
"Tapi kamu kayak gak suka gitu sya. Kamu.."
"Apa?"
"Kamu cemburu ya?"
"APA?!" Aku terkejut. Kedua mataku terbelalak. "Idih. Ogah-"
"HEI KALIAN! OOOOHHH RUPANYA MINTA DI HUKUM YA!"
Aku panik begitupun dengan Lala yang kini kembali berlari dan sayangnya Pak Bayu menghadang jalan kami.
Lala mencoba membela situasi. "Pak. Kami hanya-"
"Pak yang benar aja sih. Masa iya kami dihukum? Saya lelah-"
"TIDAK ADA ALASAN! 10 PUTARAN BUAT KALIAN BERDUA!"
❣️❣️❣️❣️
Jam istrirahat akhirnya tiba. Manusia berperut lapar kini memenuhi kantin sekolah. Serta jangan lupakan bakso Abang Afnan dan mbak Leni yang kini sudah antri membeludak.
Aku mencari sosok Kak Bejo dan akhirnya menemukannya sedang duduk sambil melahap batagor kesukaannya. Aku mendekatinya lalu berdiri di belakangnya.
"Asalamualaikum kak."
Bejo menoleh kearahku. "Wa'alaikumussalam. Oh adek Raisya. Sudah makan?"
Aku menggeleng. "Belum kak. Lagi makan batagor ya?"
"Iya nih."
Aku hanya manggut-manggut. Kak Bejo terlihat tersenyum tipis lalu membalikan tubuhnya menghadap depan hanya untuk kembali menikmati batagornya.
Aku mengherutkan dahi. Begitu saja? Gak ada tawaran atau suruh duduk di depannya atau di sampingnya gitu?
"Kak."
"Ya?"
"Boleh ikut bergabung?"
"Oh silahkan."
Akhirnya aku memilih duduk di hadapan kak Bejo. Dia hanya tersenyum seperti biasanya. Senyumnya itu loh semanis gula. Wajar saja aku suka. Selain soleh, sisi baiknya dia tidak akan mengakibatkan diabetes padaku.
Kak Bejo terlihat menikmati makanan batagornya. Tak ada sedikitpun inisiatif basa basi menawarkannya padaku. Ya bukannya apa sih, tapi kan-
"Pak ini Raisya ada disini!"
Aku terkejut. Salah satu cewek bernama kak Fika yang pernah melabrakku beberapa hari yang lalu kini menarik paksa lenganku
Berbagai macam pikiran tentang kak Bejo barusan terhenti. Aku melihat Pak Bayu yang terlihat marah berjalan kearahku. Semetara di sebelahnya ada Lala yang masih mengenakan seragam olahraga dengan wajah letihnya setelah di hukum.
Ah aku lupa kalau sebenarnya saat ini aku sedang di hukum. Tapi karena aku kangen sama kak Bejo alhasil aku memilih kabur dari hukuman.
Dan saatnya kabur lagi!
"EH RAISYA! KAMU KABUR YA?"
DEG.
Aku panik. Aku sudah tidak memikirkan lagi untuk mengucapkan selamat tinggal pada Kak Bejo yang terheran-heran melihat Pak Bayu dan aku secara bergantian ketika posisinya menghampiri kami.
"RAISYA!"
"KAMU JANGAN COBA-COBA KABUR SAMA HUKUMAN KAMU YA!"
"RAISYA!"
"RAISYA!"
Mungkin saat ini aku menjadi sorotan tatapan warga sekolah. Masa bodoh dah. Yang penting aku kabur. Kan sudah aku bilang kalau aku gak suka hal-hal yang ribet. Lelah dan berkeringat.
Pak Bayu mengejarku. Pantas saja dia sehat walaupun sudah beruban di rambutnya karena hobinya suka berlari mengejar anak-anak yang suka kabur saat di hukum.
Aku berbelok kesebelah kanan lalu menemukan sebuah toilet. Aku terlalu panik hingga akhirnya masuk begitu saja kemudian menutup pintunya. Aku memegang degup jantungku yang berlompat-lompat sambil mengatur nafasku yang tersengal-sengal.
Kedua mataku saat ini memperhatikan dua westafel dan sebuah kaca besar tetap didepan mataku yang kini memantulkan bayangan diriku dari jarak beberapa meter.
Salah satu pintu terbuka hingga keluarlah siswa cowok hingga kedua mataku dan tatapan dia sama-sama terkejut.
"R-Raihan?"
Astaga. Ini toilet cowok.
❣️❣️❣️❣️
Nah loh, brabe kan jadinya
Raisya itu gak pernah jauh dari kata masalah.
Tapi makasih loh sudah nunggu Author selama ini setelah kita idul Fitri 3 hari yang lalu.
Alhamdulillah hari ini Author kembali udpate.
Sehat selalu buat kalian.
With Love
LiaRezaVahlefi
Instagram
lia_rezaa_vahlefii