7. Raihan

1200 Kata
"Hari Libur Yang Gagal Total." Tidak ada yang lebih menyenangkan kecuali hari libur. Bila bulan berganti, maka tanggal merah lah yang aku cari. Kalau orang di luar sana banyak orang yang mendambakan tanggal merah sebagai hari berlibur dan berjalan-jalan bahkan dengan pasangan mereka, maka aku mendambakannya dengan bermain game didepan komputerku. Sebuah perangkat keras yang sudah sehati denganku, pelipur lara dan tidak pernah menyakitiku. Ah sebenarnya pernah. Tapi jika komputerku itu sedang rusak sehingga harus menunggu berhari-hari untuk diperbaiki. Aku menghidupkan ponselku setelah semalaman aku non aktifkan lalu melirik kearah jam dinding ketika waktu menunjukkan pukul 11.00 siang. Sebenarnya hawa ngantuk masih begitu terasa di diriku setelah pagi tadi aku menyempatkan sholat subuh dan sholat Sunnah Dhuha, tapi ini hari libur guys! Hari yang berharga bagi penyuka game online sepertiku. Suara notifikasi bertubi-tubi terdengar dan itu sangat menanggung. Dengan kesal aku meraih ponselku lalu membuka layar sandinya. From : Nyai Rombeng "Eh! Pinjam motormu dong " "Raihan..." "Halo? " "Loha loha??" "?" "Rai! Balas napa sih? " "Kutu kupret! " "Plis. Pinjaman aku motor dong. Sebentar aja. Janji " "Raihan, balas nah.. masa iya aku di abaikan? Aku gak bisa diginikan!" "" "" "Kok gak aktip sih nomor ponsel kamu? Kamu sengaja ya?! " "Aku janji deh. Motormu aku beliin bensin. Yah yah yah, plissssss Raihan" "Aku lelah ni. Balas coba" "Raiiihaaaaaaaannnnnnnnn!!!!!!!" "Ya Allah..  sakit banget sih di abaikan gini " Aku menatap notifikasi 80 panggilan tak terjawab di aplikasi chating WA dan 5 panggilannya tak terjawab di nomor ponsel ku sendiri dan itu semua berasal dari si menyebalkan Raisya. Astaga! Benar-benar sudah gila dia. Pasti ada sesuatu yang membuatnya merengek seperti itu. Ck, tanpa aku cari tahu tentu saja aku tahu apa. Suara notifikasi kembali berbunyi dan kali ini berasal dari Grup Tiga Perjaka Sejati. Grup yang hanya terdiri dari tiga orang. Grup yang di bentuk oleh si Fathur alias si Anu sejak jaman dia belum bisa mengendarai motor karena traumanya pernah jatuh di selokan bersama Malik alias si Nua hingga sekarang. Grup yang tetap aman, damai, sentosa, dan sejahtera sampai masa kini. Anu : "Hai hai hai sibuk gak? " Nua mengetik.. Aku pun membalasnya.. Raihan : "Tidak." Nua : "Aku juga gak. Jadi gak hari ini? " Anu : "Apaanya yang jadi? " Nua : "Ya main game online lah! " Anu : "Oh." Nua : "Bah.. kok oh aja sih? Bukannya tadi kamu nanyaain kita sibuk atau gak?" Anu : "Iya." Nua "Lah terus?" Raihan : "Ayo kita main sekarang." Anu : "Eh bentar deh, aku mau ke WC dulu. Menuhi panggilan alam " Nua : "Iya iya deh. Tunggu. Aku juga mau beli gorengan dulu " Raihan : "Oke. 10 menit." Anu : "Mana bisa. Cepet banget waktunya" Nua : "Iya tuh. Setuju sama Fathur" Raihan : "Kalau gitu batalin aja. Aku gak suka membuang-buang waktu." Anu : "Oke oke. Astagaaaaa" Nua : "Otw beli gorengan. Wait!" Aku sudah tidak membalasnya lagi meskipun menunggu adalah hal yang membosankan apalagi- Brak! Aku menoleh kearah pintu dan mendapati Raisya berdiri diambang pintu dengan raut wajah yang memerah padam karena menahan amarah. "Raihan!" "Apa?" "Pinjam motormu! Sekarang." Aku mengabaikannya dan memilih berjalan kearah komputerku lalu menghidupkannya. Bersiap akan berpetualang. "Raihan!" "Pinjam dong. Jangan pelit kenapa sih? Om Arvino dan Tante Aiza aja gak pelit!" "Iya." "Raihaaaann!" "Aku sibuk." "Tapi-" "Cewek sepertimu tidak pantas masuk kekamar seorang cowok." "Aku tau tapi-" "Kita bukan mahram. Akan menimbulkan fitnah. Cepat keluar sebelum aku bertindak yang tidak-tidak sama kamu." "Terus kenapa?" Aku mendengar suara langkah kaki mendekat kerahku dan kini Raisya berdiri tepat di sampingku. Aku menoleh kesamping dan menatapnya yang kini bersedekap dengan raut wajahnya yang meremehkannya diriku. "Aku cowok. Tanpa aku jelaskan lebih lanjut kamu pasti tau maksudnya." "Hahahaha.. bodo amat Rai! Sekalipun aku bertelanjang disini itu tidak akan merubah apapun! Ya emang sih, kamu itu cowok. Tapi cowok kaku ck! Orang datar macam kamu tidak mungkin memiliki hawa nafsu. Jangan hilang kamu gak normal?" Aku mengabaikannya. Percuma saja. Aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk tidak mengurusi kecerewetan Raisya yang hanya membuang-buang waktu. "Rai cepet! Kunci motor kamu mana? Pelit amat sih! Kalau kamu males gerak buat cari kunci motor, sini kasih tau aku dan biar aku yang cari sendiri." Aku memakai earphone dan memutar lagu-lagu black metal sekencang-kencangnya agar suara si nyai rombeng itu tidak terdengar. "Raaaiiii.. huaaaaaa. Kenapa kamu pelit banget sih jadi manusia!" "Raihaaaann.." "Cepetin nah Rai.. waktu terus berjalan nih.." Dan Raisya pun merengek sambil duduk di lantai. Aku bahkan muak melihatnya. Anu dan Nua pun sudah mulai online di komputer. Perang pun di mulai. "Eh Nua, aku serang kiri ya. Kamu cover aku aja. Kamu dibelakangku aja. Kan masih Noob dan Anu, kamu serang bagian kanan bareng team yg lain. Oke?" "Ah parah Rai nih. Aku dianggap noob." ucap Nua dan aku terkekeh geli. Anu tertawa "Hahaha kamu emang noob,  kalau main mah kamu paling banyak death nya dari pada ngekill,  Terima saja lah kenyataan pahit ini Nua." Anu menjawab. "Iya deh iyaaaa, eh Rai itu didepan ada musuh! 3 orang hati-hati! Baku tembak terdengar. "Yah, kamu dibelakangku kok malah mati sih Nu? haha." ucapku pada Nua. "Biasalah, Nua kan pemula. Ck payah!" sindir Anu. "Eh bantuan gue dong peluru ku habis nih-" Dan aku terkejut. Rupanya Raisya mematikan komputerku dengan mencabut listriknya. Aku menatapnya tajam. "Kenapa? Mau marah? Silahkan! Aku gak peduli!" Aku mengepalkan kedua tanganku dan menatapnya sengit. "Kamu benar-benar keterlaluan ya?!" Raisya terlihat hendak menjawab omonganku tapi kedua matanya beralih menatap sebuah kunci motor diatas meja kecil samping tidurku. "Ah.. ya ampun! Ini dia yang aku cari sejak tadi." Raisya hendak mengambil namun aku mencegahnya terlebih dahulu namun gagal. Raisya sudah berhasil menangkap kunci motorku lalu tersandung jatuh karena tanpa sengaja menginjak kaleng softdrink kosong dilantai. Dia terjatuh dan aku tertawa. Kunci motorku lepas dari genggamannya. Dia hendak meraih dan dengan cepat aku menendang kunci motorku kearah bagian kolong ranjang. Raisya menatapku tajam. Rupanya dia tidak pantang menyerah apalagi saat ini dengan nekatnya dia merayap bagaikan tentara memasuki kolong ranjang ku. Dengan cepat aku menarik pergelangan kakinya yang terbalut kaus kaki. "Raiiiii!!!! Aaaaaaaaaa kakiku. Sakit!" "Aku tidak perduli! Lepaskan kunci motorku atau kakimu akan putus aku tarik!" "Lepasss Raii!! Aaaaaaaaaa." Oke. Habis sudah kesabaranku. Dengan paksa aku menarik tubuhnya di lantai, lalu meraih selimut tebal di atas ranjang kemudian menghempaskan keatas tubuhnya. "Aaaaaaaaaa Raiii kamu mau ngapain?!! Raisya terlihat panik tapi aku tidak memperdulikannya. Si nyai rombeng ini sudah keterlaluan karena sudah mengganggu 1 detik yang begitu berharga buatku. Anu dan Nua pasti saat ini sudah mati dalam peperangan. Dengan kesal aku menggulung tubuh Raisya dan dia berteriak dengan suara cemprengnya. Aku menggulung tubuhnya di lantai menggunakan selimut tebal bagaikan risoles yang sering di buat isi oleh Yang Mulia Ratu Mami didapur atau seperti risoles gorengan kesukaan Nua. "Raaaiiii.. kampretnya kamu ya! Lepasin aku.. aaaa sesaak. Panas Rai Panas. Aku gak bisa keluar kalau kamu gulung begini. Raii hmmmfftttttttt!!!" Dan aku menyumpal mulutnya dengan kain. Aku menaikan salah satu kakiku diatas tubuhnya yang sudah tergulung selimut lalu bernapas lega. Akhirnya, aku berhasil menjinakkan si nyai rombeng yang cerewet ini. **** Raisya di gulung-gulumh sama Raihan. Cari sakit memang si Raisya Semoga kalian terhibur dengan genre Teenfiction ini ya. Sehat selalu buatmu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN