06 - Tikus Kecilku

1749 Kata
Netha menatap pantulan dirinya di cermin, lalu melihat pada beberapa pengawal yang mengawasi dirinya. Dia ingin kabur dan tidak mau menikah dengan Reivant. Tiga hari lagi, dirinya akan resmi menjadi istri pria itu. Dan dia tidak sudi untuk mengikat janji pernikahan bersama dengan Reivant, yang hanya menganggap dirinya perempuan untuk memiliki anak. Netha beringsut mundur, dan memegang perutnya, agar aktingnya kali ini meyakinkan dan bisa kabur dari sini. “ADUH!!! PERUTKU SAKIT!” teriak Netha, membuat para pengawal itu segera mendekati Netha. Netha menatap pada pengawal yang khawatir dan mengelilingi Liona. “Nona, anda kenapa? Anda perlu ke Dokter?” tanya pengawal. Netha tersenyum lebar mendengarnya, dan mengangguk. Dia akan ke Dokter dan saat di perjalanan nanti dia akan menyuruh pengawal itu menghentikan mobil dan dia akan kabur. Netha sudah tersenyum dalam hatinya membayangkan rencananya akan berhasil. Netha mengangguk pada pengawal itu dengan terus memegang perutnya. Pengawal itu segera membopong tubuh Netha keluar dari dalam rumah, dan masuk ke dalam mobil. Netha menatap rumah Reivant yang sangat besar dari dalam mobil. Dia melambaikan tangannya kecil. Selamat tinggal untuk rumah yang besar ini. Dia akan bebas dan Reivant tak akan bisa menikahinya. Netha menatap pada Pertamina di depan sana. Sebelum dirinya mulai berteriak kesakitan dan mengelabui para pria yang memiliki badan besar ini. “Berhenti di Pertamina! Saya mau buang air besar!” ucap Netha terus memegang perutnya. Supir mengangguk dan menghentikan mobilnya di Pertamina. Netha membuka pintu lebih dulu, membuat para pengawal dengan sigap untuk mengikuti Netha dari belakang. Netha mengutuk para pengawal itu dan masuk ke dalam toilet umum. Dan memikirkan bagaimana caranya dia bisa keluar dari sini. Netha melihat cincin emas yang ada di tangannya. Cincin yang dibelinya dengan hasil jerih payahnya snediri. Netha melihat seorang wanita yang badannya mirip dengan bada Netha. Netha berjalan mendekati wanita itu. “Mbak…” panggil Netha pelan. Wanita itu melihat pada Netha dan menaikkan sebelah alisnya. “Ya, ada apa?” tanya wanita itu. “Saya boleh bertukar pakaian dengan Mbak. Dan saya akan bayar dengan cincin ini. Pakaian yang saya pakai sekarang, juga dari brand terkenal!” ucap Netha, berharap wanita itu mau menerima tawarannya. Wanita itu tampak menimbang. Dia tahu kalau itu cincin asli dan pakaian yang dikenakan oleh Netha juga pakaian mahal. Wanita itu mengangguk, membuat Netha melebarkan senyumannya. Netha melihat pakaian yang baru dikenakan olehnya sekarang, dan kebetulan sekali wanita tadi memiliki kacamata hitam. Sehingga Netha bisa keluar dengan tenang. Netha keluar dari dalam toilet. Jantungnya berdegup sangat kencang, melihat para pengawal itu berdiri di depan toilet. Netha terus berjalan menjauh, dan tersenyum ketika tak ada yang mengenali dirinya. Netha menstop taksi. Dia akan pulang ke rumahnya sebentar dan setelah itu pergi dari kota ini. Netha masuk ke dalam taksi tanpa memerhatikan apa pun. Setelah masuk ke dalam taksi, pintu mobil taksi terkunci. Membuat Netha terkejut dan menatap pada supir yang ada di depan. Napas Netha rasanya tercekat, melihat siapa yang ada di sana. “Kau ingin mencoba kabur ternyata baby girl?” ucap Reivant menyeringai. Reivant bukan lelaki bodoh, yang mudah dibodohi oleh Netha. Sebelum Netha keluar dari dalam rumah, salah satu pengawal sudah menelepon dan mengatakan kalau Netha sakit perut dan akan dibawa ke rumah sakit. Dan Reivant memasang GPS dianting yang dipakai oleh Netha sekarang. Sehingga dia bisa tahu di mana gadis itu. “Kenapa? Kau kelihatan sangat takut. Kaburmu tidak akan pernah berhasil Netha. Aku selalu bisa memantau dirimu dari mana saja, aku bukan lelaki bodoh!” ucap Reivant membawa mobil taksi ini melaju. Dan dia dengan rela mengeluarkan banyak uang untuk menyewa mobil taksi ini tadi. Dan menunggu Netha keluar dari Pertamina. Dan … Gotcha! Dia berhasil menangkap tikus kecilnya lagi. Sehingga pernikahan tiga hari lagi, bisa dilaksanakan. Kalau Reivant sudah menetapkan sebuah keinginan. Dia harus mendapatkannya. Walaupun dia menyakiti orang itu. “Aku ingin pulang. Aku tidak mau menikah. Aku mohon… lepaskan aku. Kau bisa mengasuh anak di panti asuhan atau cari wanita lain!” ucap Netha memohon, air mata perlahan keluar dari pelupuk matanya. Reivant menggeleng. “Aku tidak ingin mengasuh anak dari panti asuhan. Karena bagiku mereka bukan darah dagingku. Dan aku tidak mau wanita lain. Aku hanya ingin dirimu sayang. Tikus kecil yang aku pelihara untuk memberikan keturunan untukku. Dan setelah itu aku buang!” ucap Reivant, tanpa mengiba dengan air mata yang terus dikeluarkan oleh Netha. “Berhenti menangis! Atau aku buat kau menangis darah dengan melihat kematian keluargamu di depan matamu sendiri!” ucap Reivant mengancam. Dia sudah bosan mendengar isakan tangisan dari Netha terus menerus. Gadis sialan itu tidak bisa menerima nasibnya dengan menjadi istri Reivant. Menjadi istrinya tak terlalu buruk. Netha akan bergelimang harta. Dan saat Reivant membuang Netha nanti, dia akan memberikan banyak uang untuk Netha. Karena telah berhasil melahirkan anak untuk dirinya. Netha menutup mulutnya dan menghapus air matanya. Dia menatap mobil memasuki pekarangan rumah mewah milik Reivant. Dia kembali ke sini ternyata. Padahal dia sudah sangat senang, tidak akan ke sini lagi. Reivant keluar terlebih dahulu, dan membuka pintu mobil dan menarik tangan Netha agar keluar dari dalam mobil. Reivant menyeret Netha masuk ke dalam rumah. Membuat beberapa pelayan yang melihat itu, merasa iba pada Netha. “KALIAN TIDAK BECUS BEKERJA!” teriak Reivant sebelum menaiki tangga dengan tetap menyeret Netha. Reivant mendorong tubuh Netha masuk ke dalam kamar. Reivant menatap datar pada Netha, dan berjalan mendekati gadis itu. Sebuah tamparan mengenai pipi Netha. Reivant sangat geram dengan kelakuan tidak tahu diri Netha. “Aku sudah berulang kali mengatakan, untuk bersikap menjadi gadis baik-baik dan penurut. Kalau kau penurut, aku tidak akan menampar dan menyakiti dirimu sayang!” ucap Reivant menjambak rambut Netha, dan melihat gadis itu yang menatap dirinya dengan tatapan kebenciannya. Reivant benci itu. Dengan tak memiliki perasaannya, Reivant menghempaskan kepala Netha. Dan dia membuka sabuk pinggangnya. Dan melorotkan celananya. Netha melotot dan menggeleng. Dia tidak mau melakukan hal yang dipikirkan olehnya sekarang. Netha beringsut mundur. Namun, tangan Reivant kembali menarik kepalanya. “Kulum punyaku sialan! Ini hukumanmu hari ini, karena tak menurut padaku!” ucap Reivant, memaksa Netha untuk mengulum miliknya. Tangisan Netha semakin menjadi. Seumur hidupnya, dia tidak pernah diperlakukan seperti ini oleh pria manapun. Tidak pernah dilecehkan dan dia tidak pernah melihat miliki pria. Reivant merusak dirinya dan segala kebahagiaannya. Reivant memejamkan matanya. Ternyata mulut Netha sangat nikmat sekali. Apalagi v****a Netha. Pasti sempit dan memgeluarkan darah saat Reivant memasukkan miliknya ke dalam milik Netha nantinya. Reivant harus menahan itu sampai dirinya menikah dengan Netha. Reivant menumpahkan semua cairannya ke dalam mulut Netha. Reivant menatap Netha yang akan memuntahkan itu, langsung mendengkus. Dia tidak suka Netha memuntahkannya. “Telan jalang!” ucap Reivant, menyuruh Netha untuk menelannya. Netha dengan terpaksa menelannya. Tangisan pilu itu terdengar dalam kamar Reivant. Netha memukul dirinya sendiri. Dia sudah tidak suci lagi. Dia sudah kotor dengan perbuatan yang dilakukan oleh Reivant padanya. “Kau tidak perlu menangis tikus kecil. Tiga hari lagi kita akan menikah. Dan aku akan melakukan hal lebih dari ini padamu. Aku akan bermain dengan tubuhmu yang putih mulus ini. Aku akan memasukkan milikku ke dalam milikmu secara kasar. Dan aku akan membuatmu hamil! Kau akan hamil anakku sayang,” ucap Reivant tertawa kecil. “Aku tidak mau menikah! Aku tidak mau menikah denganmu!” isak Netha. Menolak menikah dengan Reivant. Dia ingin bebas. Dia ingin menjalani hidupnya yang normal kembali. “Kau mau atau tidak. Kau akan tetap menikah denganku gadis sialan! Kau akan tetap mengandung anakku. Dan setelah itu kau bisa bebas nantinya. Setelah aku bosan dan mendapatkan anak darimu!” ucap Reivant tertawa kencang. Netha melihat Reivant yang tertawa menghapus air matanya kasar. Karma akan datang pada Reivant. Pria itu akan merasakan pedihnya karma. Netha akan menertawakan Reivant bila karma itu datang pada pria itu. “Kau akan mendapatkan karma! Kau akan menyesal nantinya!” ucap Netha penuh kesungguhan. Reivant tersenyum mengejek mendengarnya. “Karma? Apa itu karma sayang? Tak akan ada yang namanya karma dalam hidupku. Kau tidak perlu bersusah payah mengatakan itu. Karena memang tak ada karma!” ucap Reivant, tak percaya dengan adanya karma dan penyesalan. Lucu sekali bukan? Apa itu karma dan penyesalan? Sebuah hal tak penting dan tidak ada di dunia ini. Reivant percaya, kalau dunia berpihak padanya. Dia kaya dan tampan. Apa pun bisa dimiliki olehnya. Kalau hal itu tak mau dimiliki olehnya. Maka Reivant akan melakukan hal kotor mendapatkannya. “Kau tidurlah. Aku akan terus mengawasimu, kalau kau masih mencoba untuk kabur,” ucap Reivant, keluar dari dalam kamar meninggalkan Netha sendirian dalam kamar dengan mengunci pintu kamar. Langkah Reivant berjalan mendekati para pengawal yang berbadan besar, namun otak mereka tak ada yang berguna. Mau saja ditipu oleh gadis kecil tidak tahu diri itu. Reivant melayangkan pukulannya pada satu persatu pengawal di sana. Mereka tahu kesalahan mereka. Tak seharusnya mereka membiarkan Netha pergi sendirian dan hampir saja kabur. Mereka juga tidak tahu, kalau sakit perut yang dikatakan oleh Netha adalah sebuah kebohongan. “Kalian memang bodoh! Saya membayar kalian dengan tinggi bukan untuk menjadi bodoh seperti ini! Saya hanya menyuruh kalian mengawasi satu gadis saja. Tapi, kalian tidak bisa. Dan dia hampir kabur!” ucap Reivant menatap datar semuanya. Pengawal itu menunduk. “Maafkan kami Tuan. Kami tidak tahu, kalau Nona Netha hanya pura-pura saja,” ucap salah satu pengawal meminta maaf. Reivant tersenyum sinis. “Kau dengan mudah meminta maaf. Bagaimana kalau tikus kecilku itu sungguh kabur? Saya akan membunuh dirimu dan yang lainnya,” ucap Reivant tak akan main-main. Kalau saja dia tidak memasang GPS dianting Netha. Sungguh Netha akan kabur dan dia akan kesusahan mencari gadis sialan itu. “Kami minta maaf. Kami tidak akan melakukan kesalahan lagi,” ucap pengawal itu terus meminta maaf. “Sudahlah. Dan kalau kejadian ini terulang lagi, saya sungguh akan membunuh kalian semuanya!” ucap Reivant berjalan pergi dari situ. Reivant akan ke klub malam. Dia ingin menikmati minuman dan para wanita di sana. Walau sebentar lagi dirinya akan menikah. Dia tidak akan mengubah kebiasaannya dengan bermain wanita. Dia akan bermain wanita terus. Karena pernikahannya dengan Netha bukanlah pernikahan sungguhan. Netha hanya gadis yang akan menampung benihnya dan menjadi istri sementaraya. Tak ada perasaan untuk gadis itu. Bahkan Reivant hanya akan menaruh nafsu dan ibu dari anaknya. Hanya sampai anaknya lahir. Dan dia tidak akan menganggap Netha ibu dari anaknya setelah itu. Karena anaknya tak boleh tahu, Netha adalah ibunya. Dia tak mau anaknya nanti ingin ikut dengan Netha. “Kau tak akan bisa berbuat macam-macam tikus kecil. Hidupm u sudah diatur olehku.” Ucap Reivant menyeringai, dan menatap ke jendela atas. Di mana letak kamarnya berada.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN