Risa menutup kedua belah matanya menikmati setiap hembusan angin yang menerpa wajahnya, tiupan angina yang berhembus menerpa wajahnya seakan membawa Risa terbang bernostalgia pada masa kecilnya yang selalu menikmati hari – harinya di tepi pantai, dulu sekali saat Risa masih kecil, saat Risa masih belum memahami arti sebuah permasalahan perasaan dan arti sebuah kehidupan, karena bagi Risa kecil yang penting baginya hanyalah dia bisa bermain bersama teman – temannya, bisa membunyai boneka – boneka cantik yang bisa dia mainkan bersama teman – temannya itu sudah cukup membuatnya meresa bahagia.
Risa masih setia dengan posisinya yang menutup mata menikmati setiap hembusan angin yang seakan tengah memijatnya hingga membuat tubuh Risa merasa rilex, namun sebuah suara yang sangat Risa kenali bahkan tanpa menolehpun Risa bisa menebak suara siapa yang sudah mengganggu ketenangannya dengan sangat tepat. Risa membuka kedua kelopak matanya yang sejak tadi terpejam, matanya bisa menangkap bayang – bayang keberadaan sahabatnya yang kini sudah berada didekatnya.
“Sa kenapa kamu gak nunggu aku dulu”
Angga dialah sosok yang baru saja datang dan mengganggu kegiatan Risa yang sedang menikmati ketenangan suasana pantai, laki – laki itu memang selalu berhasil merecoki Risa dan membuat Risa kesal dalam waktu sekejap. Tingkah Angga yang menyebalkan selalu berhasil membuat Risa kesal namun sikap itu juga yang selalu Risa rindukan saat Angga tidak ada didekatnya. Wajah Angga terlihat tidak bersahabat dan Risa yakin penyebab ekspresi wajah itu terjadi karena Risa yang sudah meninggalkannya pergi ke pantai duluan, karena memang ada satu fakta yang harus diketahui tentang Angga, dia paling tidak suka jika harus pergi kepantai sendirian ketika Risa tanya kenapa dia hanya menjawab ‘berasa jadi jomblo berkarat’ tentu saja jawaban itu hanya lelucon saja.
“Assalamu’alaikum”
Risa menatap Angga sambil tersenyum membuat laki – laki itu salah tingkah karena baru menyadari jika dia lupa mengucapkan salam, seketika wajah masamnya berubah menjadi wajah yang menunjukan senyuman canggung, Angga menggaruk kepalanya yang tidak gatal dengan salah tingkah.
“Wa’alaikumussalam Warahmatullah”
Risa kembali memalingkan pandangannya kearah laut lepas, menikamati keindahan birunya lautan, gemuruh suara ombak seakan menjadi teman Risa bercengkrama dengan lautan.
“Maaf tadi aku berangkat duluan, aku hanya ingin lebih awal saja duduk ditepi pantainya”
Risa berusaha menjelaskan alasannya meninggalkan Angga dengan sangat tenang, Risa menjelaskan bukan karena dia takut Angga marah karena Risa yakin dengan sangat pasti jika Angga tidak akan bisa marah dalam jangka waktu lama bukan Risa yang terlalu percaya diri namun Angga sendiri yang mengatakannya kepada Risa jika dia tidak bisa marah berlama – lama kepada Risa. Risa juga yakin sekarang laki – laki itu juga pasti sudah lebih tenang, kekesalan yang tadi Angga tunjukan saat baru saja datang sudah hilang. Tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Angga, setelah Risa berkata tidak ada satupun dari keduanya yang mencoba untuk kembali bersuara, keduanya seakan tenggelam dengan pikiran masing – masing.
“Sa”
Panggilan Angga berhasil memecahkan kebungkaman yang terjadi diantara Risa dan juga Angga, Risa tidak menjawab tapi Risa lebih memilih menolehkan kepalanya menatap kearah Angga seakan tatapan matanya mengatakan sebuah kalimat tanya ‘Apa ?’
“Sepertinya aku akan benar – benar melanjutkan sekolah di sekolah islam yang ada dikota, dan aku juga akan mondok disana Sa, besok aku, mamah dan bapak akan berangkat ke kota untuk melakukan daftar”
Angga mengatakan kalimatnya dengan nada suara yang Risa dengar terasa aneh, nada suara Angga seakan mengisyaratkanjika laki – laki itu merasa keberatan akan pergi kekota, bukan karena dia tidak ingin sekolah dikota, namun ada sesuatu yang belum tersampaikan hingga membuat Angga merasa berat harus pergi meninggalkan kampung halamannya.
“Bagus dong, seharusnya kamu senang , disana kamu bisa memperdalam ilmu pengetahuan sekaligus ilmu agama kamu, aku ikut bahagia mendengarnya, kamu beruntung bisa sekolah disekolah islam Ga, aku do’akan semoga kamu juga betah mondok disana. Ingat disana kamu harus belajar yang rajin jangan malas – malasan, pokoknya kalau aku dengar kamu malas – malasan disana aku akan datang kesana saat itu juga dan aku akan cubit kamu sama cubitan sepelintir – pelintirnya, oh iya kamu berangkatnya besok terus pulang kesini laginya kapan ?“
Risa menjawab perkataan Angga dengan penuh keceriaan sangat berbanding terbalik dengan Angga yang berkata dengan lesu, gadis itu memang pandai menyembunyikan perasaannya, dia bertingkah serta berekspresi seakan tidak memiliki beban, seakan tidak mempunyai luka yang terpendam didalam hatinya dan seakan tidak ada air mata yang berusaha dia tahan saat mengetahui jika Angga cepat atau lambat akan pergi meninggalkannya.
“Tapi kita pasti akan jarang bertemu Sa”
Hati Angga berteriak, sungguh dia menceritakan tentang masalah keputusannya sekolah hanya untuk melihat ekspresi seperti apa yang akan ditunjukan Risa, Angga pikir Risa akan mencegahnya dengan alasan Risa masih membutuhkan Angga untuk berada didekatnya. Namun, semua itu mungkin hanya akan terjadi dalam mimpi saja, karena dalam pandangan Angga Risa justru terlihat bahagia atas keputusan Angga yang akan pergi kekota.
“Mungkin aku pulang lagi besok atau lusa, lagi pula gimana coba rasanya cubitan sepelintir – pelintirnya seumur – umur baru dengar aku”
Angga berkata dengan wajahnya yang masih menunjukan ekspresi penuh kebingungan, pasalnya dia baru tahu jika cubitan juga memiliki nama, dan namanya cukup unik bagi Angga.
“Aku contohkan ya”
Risa berkata sambil mencubitkan tangannya keperut Angga kemudian cubitan itu Risa putar dengan sekencang – kenncangnya membuat Angga mengaduh kesakian. Melihat Angga yang meraung – raung bukannya merasa prihatin gadis itu justtru tertawa lepas seakan baru saja melihat komedi putas.
“Kamu kenapa lihat aku samapi segitunyam, ada apa sama wajah aku ? ada yang aneh ya ?”
Risa berkata dengan tangannya yang sibuk membetulkan tatanan kerudungnya takut bentuk kerudungnya mirih, dia menolehkan kepalanya dan mendapati Angga tengah menatapnya juga, buru – buru Risa segera memalingkan kembali wajahnya, dia mengusap wajahnya ketika sadar Angga sedang memperhatikannya.
“Angga !!! kamu kenapa sih lihat aku gitu banget, aku tahu aku itu memang cantik Ga, tapi kamu jangan lihat aku sampai segitunya nanti kamu jatuh cinta lagi sama aku”
Risa berkata dengan setengah jengkel karena kesal dengan tingkah Angga yang terus saja menatapnya dan hal itu membuat Risa merasa salah tingkah, Risa sengaja memuji dirinya cantik dan berkata konyol Angga akan mencintainya karena dia ingin membuat perhatian Angga teralih pada lelucon yang baru dibuatnya, jujur saja ditatap Angga membuat jantung Risa berdebar – debar tidak karuan Risa tidak tahu dengan pasti semua itu terjadi karena apa. Hanya saja selama jantung itu masih merspon hal demikian Risa akan rajin pula menghindari tatapan Angga.
“Iya Sa aku jatuh cinta sama kamu”
Kalimat itu terucap dari lisan Angga, laki – laki itu berkata dengan sangat tenang, dalam dan penuh keseriusan, siapapun yang melihat ekspresi dan nada suara Angga tadi akan yakin jika laki – laki itu berucap tidak berasal dari dalam hatinya yang paling dalam. Untuk sesaat Risa terdiam, dia berusaha mencerna apa makna sesunggunya dari kalimat yang Angga ucapkan, Risa mengalihkan tatapannya kepada Angga, dia mencoba memastikan apa yang baru saja diucapkan Angga melalui pancaran mata laki – laki itu, tidak ada keraguan semua terlihat nyata dan serius itulah yang Risa tangkap dari pancaran mata Angga.
Wajah Risa terlihat shock, didalam kepalanya ada berbagai pertanyaan yang ingin sekali Risa utarakan namun masih belum mampu Risa suarakan karena gadis itu masih merasa shock atas apa yang baru saja dia dengar.
‘Kamu harus tanggung jawab dengan perasaan aku Risa’ Batin Angga berkata dengan tatapan matanya yang masih menatap Risa yang pada saat itu tengah menatapnya juga, kentara sekali jika gadis itu masih merasa tidak percaya atas pengakuan Angga, hingga akhirnya suara tawa Angga berhasil kembali mengalihkan tatapan mata Risa dan saat itulah Risa merasa tertipu karena menurut Risa taawa Angga adalah tanda jika sejak tadi laki – laki itu hanya menjahilinya. Meskipun pada kenyataanya Angga tidak pernah menipu Risa, Angga tertawa hanya untuk mengalihkan fokus Risa saja. Karena nyatanya apa yang tadi dia katakan memang murni dari dalam hatinya meskipun saat ini Angga belum meyakininya seratus persen. Selain itu Angga juga merasa jika sekarang bukan saat yang tepat bagi Risa mengetahui perasaannya.
“Aduh Sa wajah kamu kocak banget tahu”
Angga masih tertawa sambil memegang perutnya, tawanya seakan sulit berhenti hingga membuat kulit perut Angga terasa sakit karena terlalu banyak tertawa.
“Iih Angga !!!”
Jerit Risa merasa kesal karena dia baru saja menyadari jika sejak tadi dia hanya dijahili Angga, perempuan itu langsung menyerang Angga dengan cubitan sepelintir – sepelintinya, hingga membuat suara tawa Angga seketika berubah menjadi suara ringisan yang berhasil membuat Risa tertawa menang.
Namun, keseruan dua sahabat itu harus terhenti saat saat mereka mendengar suara gemuruh yang begitu kencang, Angga dan Risa yang pada saat itu sedang berada dipinggir pantai langsung berlari menjauh menuju daratan yang lebih nyaman tidak lama suara gemuruh itu menghilang, setelahnya bumi yang saat itu tempat kaki mereka berpijak tiba – tiba bergoyang, orang – orang yang mungkin pada saat itu sedang berada didalam rumahnya langsung berhambur keluar, wajah mereka memncarkan aura penuh kepanikan karena gempa yang baru saja terjadi.
“Kamu tidak apa – apa Sa ?”
Pertanyaan itu Angga ajukan saat keadaan sudah mulai tenang, Risa hanya mampu menggelengkan kepalanya kentara sekali jika gadis itu masih merasa shock karena suara gemuruh dan dilanjutkan dengan gempa yang tiba – tiba terjadi. Wajah gadis itu masih memancarkan aura kecemasan dan ketakutan yang begitu mendalam.
“Kamu tenang saja Sa, gempanya sudah berhenti ko”
Angga berusaha menenangkan dan lagi – lagi gadis itu hanya menganggukan kepalanya, ingin sekali rasanya Angga memeluk Risa menenangkannya dan mengatakan jika semuanya akan baik – baik saja, namun Angga sadar jika dia bukanlah siapa – siapa.
“Kamu masih takut Sa ?
”Enggak ko”
Gadis itu masih saja berusaha mengelak padahal jelas sekali wajahnya masih memancarkan aura ketegangan, Risa mencoba mengalihkan baik pikirannya ataupun Angga yang terus saja memperhaatikannya dengan mengajaknya pergi ke masjid karena tanpa terasa waktu sudah menunjukan hampir waktu magrib. Laki – laki itu menurut, mereka pergi kemasjid untuk menunggu adzan disana dan melaksanakan kewajiban mereka sebagai seorang muslim.
***
Setelah selesai melaksanakan shalat Isha Angga dan Risa langsung pulang dan seperti biasanya Angga akan pergi mengantar Risa pulang lebih dulu kerumahnya barulah setelah itu dia akan pulang kerumahnya juga. Mengantarkan Risa sudah menjadi sebuah kebiasaan wajib yang tidak boleh Angga tinggalkan, Risa tidak pernah meminta, tapi Angga yang berinisiatif dia melakukan semuanya hanya karena tidak ingn terjadi sesuatu hal buruk pada Risa.
“Angga, nganter pacarnya pulang dulu ya ?”
Ujar salah seorang bapak – bapak yang pada saat itu sedang melkuakn shift ronda.
“Iya kang”
Angga hanya menjawab pertanyaan pria paruh baya itu sekenanya, namun tanpa pria itu sadari pernyataanya sudah berhasil membuat pipi Risa bersemu merah karena malu. Risa tidak tahu apa yang sedang terjadi padanya terutama pada hatinya, tidak tahu kenapa belakangan hatinya selalu bergetar, jantung berdebar tidak karuan saat dia berada didekat Angga, saat mata Angga menatapnya.
“Jangan GR Risa Angga hanya becanda”
Risa berusaha memperingati hatinya agar dia tidak terperosok semakin dalam, jika memang apa yang kini dirasakan Risa adalah jatuh cinta Angga tidak boleh sampai mengetahuinya, Risa tidak ingin hubungan persahabatannya dengan Angga hancur hanya karena sebuah perasaan konyol yang tiba – tiba dirasakan oleh Risa.
“Sa”
Angga memanggil nama Risa setelah keduanya diam disepanjang jalan, tidak ada percakapan atau hal apapun yang mereka lakukan atau bicarakan selama mereka berjalan beriringan
”Apa ?”
Risa menoleh kearah kearah Angga saat laki – laki itu diam saja setelah Risa menjawab perkataanya.
“Anwar apa kabar ?”
Angga sengaja membahas masalah Anwar karena laki – laki itu tahu jika Risa paling kesal saat harus membahas masalah laki – laki yang katanya menyukai Risa, dan benar saja wajah perempuan itu tiba – tiba berubah menjadi sebal saat mendengar Angga menyebut nama salah satu dari laki – laki yang katanya menyukai Risa.
“Kamu kalau mau tahu tentang Anwar jangan tanya sama aku tanya sama mamanya, memang aku siapanya dia”
Kentara sekali jika sekarang Risa sudah benar – benar merasa sebal karena Angga mengambil topik pembicaraan yang tentu saja tidak Risa sukai.
”Bukannya kamu itu pacarnya”
Risa mendelik kesal kearah Angga, Risa yakin Angga sanagat tahu bagaimana hubungannya dengan Anwar, dia tidak pernah memberikan respon kepada teman sebaya mereka yang mengaku menyukainya.
“Enggak dan kamu tahu akan hal itu”
“Kasihan tahu Sa dia naksir kamu dari sejak SD”
“Zaman SD aku mana ngerti kaya begituan Ga, yang aku tahu tugasku belajar dan belajar bukan main cinta – cintaan karena saat itu bukan saatnya”
Tegas satu kata itulah yang mengambarkan bagaiman Risa baru saja berbicara, Angga memang tahu dengan pasti karena Risa pernah mengatakan jika dia tidak akan mau diajak pacaran dia tidak membuka peluang kepada laki – laki manapun untuk mendekatinya sebelum dia berniat untuk menikah.
“Atau jangan – jangan kamu sukanya sama aku ya ?”
Angga masih terus berusaha menggoda Risa, sekalipun saat itu Angga tahu jika Risa sedang berada dalam mode seriusnya, dan berhasil godaan Angga kali ini berhasil membuat Risa menoleh dan menatap Angga dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.
“Apaan sih gak lucu ya, mana mungkin aku suka sama kamu”
Risa mempercepaat langkahnya saat dia merasa Angga semakin menjadi – jadi menggodanya.
“Kamu kali yang suka sama aku”
“Ngaku aja kalau kamu itu memang iya suka sama aku kan”
“Enggak”
Wajah Risa langsung memerah karena merasa malu, dia langsung mempercepat langkahnya meninggalkan Angga yang masih tertinggal jauh dibelakangnya.
“Kenapa wajahnya merah begitu Sa ?”
“Sa jalannya jangan cepat – cepat jatuh baru tahu rasa kamu”
Tanpa menghiraukan perkataan Angga Risa terus saja berjalan semenatara Angga yang masih setia mengekor dibelakang Angga hanya mampu mengulas sebuah senyum tipis saat melihat tingkah Risa yang terlihat salah tingkah.
Setelah menempuh perjalanan akhirnya Risa dan Angga sudah tiba didepan rumah Risa.
“Kenapa wajah kamu masih merah”
“Angga !! sana kamu cepat pulang”
Risa berkata dengan judesnya, dia membalik tubuh Angga dengan paksa kemudian mendorongnya hingga membuat Angga melangkah beberapa langkah akibat dari dorongan yang dilakukan oleh Risa.
“Yakin kamu mau aku pulang”
“Iya sana kamu pulang”
“Yasudah aku pulang”
Angga melanjutkan langkah kakinya, namun baru saja kakinya melangkah beberapa langkah Risa sudah kembali memanggilnya, membuat Angga kembali menoleh dan menatap Risa dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.
“Tadi nyuruh pulang, sekarang manggil - manggil”
“Makasih udah mengantar aku pulang dan hati - hati”
“Iya sama - sama”
Bolehkah Angga berteriak saat itu juga, hatinya terasa menghangat saat mendengar Risa mengeluarkan kalimat perhatian walaupun itu hanya sedikit.
Angga kembali membalik badannya dan melanjutkan langkanya, tubuh Angga menghilang seiring dengan minimnya cahaya yang menerangi penglihatan Risa.