13

5000 Kata
Zonk ... Itulah yang di dapatkan Yasser setelah mendengar pengumuman, tapi dia belum putus asa, olahraga masih belum di pertandingkan, dia akan berusaha supaya menang di salah satu cabang perlombaan. Ke esokan harinya. Pak Bahar langsung mempertandingkan cabang olahraga lari. Pertama tanding dengan kawan kelas mereka masing-masing. Yasser menjadi juara pertama di kelasnya, tapi pertandingan belum berakhir, dia harus bisa mengalahkan 20 orang lagi yang menjadi perwakilan dari kelas mereka masing-masing dari kelas 1 sampai kelas 3. Mereka pun melanjutkan pertandingan untuk menentukan 1 yang terbaik. Dari 20 orang di bagi 2 regu yang beranggota 10 10 orang. Regu pertama pun siap. “Bersiap, 3 2 1 lari,” Pak Bahar memberikan aba-aba kepada pengikut lomba lari. 2 orang lari dengan kecepatan sama menuju garis finish. Kini giliran regu Yasser. (“Ya Allah, apapun yang engkau beri untuk hamba mu ini, hamba terima dengan lapang d**a, tapi jika engkau berkenan ya Allah, hamba ingin menang di perlombaan ini.”) Yasser berdoa dalam hati saat sudah berdiri di garis pertandingan. “Bersiap, 3 2 1 lari,” ucap Pak Bahar. Yasser melesat cepat ke depan meninggalkan peserta yang lain. Dengan segala usaha dan do'anya, dia menjadi juara pertama di regu dia. Kini dia harus bertanding dengan 2 orang kakak kelasnya sebagai babak akhir. “Istirahat dulu ya, kalian minum-minum dulu biar tambah tenaga,” Ucap pak Bahar sambil meninggalkan mereka di lapangan. Mereka pun meninggalkan lapangan, dan menuju kantin, sesuai anjuran pak Bahar. 30 menit kemudian. Mereka di panggil kembali untuk mengikuti pertandingan lari babak akhir di sekolah mereka. 3 peserta sudah mempersiapkan diri di garis pertandingan. Yasser kembali berdoa dengan doa yang sama. “Bersiap, 3 2 1 lari,” Pak Bahar kembali memberikan aba-aba. Perlombaan yang sangat sengit, hampir di garis akhir, tapi jarak mereke masih sejajar. (“Ya Allah!, bantu Yasser!”) Yasser berdoa sambil menambahkan tenaga untuk berlari lebih cepat lagi. Dan Pruiiittt ... Peluit Pak Bahar berbunyi lama tanda pertandingan telah berakhir. Yasser unggul satu langkah di depan, dan menjadi perwakilan sekolah untuk lomba lari. "Selamat Yasser ya, berarti kamu menjadi perwakilan di perlombaan lari," Pak Bahar berkata pada Yasser sambil berjabat tangan. Yasser menunduk hormat dan mencium tangan guru olahraganya itu. "Terima kasih banyak pak," sahut Yasser. Tepuk tangan pun meriah dari murid penonton yang menyaksikan perlombaan itu. Terutama dari murid perempuan yang kagum dengan sosok Yasser. Yasser makin semangat untuk berlatih, dia masih ada waktu sebulan lagi sebelum menuju pertandingan antar kabupaten. “Yasser kamu ambil cabang olahraga tambahan ya,” perintah Pak Bahar pada Yasser. “Jangan pak, saya fokus di lari aja,” Yasser berusaha menolak. “Udah, coba aju dulu yang lain, siapa tau ada bakat lain juga, kalau gak menang di lomba lari masih ada lomba lain,” bujuk Pak Bahar. “Iya Pak,” jawab Yasser pasrah. Yasser terpaksa mengikuti perlombaan lain juga. Dan dia memenangkan lempar cakram lagi. Total 2 cabang yang dia ikut perwakilan. Di tempat yang berbeda. “Ada masuk sebagai perwakilan Olimpiade kak?” Tante Nani bertanya pada Silvi. “Gak ada tante, semua masih di pakai kakak kelas 2 dan 3,” jawab Silvi. “Gapapa, emang kek gitu disana, karna murid-murid pintar semua, yang penting kakak terus usaha, masih ada kesempatan kelas 2 dan 3, kalau kakak bisa masuk olimpiade, nanti kakak tambah mudah untuk lanjut ke universitas,” Tantenya memberi semangat. “Iya Tante,” jawab Silvi. “Kalau gak, gimana kalau kita ganti guru les nya, kita ambil les privat dari guru yang lain, karna yang biasanya kan udah ngajar pagi, jadi yang sorenya guru lain lagi, gimana?” tanya Tantenya. “Boleh itu Tante, sekalian biar gak ngebosanin juga!” jawab Silvi. Akhirnya Silvi memilih mencari guru les Biologi yang baru, tak butuh waktu lama untuk mereka menemukan guru les terbaik. Hari pertandingan Yasser antar kabupaten pun dimulai. Yasser memenangkan olahraga lari. Sedangkan lempar cakram hanya mendapatkan juara 2. Akhirnya Yasser akan mengikuti perlombaan terakhir yang diikuti oleh perwakilan semua Provinsi di Indonesia yang bertempat di Jakarta. Yasser ke Jakarta dengan pesawat, ditemani oleh Pak Bahar guru pembimbingnya dan murid-murid dari sekolah lain yang memenangkan cabang olahraga lainnya juga. Mereka telah sampai di Jakarta, dan menginap di hotel khusus atlet. Besok mereka baru akan melakukan pertandingan. (“Aku belum melihatmu disini, tapi entah kenapa, ketika kakiku baru menginjak tanah disini, aku sudah merasa kalau kita sangat dekat,”) Yasser bergumam pada dirinya sendiri sambil melihat keluar jendela. Kalimat itu ... Iya untuk siapa lagi kalau bukan untuk Silvi yang selama ini di kejarnya. Yasser mengambil ponsel, membuka kontak wa. Di pilihnya kontak yang bernama Silvia. Yasser mengetik pesan. “Assalamu’alaikum,” Yasser mengirim pesan untuk Silvi, dia berharap Silvi belum tidur, karna masih jam 9. Ting ... Notif wa Silvi membuyarkan konsentrasi belajar Silvi. Silvi meraih ponselnya dan membuka kunci layar. (“Pesan dari Yasser, tumbenan dia wa aku,”) Silvi berkata dalam hati dan membaca pesan Yasser. “Wa’alaikum salam wr wb,” balas Silvi. “Apa kabar?” tanya Yasser datar. “Alhamdulillah baik, kamu?” “Alhamdulillah baik juga .” “” Silvi membalas emot smile juga. “Boleh tau qe sekolah di SMA berapa?” balas Yasser lagi. “Boleh, di SMAN 1 Jakarta.” “Ooo ... selamat belajar ya, semoga sukses,” Yasser mengakhiri obrolannya dengan Silvi tanpa basa-basi yang lain. “Iya, makasih ?,” balas Silvi. Silvi masih sangat berharap bisa chat lama-lama dengan Yasser, tapi dia malu untuk memulainya. Sedangkan Yasser, dia tidak terlalu ingin meng chat Silvi lama-lama. Dia takut, kalau Silvi akan risih dengannya. Ke esokan harinya. “Yasser, bersiap-siap terus ya, kita akan naik bis menuju tempat pertandingan!” ucap Pak Bahar. “Baik pak,” jawab Yasser. Mereka bersiap-siap dan menikmati sarapan yang telah di sediakan oleh panitia perlombaan. Mereka langsung menuju tempat pertandingan. Iseng-iseng Yasser membuka google maps dan mencari lokasi SMAN 1 Jakarta. (“Jadi letaknya di jalan yang searah sama bus ini berjalan?”) Yasser bertanya dalam hati. Dia mengamati setiap bangunan yang lewat, dengan membaca semua pamplet yang mereka lewati. Akhirnya Yasser membaca tulisan di tembok "SMAN 1 JAKARTA". Mereka melewati bangunan sekolah yang dicari Yasser. (“Jadi di sini tempatnya?” ) Yasser bertanya lagi pada dirinya sendiri. Tak berpa lama, bus pun berhenti tidak jauh dari sekolah. Mereka pun turun dari bus, dan masuk ke dalam stadion tempat pelaksanaan pertandingan. Sampai waktu istirahat, Yasser belum juga kena gilirannya. Waktu istirahat di kasih satu jam. “Pak, Yasser pamit keluar sebentar boleh?” tanya Yasser pada Pak Bahar. “Boleh, tapi jangan lama-lama ya!, kita Cuma dikasih waktu istirahat satu jam,” jawab Pak Bahar. Tanpa membuang-buang waktu Yasser keluar dari stadion. Dan langsung memanggil becak yang dekat dengan posisinya. “Bang bisa antar saya ke SMAN 1 Jakarta?” tanya Yasser pada tukang becak barang. “Tapi dek, ini becak barang, bukan becak penumpang, kotor,” jawab Bapak itu merasa gak enak. “Gapapa Pak, saya lagi buru-buru!” jawab Yasser yang sudah duduk di belakang tukang becak. Bapak tua itu pun melajukan becaknya dengan cepat ke tempat tujuan. “Makasih Pak ya, ini ongkosnya,” Yasser menyerahkan uang 50 ribuan. “Uang kecil aja dek, 10 ribu,” jawab tukang becak. “Gak ada, Pak, kalau gak Bapak bisa tungguin saya disini gak sebentar?, saya balik lagi ke tempat tadi, nanti saya tambahin ongkosnya,” tanya Yasser. “Oeh boleh, boleh Dek,” jawabnya. Yasser langsung menuju pintu masuk sekolah. “Assalamu’alaikum pak,” Yasser memberi salam pada Satpam yang berdiri di dekat pintu masuk. “Wa’alaikum salam, mau bertemu sama siapa?” tanya Satpam. “Mau bertemu sama Silvia labiqa raisya pak, murid kelas 1,” jawab Yasser. “Kalau sama murid Adek telpon aja ya, karna saya gak hafal semua nama murid-murid disini,” sahut Pak Satpam lagi. “Iya pak,” Yasser pun tidak membantah. “Duduk aja di kursi tamu,” Satpam tersebut menunjukkan kursi di sampingnya kepada Yasser. Yasser menuju kursi untuk duduk sambil mengambil ponselnya dan mengetik pesan untuk Silvi. “Bisa jumpa gak sebentar?” Yasser mengirim pesan untuk Silvi. Silvi yang sedang duduk dikantin dengan teman-temannya pun membuka pesan Yasser. Silvi tersenyum. “Bisa, dimana?, di mimpi ya? ” balas Silvi yang menganggap pesan Yasser sebagai lelucon. Ting ... Yasser membalas lagi pesan Silvi dengan foto, foto dia yang sedang duduk di kursi tamu dan foto satpam yang sedang berdiri di depan Yasser. Bukannya senang, Silvi malah mendadak jadi takut. "Itu benaran kamu atau aku cuma halusinasi?" balas Silvi. "Benar hai, sini terus, penting kali ini!" balas Yasser. "Emang qe ngapain ke sini? sambung sekolah kesini? atau jangan-jangan qe kabur dari rumah dan gak tau mau kemana?" Silvi masih membalas pesan Yasser, tanpa mengindahkan permintaan Yasser untuk keluar menemuinya. "Jangan su'uzon!" balas Yasser singkat. Setelah membaca pesan Yasser yang berisi tulisan jangan su'uzon, Silvi baru sedikit yakin kalau itu memang Yasser. “Eh, aku kesana sebentar ya,” ucap Silvi pada teman-temannya. “Iya,” jawab mereka. Silvi menyusuri lorong-lorong bangunan untuk bisa sampai ke depan. Hatinya deg-degan, dan tangannya ke dinginan. Silvi telah sampai di dekat kursi tamu. Dia terpaku di belakang Yasser, ini bukan halusinasi, Yasser sekarang benar-benar sedang ada di hadapannya. “Yasser!" Silvi memanggil pelan nama Yasser. “ Eh ... Silvi,” Yasser menoleh ke arah suara itu. Mereka sama-sama tertegun beberapa saat. (“Vi, kamu sangat cantik dengan rok abu-abu itu,”) Yasser bergumam dalam hati. (“Yasser, kamu kok makin tampan sih ...!”) Silvi juga bergumam dalam hatinya. Rasa rindu Yasser tertunaikan dengan melihat kehadiran Silvi. Selama Silvi ke Jakarta, mereka tak pernah bertemu lagi, karna Silvi tidak pernah pulang ke kampung, selalu orang tuanya yang datang untuk menjenguknya. “Ooh Silvi yang ini, kalau yang ini bapak kenal, ya udah kalian lanjut ngobrol terus, jangan lama-lama ya, nanti takut ada tamu yang ngira kalian pacaran,” Ucap pak Satpam membuyarkan lamunan mereka, dan membuat mereka malu dengan perkataan Pak Satpam. “Duduk dulu,” Yasser menggeser tempat duduk dirinya agar tidak terlalu berdekatan dengan Silvi. “Ada apa Ser?” tanya Silvi serius. “Aduh gimana ya?” Jawab Yasser sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal, dia bingung harus mulai berbicara dari mana. “Oya, emang kamu ada acara apa ke Jakarta?” Silvi mengganti topik pertanyaan. “Itu, aku jadi perwakilan lomba lari dari Provinsi kita,” jawab Yasser. “Wah ... hebat kali udah Bang Yasser,” Silvi mencandai Yasser dengan memanggil Bang. “Heum ... Hebat qe lagi, bisa sekolah di sekolah mewah kek gini, pasti banyak cowok-cowok ganteng disini ya?” tanya Yasser mengejek. “Banyak kali disini, dari yang muka pribumi sampai muka blasteran, muka korea, muka china semua ada disini,” jawab Silvi dengan semangat seperti anak kecil yang sedang curhat dengan ibunya. “Lalu yang milik qe muka yang mana?” tanya Yasser. “Maksudnya?” Silvi balik bertanya. “Yang jadi pacar qe muka ganteng yang kek mana?” Yasser memperjelaskan pertanyaannya pada Silvi. “Gak ada,” jawab Silvi. “Gak ada? Gak ada kenapa?” tanya Yasser seolah gak percaya. “Ya karna aku gak dikasih pacaran,” jawab Silvi. “Ooo ...” (“Seharusnya kan qe tanya siapa yang gak kasih pacaran, huh gak peka!”) umpat Silvi dalam hati sambil melihat gerakan kakinya yang menendang-nendang kosong. “Silvi aku mau bicara serius sama qe,” Yasser kembali bersuara. “Iya, bicara aja,” jawab Silvi cuek. Yasser melihat sekelilingnya dan memastikan tidak ada orang yang mendengarnya. “Aku suka sama qe, dan aku ingin qe tidak pacaran sama orang lain,” Yasser berkata dalam satu tarikan nafas. Membuat Silvi menghentikan tendangan-tendangan kosong nya dan menatap Yasser yang sudah memerah mukanya. Silvi tersenyum malu, dan kembali menundukkan pandangannya. "Kamu yakin sama apa yang kamu ucap?" Silvi balik bertanya. "Iya, sangat yakin!" jawab Yasser. “Tapi aku gak di kasih pacaran,” jawab Silvi. “Siapa yang gak kasih? Abi Umi?, kita kan jauhan, gak bisa jumpa, palingan lewat telpon, kalau qe gak mau pacaran juga gak papa, yang penting qe udah tau perasaan aku, dan aku berharap qe bisa nerima aku,” Yasser berkata dengan cepat. “Bukan ... Gak dikasihnya sama kawan SMP aku dulu,” Silvi mencoba membuka memory lama mereka. Yasser tersipu, dan menutup mukanya dengan 2 tangan. “Masih ingat qe?” tanya Yasser lagi. “Ingat lah,” Silvi menjawab dengan Senyum malunya. “Jadi gimana?, bisa ya gak pacaran sama orang lain?” tanya Yasser. Silvi mengangguk sambil tersenyum dan menundukkan wajah nya. “Alhamdulillah,” Yasser berkata dengan nyaring sambil menutup mulutnya dengan perasaan yang berbunga-bunga. “Udah siap ngobrolnya?” Tanya Pak Satpam sambil membawakan secangkir kopi untuk dirinya. “Udah pak,” jawab mereka berdua, mereka saling berpandangan dan tersenyum. "Ya udah jangan lama-lama, gak baik cewek-cowok berduaan," kata Pak Satpam. "Iya pak," jawab Yasser. “Ya udah, aku langsung balik ke stadion dulu ya,” Yasser pamit pada Silvi. “Iya, hati-hati,” Jawab Silvi. Yasser hanya mengangguk kepala sedikit dan mereka sama-sama memberikan senyum manis mereka. Mereka pun kembali ke tempat tujuannya masing-masing. “Jadi itu yang mereka bicarakan, heum, liat aja!” Seseorang keluar dari belakang tembok yang telah mendengarkan semua percakapan Yasser dan Silvi. Silvi kembali ke lokal dengan perasaan tak menentu, dunia seakan-akan sedang memberikan senyum terbaik untuk Silvi, begitu pun dengan teman-temannya, seakan mereka menyambut kedatangan Silvi dengan bahagia. Tak jauh berbeda dengan Yasser, mereka berdua sama-sama sedang merasakan menjadi Raja dan Ratu di jagat raya, semua hal yang mereka melihat memberikan kehangatan jatuh cinta yang terbalaskan. Yasser kembali ke stadion dengan becak barang tadi. “Ini pak 50 ribu untuk bapak semua,” Yasser menyerahkan uang tadi yang dia kasih untuk ongkos becak yang dinaikinya. “Terima kasih Dek,” ucap tukang becak. “Sama-sama pak,” Dia melangkahkan kaki masuk ke dalam stadion, dan menemui guru pembimbingnya. “Yasser, kamu langsung sholat zuhur dan makan ya, habis itu langsung ke lapangan. Bapak mau cek nomor ke berapa giliran kamu,” ucap Pak Bahar. “Baik Pak,” sahut Yasser. Yasser bergegas mengambil wudhu dan melaksakan sholat zuhur. Setelah sholat dia berdoa. “Ya Allah, segala puji bagi engkau yang telah mempertemukan Yasser dengan Silvi, yang telah menghadirkan cinta diantara kami, tuntun cinta kami ke jalan yang baik, jauhkan kami daripada berzina, ampunkan segala dosa syahwat kami, aminnn,” Yasser menyapukan kedua tangan ke wajahnya. Yasser kembali memfokuskan dirinya pada pertandingan. Walaupun tak dapat di pungkiri, hati Yasser masih merasakan kebahagiaan yang teramat sangat dengan kejadian tadi. Yasser mengikuti pertandingan dengan sungguh-sungguh. Tak ada rasa lelah yang dirasakannya ketika mengingat senyum dan perkataan Silvi. Dia masih terlena dengan awal yang indah untuk hubungan mereka. Yasser menjadi pemenang pertama cabang olahraga lari. “Alhamdulillah Yasser, kamu menjadi penerima medali emas cabang lari,” Pak Bahar menepuk-nepuk pundak Yasser dengan bangga. “Alhamdulillah, Pak,” sahut Yasser. Pertandingan telah berakhir, Mereka kembali pulang ke rumah mereka. Ke esokan harinya. Yasser kembali ke sekolah, dia menjadi pusat perhatian murid-murid perempuan. Semua kagum pada Yasser. Tapi Yasser tetap merendahkan dirinya. “Yasser, kesini gabunglah,” ajak teman wanita yang beda lokal dengannya. Yasser bergabung dengan mereka, karna disana juga ada beberapa laki-laki, walaupun sebenarnya Yasser merasa canggung karna di perlalukan baik yang berlebihan. Medali emas di tukar dengan uang oleh kepala sekolahnya kepada Yasser. Yasser menerima uang tersebut. Sesampai dirumahnya. “Ma, ini uang dari perlombaan Yasser, Yasser menang medali emas, sama pak kepala sekolah ditukar sama uang, medalinya disimpan untuk piagam penghargaan sekolah,” Yasser berkata pada ibunya sambil menyerahkan uangnya untuk Mamanya. “Kenapa gak abang aja simpan uangnya?” tanya Mamanya. “Mau ngasih untuk Mama sama Ayah sekali-kali ,” jawab Yasser. Mamanya terharu mendengar jawab dari Yasser. Mamanya menerima uang yang di berikan Yasser, uang itu langsung di masukkan ke dalam buku rekening mereka, karna selama ini mereka sudah tercukupi dengan hasil laundry dan kebun. Ting ... Pesan wa masuk di ponsel Silvi. Dia membukanya, pesan wa grup SMPnya. Vera mengirim foto Yasser yang sedang menggunakan kalung medali emas. Ada banyak foto yang Vera kirim ke grup, mereka berfoto rame. “Selamat Yasser ya,” Silvi mengirim balasan untuk foto yang dikirim Vera. “Makasih.” Balas Yasser. Ada banyak kalimat selamat untuk Yasser di dalam grup. Tapi Lukman tidak memunculkan dirinya. Silvi dan Yasser menutup rapat hubungan mereka, tak ada yang tau selain mereka berdua, mereka juga menjaga komunikasi mereka agar tidak berlebihan. Silvi melihat-lihat story wa. Dia membuka story Vera sahabat dekatnya waktu SMP. “Selamat buat Yasser, semoga makin sukses,” disertai foto mereka yang hanya berdua, memang di foto terlihat tidak bersentuhan, tapi wajah Vera sangat dekat dengan wajah Yasser. Butir-butir kecemburuan menjalar seluruh tubuh Silvi. Dia men screenshot status Vera, dan langsung mengirim untuk Yasser. “Baru pun kemaren bilang aku jangan pacaran, lah situ sendiri,” Silvi mengirim tulisannya beserta foto screenshotnya untuk Yasser. Yasser membuka pesan Silvi. Dia tersenyum. “Jangan su’uzon,” balasnya singkat. “,” Silvi membalas emot nangis bombai. “Itu Vera minta foto sama aku berduan, kan disitu juga masih banyak orang lain kok, gak benar-benar berdua kami,” Yasser menjelaskan pada Silvi supaya Silvi tidak salah paham. “Makasih udah mau jelasin panjang × lebar ,” balas Silvi. “,” Yasser membalas kedipan mata untuk Silvi. “Semoga kita sama-sama saling menjaga,” Silvi membalasnya lagi. “Iya Hitam ,” Entah kenapa panggilan itu kini seakan menjadi panggilan paling indah menurut Silvi. Dia tak pernah lagi memprotes di panggil Hitam oleh Yasser. Mereka pun mengakhiri obrolan mereka. Ke esokan harinya. Silvi membuat Story di wa. “Semangat mengikuti Les, agar bisa lulus dengan nilai mencukupi untuk masuk Universitas favorit,” “Emang mau masuk kampus mana?” tanya Lukman lewat pesan pribadi. “Niatnya kedokteran sih, tapi belum tau hasil akhir,” balas Silvi. “Mau juga lah lanjut di kampus yang sama,” balas Lukman. “Boleh, pintu gerbang kampus terbuka,” kata Silvi. “Kalau hatimu?” tanya Lukman. “Hatiku masih terlalu muda ,” sahut Silvi dengan bercanda. “Kalau masih muda belum boleh dibuka kah?” Lukman bertanya lagi. “Belum waktunya,” Silvi mencoba memberi jawaban halus untuk menghindari dari kata-kata penolakan cinta yang menyakitkan. Lukman tak membalasnya lagi. Yasser juga tak lupa untuk merespon status wa nya Silvi. “Emang mau lanjut dimana?” “Rencana nya di kedokteran, tapi belum tau gimana akhirnya, karna semua ditentukan sama nilai dan prestasi,” balas Silvi. “Heum ...” balas Yasser singkat. “Kenapa Cuma heum?” “Kalau aku mau kita satu kampus kek nya aku gagal lagi,” jawab Yasser. “Gagal kenapa?, belum juga di coba, kok udah bilang gagal,” “Ya secara aku gak punya Skill apa-apa, uang juga gak punya,” balas Yasser. “Ya udah berarti banyakin belajar, biar bisa dapat beasiswa,” “Emang bisa?” “Ya bisa lah, tapi harus betul-betul pintar, aku juga lagi les Biologi, ngejar target biar bisa terpilih jadi peserta olimpiade, kalau menang bisa masuk secara mudah dan gratis,” balas Silvi. “Oa, brarti mulai sekarang harus lebih rajin lagi belajarnya ya, biar bisa ngampus bareng,” balas Yasser. “Iya, kalau memang kamu ada niat nya gitu, gak cukup hanya dengan buka buku sehari 5 menit,” balas Silvi mulai menceramahi Yasser, karna dulu Yasser masih malas-malasan belajar. "." Yasser hanya membalas emot tertawa. Silvi dan Yasser belajar keras untuk mewujudkan mimpi mereka, kini mimpi mereka sama, sama-sama ingin bisa ikut olimpiade untuk bisa masuk ke kampus yang sama. Yasser melanjutkan les Matematika. Dia mencari guru les lain, karna menurutnya, guru yang pertama terlalu berbelit dalam menjelaskannya. Ada 4 orang yang sudah Yasser coba dan tidak cocok, akhirnya Yasser bertemu dengan guru les yang tinggal di sebelah desanya. Dia cocok dengan gurunya itu, dan melanjutkan les nya dengan beliau. Kenaikan kelas 2. Silvi bisa meraih peringkat pertama, dia mencoba menguasai semua pelajaran. Sedangkan Yasser masih berada di peringkat ke 4. Yasser terus belajar meningkatkan pengetahuan pelajaran yang nilainya jelek di semester itu. Sedangkan Silvi, dia masih setia meningkatkan pengetahuannya tentang Biologi. Ujian semester pertama di kelas 2 pun mereka lalui dengan persiapan yang matang. Silvi kembali meraih juara 1, sedangkan Yasser ada peningkatan, dia mendapatkan juara ke 3. “Kali ini kita akan memilih kembali peserta yang akan ikut olimpiade,” Kepala sekolah Silvi memberikan aba-aba pada muridnya. Satu persatu disebutkan namanya. Dan sampai lah pada pelajaran Biologi. “Biologi akan diwakilkan oleh Silvia labiqa raisya,” ucap Kepala sekolah. “Alhamdulillah ya Allah,” Silvi mengucap syukur sambil menyapukan 2 tangan ke wajahnya. Silvi pulang sekolah masih di jemput sama Tantenya. Setelah sampai dirumah. “Tante ... Silvi jadi ikut olimpiade!” Seru Silvi sambil memeluk erat tantenya. “Wah ... Alhamdulillah ya Allah, Tante senang banget dengarnya, ya udah telpon Ummi sama Abi, bilang sama mereka, minta doa sama mereka semoga kakak jadi juara pertama juga,” ucap Tante Nani. Silvi langsung mengeluarkan ponselnya dan duduk di sofa sebelum mengganti seragamnya. “Assalamu’alaikum Ummi,” Silvi memberi salam pada Umminya di seberang sana. “Wa’alaikum salam kakak sayang,” “Abi mana Mi?” “Masih di kantor, belum pulang, kenapa kak?” “Berarti Silvi telpon Abi juga Mi ya, Bentar Mi ya,” “Iya,” Tuutt tutt .. “Assalamu’alaikum kakak,” “Wa’alaikum salam Bi,” jawab Silvi sambil mengkonfirmasi 3 telpon. “Nah sekarang udah terkonfirmasi kita ber3.” Lanjut Silvi lagi. Ummi dan Abinya hanya tersenyum. “Ummi, Abi, Kakak terpilih sebagai murid yang ikut olimpiade Biologi tahun ini.” Silvi berkata dengan bahgia. “Alhamdulilah,” Mereka berdua mengucap syukur. “Iya Kak, Abang sama Kakak doain semoga Silvi bisa jadi juara pertama,” jawab Tante Nani yang duduk di samping Silvi. “Insyaallah, pasti kami akan berdoa untuk kakak,” jawab Abinya di sertai anggukan kepala Umminya. Mereka kembali terus mengobrol, dan berhenti karna perut Silvi sudah keroncongan. Silvi sholat dan makan, kemudian masuk kamar untuk beristirahat. Dia mengambil ponselnya. Dan mengetik pesan untuk Yasser. “Alhamdulillah aku terpilih sebagai perwakilan untuk ikut olimpiade Biologi,” tulis Silvi. “Alhamdulillah, tingkatkan terus belajarnya ya, semoga sukses,” Yasser membalas pesan Silvi. “Di sana belum ada pemberitahuannya?” tanya Silvi. “Belum, aku juga kurang yakin aku bisa terpilih sebagai salah satu perwakilan, karna nilai rapor aku masih anjlok,” jawab Yasser merasa pesimis. “Semangat aja belajarnya, kalau gak masuk tahun ini, kejar tahun depan, yang penting usahanya ,” Silvi menyemangati Yasser. “Iya, makasih sayangku,” balas Yasser yang baru pertama kalinya memanggil sayang untuk Silvi. (“Sayang?, aduh ... Rasanya kok seperti ditaburkan es warna warni di hati ini ya?”) Silvi bergumam sambil senyum-senyum sendiri. “Eh aduh, kan udah di baca sama Tante aku,” balas Silvi berbohong. Lama Yasser tak membalas lagi pesan Silvi. 1 jam berlalu. (“Ni anak kemana ya, baru pun ditabur es, eh malah ngilang tanpa pamit,”) Silvi bertanya-tanya dalam hatinya. Dia mengabaikan ponselnya setelah menghapus semua chatnya dengan Yasser. Dia memilih untuk istirahat, karna sebentar lagi akan pergi les. Tok tok tok ... Tante Nani mengetok pintu kamarnya Silvi. “Kak bangun, siap-siap pergi les.” Panggil Tante Nani dari luar kamar Silvi. Belum juga ada jawaban dari dalam, Tante Nani membuka kamar Silvi yang tidak di kunci dan membangunkan Silvi. “Kak bangun, udah mau sore lho, kakak ada les gak?” tanya Tante Nani. “Ada Tante, uuwaa hmm,” Silvi yang masih mengantuk menjawab dengan malas. “Udah jangan malas-malas, kan mau jadi dokter,” ucap Tantenya lagi. “Hah, dokter?, iya iya, Silvi mau mandi sekarang,” Silvi menjawab dengan semangat. Tantenya tersenyum karna berhasil membangkitkan Silvi dari malasnya Silvi dengan cepat. Setelah mandi Silvi membuka ponselnya, dia membuka wa nya Yasser, belum juga ada balasan dari Yasser. “Tante antar aja kak ya, sekalian Tante mau ke salon,” ucap Tante Nani pada Silvi yang sudah berpakaian rapi keluar dari kamar. “Boleh, man nanti pulang sama siapa?” tanya Silvi. “Bareng Tante juga, 2 jam kan Kakak les?, nanti Tante jemput,” jawab Tantenya. “Siap,” kata Silvi sambil tersenyum pada Tantenya. Mereka masuk ke mobil dan menuju tempat lesnya Silvi, kemudian Tante Nani lanjut ke salon langganan nya. Malamnya ... “Lagi apa?” Silvi mengirim pesan untuk Yasser. “Ini Silvi?” balas Yasser. (“What?, kenapa sih dia, ya iyalah ini aku, emang siapa lagi!”) Silvi kesal dengan balasan Yasser. “Ya iyalah, emang siapa lagi?” “Takutnya Tante kamu nanti yang ngirim pesan,” “Kenapa jadi tante?” “Karna tadi terakhir kamu bilang di baca Tante pesan kita, takutnya ponsel kamu masih sama Tante,” (“Ya salam ... ini lah hasil kalau kita berbohong,”) Silvi menyesali perbuatannya. “Ooh udah gak,” balas Silvi. “Maaf ya, kalau udah buat malu, mulai sekarang panggilnya Silvi lagi, biar gak jadi masalah,” balas Yasser. (“Heum padahal udah senang di panggil sayang, tapi ya udah lah, gak boleh fokus pacaran dulu, fokus belajar dulu,”) Silvi mecoba untuk kembali fokus, meski agak-agak susah. “Iya boleh, gak boleh juga terlalu berlebihan, takut gak berjodoh,” balas Silvi. “Semoga berjodoh,” “Amiinn ...” Ke esokan harinya, di sekolah Yasser, pengumuman pemilihan ikut olimpiade pun di umumkan satu persatu, lagi-lagi Yasser zonk. “Aku gak terpilih,” Yasser mengirim pesan untuk Silvi. Silvi harus mencerna lama maksud Yasser tanpa ingin bertanya padanya. Setelah berpikir lama, (“Oo mungkin maksud dia, dia gak terpilih untuk ikut olimpiade, pasti itu,”) Silvi menebak. “Ga papa, berarti harus terus belajar, biar tahun depan bisa ikut,” balas Silvi. “Iya makasih, udah semangatin,” “Sama-sama, senyum dulu,” “,” “Disuruh senyum malah ketawa,” “Man gak boleh ketawa?” “Oo boleh, boleh banget malah,” “,” “Selamat tidur,” “Selamat tidur juga,” Tibalah hari Silvi mengikuti olimpiade. Dia mengikuti nya dengan lancar. Pengumuman hasilnya akan keluar 15 hari kemudian. Setelah 15 hari. Kepala sekolah membacakan satu persatu juara yang mereka dapatkan dari olimpiade, ada yang juara 10, ada juga yang juara 1. Ada juga yang mendapatkan juara 15 satu orang, Tibalah giliran nama Silvi yang di umumkan. Untuk Silvia labiqa raisya, bidang Biologi, mendapatkan juara ... Pertama. Tepuk tangan meriah juga diberikan untuk Silvi dari semua murid, mendengar berita baik itu untuk sekolah dan teman mereka. Silvi tak henti-hentinya mengucap syukur, dia udah gak sabar untuk mengatakan hal baik ini pada kedua orang tuanya. Pulang sekolah, Silvi langsung memberitahukan Tante, Ummi dan Abinya. Mereka semua mengucap syukur. Ujian serentak semester 2 pun mereka lalui dengan baik. Tibalah hari perpisahan sekolah. Mereka membuat acara di gedung yang mewah, tidak ada tamu undangan, karna acaranya khusus untuk murid dan guru-guru. Silvi juga turut memeriahkan acara untuk kakak kelasnya dengan menampilkan drama bersama teman-teman lokalnya. Tibalah acara terakhir, acara hiburan grup band kakak sekolahnya Silvi. Beberapa orang membuat live streaming di sosmed mereka. Kak Tristan, kakak kelasnya Silvi membawakan beberapa lagu dengan teman-temannya untuk menghibur penonton. Sorak riuh cewek memenuhi ruangan, mereka kagum dan suka pada sosok Kak Tristan yang sangat tampan. “Oke semua, ini lagu terakhir kita di acara ini, dan lagu ini khusus saya persembahkan untuk seorang wanita yang selama ini telah banyak mencuri waktu saya hanya untuk memikirkan dia.” Kak Tristan berkata setelah menyanyikan beberapa lagu. “Itu pasti untuk Aku,” ucap Sheeva pada teman-temannya, Sheeva gadis kelas 2 yang paling modis dan paling cantik di sekolah. “Iya pasti itu,” jawab teman-temannya. “Selama ini saya belum mencoba untuk berterus terang pada wanita tersebut, karna saya lihat, dia sedang sibuk mengejar mimpinya.” Lanjut Kak Tristan lagi. “Udah pasti itu untuk loe Sheeva, kan loe lagi ngejar mimpi loe biar jadi model terkenal,” ucap Kyla lagi. Sheeva senyum-senyum menunggu namanya di sebut oleh Kak Tristan. Dan merapikan rambutnya agar terlihat rapi di depan kamera live teman-teman sekolahnya. “Dan wanita itu adalah dia, Silvia labiqa raisya,” Ucap kak Tristan lagi sambil mengulurkan tangannya ke arah Silvi. “Apa?” Sheeva kaget sekaligus kecewa karna bukan namanya yang disebut. Teman-temannya saling berpandangan dan iba pada Sheeva. Suara siul dan suara teriakan cewek-cewek “Ciee ...” bersahut-sahutan dari teman dan adik kelasnya kak Tristan dan Silvi, secara menurut mereka Silvi dan Kak Tristan sangat cocok, Silvi yang sangat Manis dengan segudang prestasinya, dan Kak Tristan yang wajahnya blasteran antara Indonesia dan Korea, yang mempunyai suara paling indah di sekolah mereka. Kak Tristan menyanyikan lagu milik penyanyi tanah Air, *ndm*sh K*mal*ng, "Cinta luar biasa". Kak Tristan membawakan lagu dengan penuh penghayatan dan resapan disetiap liriknya, semua orang yang mendengar juga takjub pada keindahan suara Kak Tristan. Silvi hanya bisa menunduk malu, sedangkan Kak Tristan, setiap bait lagu yang dia nyanyikan hanya terfokus menatap Silvi, hanya sesekali menatap microfon di depannya. Silvi tidak berani mengangkat wajahnya hanya untuk menatap balik pada Kak Tristan, ada ratusan mata yang sedang memperhatikan Kak Tristan yang sedang di mabuk cinta, dan ratusan mata juga sedang menatap Silvi dengan kagum atau dengan kejengkelan, karna Silvi mampu mengambil hati lelaki idaman semua gadis di sekolah. Silvi mendadak keluar keringat dingin, lagu yang dinyanyikan Kak Tristan terasa sangat lama selesai. Silvi tidak meresapi setiap bait lagu itu, dia bahkan bisa dikatakan tidak mendengar lagu itu. "Romantis kali Silvi!" ucap Mona dengan geram sambil menggenggam kuat 2 tangan Silvi yang sudah dingin, tapi Mona tidak menyadarinya, dia juga larut dalam suasana romantis itu. Silvi hanya tersenyum kecut menanggapi ocehan Mona. Tampilkan kutipan teks “Bagus,” Tristan menjawab dengan singkat. Di tempat yang berbeda. “Gimana aksi kita tadi malam?, gak sia-sia kan?” tanya Bagas pada kawan-kawannya. “
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN