10

1060 Kata
Tasya masuk ke dalam supermarket, mengambil keranjang belanjaan dan hendak berjalan menuju rak daging beku dan sayuran segar, belum juga sampai ke sana, Tasya berpapasan dengan Deska dan juga Bastian, teman dekat yang telah menusuk dia dari belakang dengan memilih berpacaran dengan lelaki yang Tasya cintai. Tasya membuang muka melihat Deska bergandengan tangan dengan mesra bersama Bastian, sangat sakit rasanya. “Eh, ada Tasya di sini, apa kabar kamu? Kapan kamu keluar dari penjara?” sapa Deska dengan suara yang sengaja agak di keraskan, supaya orang-orang bisa mendengarnya. Pengunjung di sana langsung menatap ke arah Tasya yang di sebut baru keluar dari penjara oleh Deska, mereka langsung menarik tangan anak-anak mereka supaya tidak dekat-dekat dengan Tasya, meskipun mereka tidak tahu permasalahannya, tapi Tasya mengerti, mereka seperti itu pasti karna mereka ingin melindungi orang terkasih mereka dari kejahatan Tasya. Tasya tersenyum ke arah Deska, “Gak usah sok suci kamu! Dapat bekas teman saja bangga!” sahut Tasya dengan tajam. Mulut Deska membulat sempurna. “Maksud lo apa ya? Gua gak ngerti apa yang lo bilang? Padahal gua sapa lo baik-baik, tapi kenapa lo malah sinis begitu sama gua?” “Gak usah pura-pura baik! Gua bersyukur ada kejadian ini, gua jadi tau semua sifat buruk lo! Ternyata lo bukan teman yang baik, tapi lo teman yang hanya ingin memanfaatkan orang lain biar lo bisa hidup enak,” sahut Tasya, membuat Deska meradang. “Heh jaga mulut lo ya! Gua selama ini memang hidup numpang di tempat lo, tapi bukan berarti lo bisa ngehina gua begitu saja, bagaimana pun juga gua gak numpang dengan gratis, gua juga keluarin uang pas numpang sama lo!” bantah Deska dengan bentakan. “Keluarin duit untuk apa? Untuk makan lo doang, yang kenyataannya lebih sering gua yang beliin,” jawab Tasya dengan sindiran. “Lo jangan kurang ajar ya! Lo gak ikhlas sama apa yang lo keluarin selama ini ke gua? Gua bayar sekarang juga! Berapa?” bentak Deska sambil membuka dompetnya. “Maaf, gua gak butuh, gua Cuma mau nyadarin lo aja selama ini lo bergantung sama siapa!” “Banyak bacot lo! Dasar pencuri! Sumpah ya, gua nyesal tinggal bareng sama lo! Kalau gua tau lo itu pencuri, amit-amit jabang bayi, kenal aja gua gak mau sama lo, apa lagi sampai tinggal bareng lo!” sahut Deska dengan geram. Deska melempar beberapa lembar uang berwarna biru ke mukanya Tasya, Tasya hanya bisa diam dengan perlakuan buruknya Deska. Bastian hanya berdiam diri di samping Deska tanpa inisiatif sedikit pun untuk melarang Deska melakukan hal tersebut pada Tasya, padahal jelas-jelas Bastian pacaran lebih dulu dengan Tasya, bahkan dia mengucapkan cinta pada Tasya di hadapan banyak orang. Pengunjung di sana mulai bisik-bisik tentang Tasya, mereka bisik-bisik kalau Tasya masuk penjara karna mencuri. Tasya merasa malu untuk terus berada di sana, dia membalikkan tubuhnya, dan pergi dengan cepat dari sana sambil menyeka air mata. Dia tidak pernah jatuh cinta dan tidak pernah pacaran selain sama Bastian, sekalinya dia cinta sama Bastian dan mereka jadian, dia malah melihat Bastian berjalan dengan mesra bersama teman dekatnya selama ini, lebih tepatnya, teman dekat sebelum dia masuk penjara, begitu dia sudah di dalam penjara, menanyakan kabarnya Tasya saja tidak pernah, apa lagi mengunjunginya. Tasya dengan cepat pergi dan masuk ke dalam mobil. “Terbuat dari apa sih hati kalian berdua? Yang perempuan tega nusuk gua dengan pacaran sama mantan cowok gua, dan Bastian, dia benar-benar tidak punya perasaan, dia tidak pernah ngucapin kalimat putus pada gua, tapi tau-tau dia malah sudah pacaran sama Deska! Tega kalian berdua!” lirih Tasya sambil memukul setir mobil, hancur melihat apa yang ada di depannya barusan. Tasya menopang kepalanya ke setir mobil, merasa sangat berat dengan apa yang baru di alaminya, padahal dia selalu menjauh dari tempat-tempat tongkrongan Deska dan Bastian, supaya dia tidak pernah lagi bertemu dengan dua manusia itu, tapi ternyata malam ini dia malah bertemu ke duanya secara langsung dan itu membuat Tasya sangat terpukul dan kembali teringat dengan kejadian setahun yang lalu. Tasya menghidupkan mobilnya dan pergi dari sana, dia berjalan tak ada tujuan sambil terus menyeka air matanya, hingga dia tiba-tiba sudah berada kembali di jalan depan rumahnya Rizky. “Gua ngapain ke sini lagi ya?” tanya Tasya pada dirinya sendiri, untung saja halaman rumahnya Rizky agak jauh dari jalan, jadi Rizky dan keluarganya tidak tau kalau Tasya kembali lagi. Tasya dengan cepat kembali melajukan mobilnya, dia berusaha untuk tetap tenang dan sadar, karna dia sedang menyetir mobil. “Sadar Tasya, dulu hidup lo memang tidak berguna untuk banyak orang, tapi sekarang lo bisa berubah, lo harus berubah! Lo harus bisa bermanfaat untuk banyak orang, terutama untuk Nada dan Dini, mereka yatim piatu, uluran tangan lo akan sangat berguna untuk mereka! Stop mikirin hal konyol! Apa lagi mikirin teman dan mantan lo yang tidak setia! Stop buang-buang waktu lo untuk mereka! Mereka tidak pantas ada di dalam pikiran lo!” ucap Tasya sambil terus menyetir mobil dengan hati-hati. Akhirnya Tasya memilih belanja di pasar tradisional saja, meskipun sayurannya sudah tidak terlalu segar seperti di supermarket, tapi sayuran-sayuran tersebut masih layak di konsumsi. Tasya tidak mau belanja di supermarket lagi, karna itu adalah tempat-tempat yang rentan bertemu dengan temannya, dan Tasya merasa malas bertemu dengan mereka. “Bu, di sini ada penjual daging segar?” tanya Tasya pada penjual sayur tersebut. “Waduh Neng, kalau malam-malam tidak ada, adanya nanti pagi,” jawabnya. “Pagi ya, kira-kira bisa tidak ya di antar ke rumah?” “Bisa Neng, sebentar, saya tulis nomor ponsel penjualnya, nanti neng tinggal pesan saja, tapi minimal pesannya satu kilo neng ya, baru mau mereka antar.” “Iya Bu, siap, makasih banyak Bu ya,” ucap Tasya, dia menerima sodoran kertas berisi nomor ponsel penjual daging segar, setidaknya daging yang di beli secara langsung sama penjualnya pasti lebih segar dari pada daging yang sudah di bekukan. Setelah belanja banyak, Tasya langsung pulang ke rumahnya, dan menemui mamanya yang masih duduk di ruang tamu sambil menatap laptop. “Mama, mama belum tidur?” tanya Tasya. “Seharusnya Mama yang tanya sama kamu, kamu habis dari mana jam segini baru pulang? Kamu tidak kapok bergaul sama teman-teman kamu yang suka dugem?” sahut mamanya dengan judes tanpa menatap Tasya. “Tasya tidak bertemu dengan mereka, Tasya habis belanja tadi di pasar tradisional,” jawab Tasya membuat Mamanya langsung melihat ke arah Tasya yang membawa banyak sayuran belanjaannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN