Dina membeku. Memang, Dina tahu maksud kedatangan Ditya dan Wisnu ke rumahnya. Bersikap sopan - permisi, karena ingin mengajak puterinya ke jenjang yang lebih serius. Tetapi mereka kan baru datang, bukankah bercengkrama dan berbasa basi dahulu jauh lebih nyaman? "Gimana nak Ditya?" lirih Dina, memastikan bahwa pendengarannya tak salah. "Ditya mau nikahin Nadine, Bunda." Dina mendengus. Wisnu yang sedari tadi duduk berhadapan dengan Ditya hanya menunduk seraya menutup wajahnya dengan kedua tangan. Tak habis pikir dengan kelakuan putera sulungnya itu. 'Bocah gendeng! Astaga, Nolaaa... Kenapa ini bocah jadi panikan begini?' "Sebentar lagi isya. Shalat, lalu istirahatlah. Matamu sudah menghitam begitu. Perjalan London - Malang pasti membuatmu lelah. Kita bicarakan maksud dan tuju