Makan siang ini membuat Alice melihat pada Jeno dengan senyuman tipisnya. Jeno yang dari tadi memeriksa pekerjaan melalui ponselnya, pernikahan ulangnya dengan Alice akan dilaksanakan lebih dari seminggu lagi. Tapi, pekerjaan sampah ini terus berdatangan dan tidak membuat Jeno merasa senang dengannya. Susah memang. Menjadi seorang pemimpin dan memikirkan ratusan karyawan yang berada di bawah tanggung jawabnya. Jeno harus rela, membuat waktunya terbagi antara mengurus pernikahan dan pekerjaannya. "Kau tidak makan?" Jeno yang mendengar suara lembut istrinya langsung mendongak. Jeno tersenyum, mendapat wajah Alice sangat manis bila dipandang seperti ini. Apalagi bekas makanan tertinggal di sudut bibit gadis itu. Huh! Membayangkan Alice masih gadis, membuat Jeno sudah tidak sabar untuk mela