3

1489 Kata
"Makalah kali ini akan dikerjakan perkelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari dua orang." Dosen yang berada di depan ruangan menjelaskan. Saat itu suasana langsung riuh. Semua yang ada di kelas saling mengajak untuk menjadi satu pasangan kelompok. Begitu juga dengan aku dan Marie. Kamu selalu bersama dan lagipula aku tidak begitu dekat dengan mahasiswa lainnya. Diam-diam aku menoleh ke belakang dan menemukan Zach sedang tersenyum pada beberapa gadis yang mengajaknya berbicara dan bisa aku tebak bahwa mereka mengajak pria itu berada dalam satu kelompok. Aku yakin Zach pasti bingung menentukannya. Lagipula para wanita itu pasti tidak peduli dengan tugas makalah atau apapun juga. Mereka hanya ingin bersama Zach dan lalu b******u. Aku memutar bola mataku saat memikirkannya dan menatap sinis. Saat itu tiba-tiba mata Zach melihat ke arahku. Kedua mata kami saling bersibobrok. Aku menjadi canggung sekaligus tidak enak karna Zach pasti menyadari tatapan sinisku dan aku tidak mau dia salah paham. Maka aku buru-buru membuang muka dan kembali melihat ke depan. "Tolong diam sebentar," kata dosen itu lagi. "Kelompok kali ini di acak. Jadi kalian mengambil undian nama pasangan kalian dalam tempat ini." Dosen itu menunjukan sebuah tempat bulat kaca yang kupikir itu adalah aquarium kecil. Suara helaan dan protes terdengar dari penjuru ruangan. Aku hanya bisa menghela pasrah karna mau bagaimana lagi? Aku hanya berharap ketika mengambil nama yang keluar adalah nama Marie. Jadi dibagi dua kelompok, dua barisan menaruh namanya ke tempat kaca tersebut dan dua barisan lagi mengambil nama pasangan mereka. Setelah Marie mengambil kertas, aku memohon agar itu adalah namaku. Aku dan Marie berdoa sebelum membukanya. "Josh," ujar Marie saat membukanya. Kami menghela nafas bersama. Marie melihat ke meja Josh yang memakai kacamata tebal dengan kawat gigi sedang tersenyum aneh sambil menatap Marie dengan bahagia. "Kenapa aku harus bersama Alien," keluh Marie. "Setidaknya dia pintar," ujarku sambil mengelus-elus punggung Marie. Kemudian aku menunggu siapa pasanganku. Satu persatu mulai dapat pasangan sementara belum ada satu orangpun yang menyebut namaku. Padahal jelas kertas di tempat itu sudah tidak ada. Aku hanya bisa terdiam linglung. "Hei," panggil seseorang yang sudah berdiri di samping mejaku. Saat aku lihat itu adalah Zach. "Ya, hai?" Sapaku balik namun dengan nada pertanyaan karna jelas aku cukup bingung mengapa dia tiba-tiba berdiri di sampingku dan menyapaku. "Kau mau kapan dan dimana kita mengerjakan makalahnya?" "What?" Tanyaku bingung. Butuh beberapa saat untuk mencerna kalimat itu. Zach tidak menjawabnya dengan kalimat namun menunjukan kertas bertuliskan namaku. Dan aku mengerti sekarang maksudnya. "Oh ya, bagaimana agar lebih cepat selesainya kita bagi saja dan cari bahannya masing-masing. Jadi saat kita bertemu tinggal mengabungkan dan menyusunnya?" Tanyaku balik. Zach mengangguk singkat. "Jadi dimana dan kapan?" Tanyanya lagi sama seperti pertanyaan yang tadi. "Dua hari lagi, kebetulan hanya ada satu mata kuliah dan dosen sedang absen." Zach mengangguk. Aku terdiam sesaat berpikir dimana sebelum dia menanyakan pertanyaan yang sama lagi. Jika di cafe pasti akan sangat merepotkan dan tidak akan fokus. "Cafe bukan pilihan yang bagus untuk kerja kelompok. Kau mau di rumahku? Tetapi saat itu pasti akan ada mom dan dad. Mom akan cukup aktif bertanya tentang dirimu dan kau akan lebih sibuk menjawab pertanyaaannya daripada mengerjakan tugas bersamaku. Well itu karna aku tidak pernah membawa pria ke rumah." Zach tersenyum dengan manisnya. "Akan kuberi alamatku," ujarnya singkat kemudian pergi kembali ke bangkunya. Diam-diam aku melirik ke bangkunya dan ternyata dia juga sedang memperhatikanku. Mata kami saling bersitatap. *** Aku menghabiskan waktu libur sehariku dengan tidur di kamar dan memakan banyak sekali snack juga ice cream. Sangat melelahkan untukku harus kuliah dengan jadwal padat dan hari ini adalah hari keberuntunganku. Hanya satu mata kuliah dan dosennya tidak ada. Tetapi bagaimanapun nanti aku harus ke rumah Zach untuk mengerjakan makalah. Bukan hal yang buruk mengingat bahan-bahanku sudah selesai begitu juga dirinya. Kami hanya perlu menyusunnya. Aku membuka lembar demi lembar buku yang aku baca. Sebuah n****+ fifty shades of grey, cukup erotis sekaligus menakjubkan. Buku itu kadang membuat fantasy liarku terjadi. Hampir seluruh isinya adalah adegan seks yang dikemas menarik dan tidak menjijikan. Kalau boleh jujur kadang aku membayangkan Louis dengan balutan kemeja dan jas kerjanya dalam cerita itu. Menyetubuhiku dengan sedikit kekerasan yang membuatku tidak berdaya namun begitu nikmat. Saat seperti ini kadang aku yang lebih merasa membutuhkan Louis daripada dia membutuhkanku. Tetapi sekarang pasti dia sedang bersama Mom menonton tv atau berbincang mengingat mereka berdua sedang libur. Tidak ada pemotretan majalah untuk mom. Omong-omong tentang Mom, aku harus membawa mobil untuk ke rumah Zach. Aku buru-burubangkit dari kasur untuk meminta izin pada Mom. "Mom," panggilku namun tidak ada jawaban. "Dad!" Panggilku juga tapi tidak ada jawaban. Aku melihat ke kamar Mom mengetuk pintunya tapi tidak ada jawaban dan tidak ada siapapun. Kemudian aku menuruni tangga dan mencari dimana Mom. Langkahku terhenti ketika melihat televise yang menyala dan itu pasti Mom. Benar adanya Mom ada di sana tapi aku juga mendapatkan pemandangan yang tidak ingin aku lihat. Mom tidak mengenakan pakaian sehelaipun begitu juga Louis. Mereka berdua berada di sofa dengan posisi Mom dipangku Louis dan mereka saling berhadapan. Mereka sedang bercinta. Aku dapat melihat jelas bagaimana Mom mendesah dan menaik turunkan badannya agar ereks Louis dapat keluar masuk ke dalam kewanitaannya. Semantara Louis memejamkan matanya begitu menikmatinya. Beberapa saat kemudian kepala Louis mendekat ke p******a Mom dan menghisapnya. Jujur aku merasakan celanaku mulai basah dan aku merasa butuh memasukan jari-jariku. Aku tidak pernah melihat yang langsung seperti ini. Tetapi anehnya di sisi lain aku merasa kesal dan dadaku terasa sakit melihatnya. Ada rasa tidak rela melihat wajah Louis yang menikmatinya. Aku marah dan cemburu. Ku alihkan pandanganku untuk menghilangkan perasaan aneh tersebut. "Alana!" Pekik Mom ketika menoleh ke arahku dengan kaget. Aku sama kagetnya dengan Mom. Mom buru-buru melepas senggama mereka dan memakai dress tidurnya. "Maafkan aku, seharusnya kami tidak bercinta di sini. Kau pasti benar-benar merasa terganggu." Mom terlihat kikuk dan kaget juga merasa bersalah. Aku menggeleng dan memaksakan diri tersenyum dengan kikuk juga. "Tak apa Mom. Aku tadi hanya ingin berbcara padamu. Sekarang aku akan kembali ke kamar." "Kau ingin berbicara apa, sayang?" "Aku hanya ingin membawa mobil untuk ke tempat temanku. Mengerjakan makalah." "Oh ya, tentu boleh." Aku kemudian mengedikan bahuku. "Baiklah aku akan ke kamar." Aku melirik ke Louis yang sekarang sudah memakai celana pendek ketatnya. Hany itu saja, dan aku masih dapat melihat badannya juga penisnya yang menonjol seperti mendesak celananya. Aku menelan ludahku. Sementara Louis seperti menikmati aku menatapnya seperti itu. Dia mengeluarkan smirknya. Aku langsung membuang muka dan buru-buru berlari ke kamar. *** Masih jelas dalam ingatanku tadi bagaimana Mom dan Louis bercinta. Cara mereka mendesah, menggoyangkan badan dan memejamkan mata. Aku benar-benar tidak tahan dengan apa yang aku lihat. Aku memejamkan mata untuk melupakannya tetapi itu malah semakin masuk ke pikiranku. "Are you ok?" Mendengar suara itu aku buru-buru membuka mata dan mendapati Louis sedang berdiri di sampingku menatapku yang berbaring. "Sejak kapan kau berada di sini?" Tanyaku ketus. "Sejak kau berbaring dan memejamkan mata lalu menggigit bibirmu," jawab Louis sambil tersenyum licik. Aku langsung bangkit. "Kenapa kau tidak mengetuk atau memanggilku dari tadi?" Louis terdiam lalu melihat tubuhku dari atas sampai bawah. "Kau pikir aku mau melewatkan bagaimana kaus tipi situ memperlihatkan tubuhmu? Payudaramu. Lehermu yang jenjang dan celana dalam yang kau pakai sekarang ini membuat kakimu terekspos. Aku menikmatinya seperti kau menikmati melihat tubuhku tadi. Sungguh melihatmu bebaring seperti itu dan memejamkan mata dengan kerutan di kening membuatku berfantasy memaksa ereksi ku masuk dalam kewanitaanmu dan kau mengaduh minta dihentikan namun menikmatinya." "Maksudmu memperkosaku? Seperti yang kau lakukan pertama kali saat kau mabuk?" Tanyaku ketus. Louis terkekeh. "Ada apa denganmu sayang?" Dia duduk di kasurku dan membawa tangannya mengelus pahaku. Aku dapat merasaka getaran hebat di selangkanganku. "Untuk apa kau kesini?" Tanyaku ketus lagi berusaha tidak peduli dengan jemarinya yang terus mengelus pahaku. Louis mengeluarkan kunci mobil dari tangannya. "Memberikan ini." Aku langsung menerimanya. "Thanks," masih dengan suara ketus aku menjawabnya. "Kau mau aku antarkan?" Tawarnya. "Tidak. Aku bisa sendiri." "Oh Ayolah Alana, ada apa denganmu?" Aku bangkit dari kasurku menuju lemari untuk mengambil baju dan segera pergi menuju rumah Zach. Aku memilih tidak menjawab. "Kenapa kau mendiamkanku?" Louis bertanya lagi. Aku hanya diam tidak menjawab apapun. Louis bangkit dari kesur dan menarikku lalu mendorongku ke tembok. Aku cukup kaget dengan apa yang dia lakukan. Louis menciumi leherku. Aku menggeliat karna itu. "Kau merasa terganggu karna aku bercinta dengan ibumu?" Tepat pada sasaran. "Tenanglah sayang, aku masih milikmu." Dia meremas payudaraku dengan lembut dan menuruni bajuku yang longgar itu sehingga aku tidak memakai apa-apa. Aku memang jarang menggunakan bra di rumah. Aku mendesah karna merasakan bibir Louis menusuri tubuhku. "Bagus, seperti itu anak baik." Katanya sambil tersenyum puas. "Louis!" Suara Mom memanggil membuat kami berhenti. Louis mendecak kesal sementara aku mengatur nafasku. Louis menatapku. "Aku akan menyewa hotel kalau perlu untuk menyetubuhimu," ujarnya. Aku hanya terdiam. Dia lalu menciumku dan memasukan lidahnya ke dalam mulutku sambil kedua tangannya meremas payudaraku. Beberapa saat kemudian dia melepasnya. "Aku harus menemuinya. Hati-hati di jalan. Aku berjanji aku memuaskanmu segera." ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN