Manhattan, New York.
Setelah menempuh perjalanan yang begitu melelahkan akhirnya Tony sampai di mansion miliknya, ia segera berjalan menuju kamar sang adik namun ketika ia membuka pintu kamar itu, ia tidak menemukan siapapun di dalam sana.
Tony mengernyit heran karena biasanya setiap ia pulang bekerja perempuan itu selalu sudah terlelap di atas ranjang, namun sedetik kemudian pikiran Tony melayang pada kejadian beberapa hari yang lalu sebelum ia pergi ke Italy. Tony segera pergi dari kamar Harley lalu menghampiri seorang bodyguard yang berjaga di lorong mansion.
“Di mana adikku?” tanya Tony kepada bodyguard itu.
“Nona Harley dan Mike pergi ke club, Tuan,” jawab bodyguard tersebut.
Tony segera menghubungi Harley namun panggilannya tidak diangkat sama sekali, ia lalu menghubungi Mike Petrov yang ia tugaskan sebagai bodyguard Harley, di dering pertama panggilannya masih tidak diangkat hingga Tony geram sendiri dengan kedua orang itu, di panggilan kedua Mike mengangkat panggilan Tony. Tony dapat mendengar suara musik yang begitu keras di seberang sana.
“Kau di mana?” tanya Tony.
“APA, TUAN?!” teriak Mike tidak dapat mendengar suara Tony akibat dentuman musik yang ada di sekitar nya.
“KAU DI MANA?!” tanya Tony yang ikut berteriak seraya meraih kunci mobil sport miliknya.
“DI CLUB TUAN, AVENUE THOMSON CLUB,” jawab Mike di seberang sana membuat Tony menghela nafasnya dengan kasar.
Dua orang itu sama saja. Rutuk Tony dalam hati.
Ia menugaskan Mike menjadi bodyguard sang adik agar dapat menjaga wanita itu atau melarang Harley memasuki club seperti yang ia titahkan pada Mike bahwa Harley dilarang untuk memasuki club manapun namun seperti hal yang sudah terjadi sebelumnya bahwa Mike lebih takut dengan Harley dibandingkan dengan dirinya.
Tony segera melajukan Mercedes-AMG GT miliknya menuju club yang diberitahukan oleh Mike, sesampainya di sana ia disambut dengan suara dentuman musik yang mengalun dalam club itu, Tony segera mencari keberadaan adiknya dan juga Mike, setelah hampir sepuluh menit mencari akhirnya Tony dapat menemukan keberadaan Harley dan juga Mike.
Ia segera berjalan ke arah Mike, pendar cahaya lampu menerpa wajah sang adik yang tengah meliukkan tubuhnya mengikuti alunan musik malam itu di lantai dansa di bawah sana dan hal itu membuat Tony menggelengkan kepalanya.
"Is she drunk again?" tanya Tony berdiri di samping Mike yang membuat pria itu gelagapan. Pria itu segera berdiri di hadapan Tony lalu membungkukkan tubuhnya.
"Maaf, Tuan. Saya tidak berani melawan keinginan Nona," jawab Mike kepada Tony yang ada di hadapannya, jawaban dari bodyguard tersebut membuat Tony menghela nafasnya dengan panjang. Ada rasa lelah, sedih dan berbagai perasaan campur aduk yang tengah ia rasakan saat ini.
"Dia selalu saja seperti ini," gumam Tony lalu berjalan mendekati Harley yang masih meliukkan tubuhnya di atas lantai dansa.
"Halsey!" panggil pria itu seraya memegang kedua bahu wanita yang bernama Harley Wilson. Bukan tanpa alasan ia memanggil wanita itu dengan nama Halsey, karna ia tidak ingin memanggil adiknya dengan nama ‘Harley’ yang terkesan seperti nama sebuah merk kendaran roda dua.
Merasakan ada yang memegang kedua bahunya membuat Harley membuka matanya yang sempat terpejam menikmati alunan musik. "Hmm ... ," gumamnya kembali memejamkan mata seraya menggerakkan tubuhnya.
"Enough! Let's go back home," ujar Tony seraya menarik tubuh wanita kesayangannya agar menjauhi lantai dansa.
"No ... ," gumam Harley yang kini menggelayuti tubuh Tony, Tony hanya memejamkan matanya seraya mengusap kepala adiknya tersebut.
"Come on. We have to go home," ujar Tony dengan lembut lalu melepaskan pelukannya kemudian menarik lengan Harley.
"I don't want!" teriak Harley seraya menyentakkan lengan Tony yang menarik tubuhnya, mendapat perlawanan dari wanita yang ia sayangi membuat Tony geram, dengan sekali hentak tubuh Harley sudah berada di atas pundaknya.
"Turunkan aku, turunkan!" teriak Harley seraya memukul punggung Tony yang memanggul tubuhnya seperti karung beras.
"Shut up, Halsey," desis Tony seraya mencubit paha sang adik dengan kencang. Ketika ia keluar dari club malam tersebut bersama Harley di pundaknya dan Mike di belakang nya tanpa sengaja ia menabrak seorang pria.
"Di mana matamu?!" tanya pria yang ditabrak olehnya.
"Oh maaf, paha wanita kesayangan ku menutupi pandangan mataku," jawab Tony seraya tersenyum namun senyuman Tony membuat pria yang baru saja ditabraknya itu mengepalkan salah satu tangannya.
"Maaf Tuan, topeng yang digunakan oleh Nona tidak ditemukan,” ucap Mike membuat Tony menolehkan wajahnya.
“Nona mengenakan topengnya tadi saat memasuki club ini," lanjut Mike kembali membuat Tony memejamkan matanya beberapa saat.
"Hal sepele seperti itu kau katakan padaku?" tanya Tony tidak percaya.
Bagaimana bisa bodyguard sekaligus orang kepercayaan ku memusingkan sebuah topeng? batin Tony.
"Maaf Tuan, topeng tersebut adalah identitas kedua Nona," ucap Mike membuat kening Tony mengernyit.
"Identitas kedua?" tanya Tony dengan kening terlipat, pundaknya sudah terasa kebas dan pegal, namun ia mengurungkan niatnya untuk melangkah menuju mobil ketika sang bodyguard mengatakan sesuatu yang membuatnya bingung.
"Nona selalu menggunakan topeng itu setiap menjalankan bisnis ilegal nya, Tuan," ujar Mike kembali.
"Jangan berputar-putar Mike. Jelaskan apa maksudmu?" tanya Tony dengan bingung kepada Mike.
"Selama Tuan sibuk mengurus perusahaan yang diberikan oleh Tuan Yaqub, Nona menjalankan bisnis penjualan ganja dan narkotika, Tuan. Dan Nona selalu menggunakan topeng tersebut setiap menjalankan bisnis ilegal nya. Apa ... Apa Tuan tidak mengetahuinya?"
Deg.
Tubuh Tony membeku mendengar penuturan dari Mike, ia tidak menyangka bahwa adiknya sudah senakal itu.
"Tidak mungkin Halsey seperti itu," desis Tony menatap tajam ke arah Mike.
Mike menundukkan wajahnya ketika ia sadar bahwa ia sudah salah berbicara, ia mulai menyadari jika Tuan nya tersebut tidak mengetahui bisnis yang dijalankan oleh Nona-nya, ia kira Tuan nya sudah mengetahui tentang pekerjaan Nona-nya yang tak lain adalah bos kedua baginya.
"Kita bicarakan ini di mansion!" geram Tony seraya mengeraskan rahangnya. Tony dan Mike segera berlalu meninggalkan club tersebut.
Selama di perjalanan Tony tidak henti-hentinya memandang wajah Harley yang bersandar di bahunya, ia menghela nafasnya dengan pelan.
Mom, Dad. Maafkan aku yang tidak becus menjaga Halsey. Sesal Tony dalam hati.
“Sejak kapan Halsey masuk dalam dunia gelap itu?” tanya Tony tanpa mengalihkan pandangannya dari sang adik.
“Sejak beberapa bulan yang lalu, Tuan,” jawab Mike yang sesekali menengok ke kaca spion dalam mobil.
“Di mana markas nya?”
“Ruang bawah tanah, Tuan,” sontak saja Tony terkejut mendengar penuturan dari Mike.
“Yang benar saja?!” tanya Tony dengan suara yang naik satu oktaf membuat pegangan tangan Mike pada kemudi bergetar, Tony bukanlah keluarganya namun pria itu sudah Mike anggap sebagai kakaknya, mendengar suara Tony yang naik satu oktaf membuat Mike seperti sedang di marahi oleh mendiang Tuan besar nya Yaqub Wilson yang notabene adalah ayah dari Tony dan Harley.
“Benar, Tuan,” jawab Mike dengan pelan membuat Tony menghela nafasnya dengan kasar.
Oh God!!! erang Tony dalam hati, ia tidak menyangka karena dirinya yang jarang pulang ke mansion membuat adiknya membangun bisnis ilegal di ruang bawah tanah mansion.
Jika saja Harley tidak terlelap karna mabuk saat ini mungkin Tony akan membentak adiknya itu, ketika perhatian Tony sedang tertuju pada Harley yang masih terlelap di bahunya, Tony dikejutkan dengan deringan smartphone miliknya di saku kemeja yang ia kenakan, tertera nama sang kekasih di layar smartphone tersebut.
“Hi, Kylie,” sapa Tony di deringan pertama.
“Babe, apa kau lupa mengajak ku dinner malam ini di restaurant?!” ketus seorang wanita di seberang sana membuat Tony menghela nafasnya dengan kasar.
“Maaf, Kylie. Aku baru saja sampai di mansion,” jawab Tony.
“Aku sudah menunggu mu sejak dua jam yang lalu!” teriak Kylie di seberang sana lalu memutuskan panggilan tersebut, Tony menghela nafasnya, ia merasa semakin lama kekasihnya itu semakin berubah.