“Duh, baru beberapa bulan dia sudah ngerasa kangen kamu dan anak-anak. Baru sadar kali dia, jadinya kesambet geledek,” lanjut bu Cokro. “Ngapain cari-cari, ‘kan dianya sudah nggak mau berurusan dengan aku lagi. Sampe bilang anak-anak bukan anak-anaknya.” “Ya, laki brengesek memang begitu, Nin. Maunya dia saja yang bener. Sudah, kamu fokus diri kamu saja sendiri sama anak-anak, kamu buang saja dia jauh-jauh. Lagian juga orang kayak dia bakalan ngeles kalo dituntut. Eh, oiya, dia apa nggak coba hubungi kamu, Nindya?” “La, ‘kan aku tukar nomor, Bu.” “O iya, aku lali, Nin.” “Haha, Bu Cokro bisaan. Eh, aku mau sampe rumah majikanku, Bu.” “Haha, Nindya Nindya, sudah bisa bilang majikan toh. Oke oke, yang rajin kerjanya, biar dapat orang kaya.” Nindya tersenyum lega mendengar suara renyah