Perjalanan mereka terasa hening. Hanya Angkasa yang sedang konsentrasi menyetir. Dan Aksara yang duduk bersandar di sebelahnya. Meskipun matanya terpejam, Angkasa tahu anak itu tidak sedang tidur. Angkasa ingin tanya sebenarnya. Apa yang Aksara rasakan. Rasa sakitnya bagaimana. Perlu dibawa ke rumah sakit atau tidak. Tapi kenyataannya ... Angkasa malah bungkam. Ingin membuka mulut saja rasanya sulit. Terlalu canggung. Berkali-kali Angkasa ingin coba bicara. Tapi hanya sebatas sedikit membuka mulut. Belum keluar suara apa-apa, Angkasa sudah kembali menutup mulut. Angkasa menarik napas dalam. Sebaiknya ia segera bertindak sendiri saja lah. Toh Aksara sedang tidak berdaya, sekali pun mulutnya menolak apa yang Angkasa lakukan, tapi dia tidak akan punya tenaga untuk meronta. Apa lagi kabur.
Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari