BAB 9 : Theater Berdarah - Bagian 2

1436 Kata
Ketika bertemu dengan hantu, tubuh Xena akan langsung membeku dan tak mampu bergerak. Dari sudut matanya, dia mampu melihat ada gumpalan asap hitam pekat yang menguar dari tubuh hantu di belakangnya. Walau Xena belum melihat wajah hantu itu, dia tahu pasti bila hantu ini lebih berbahaya dua kali lipat dari hantu – hantu yang pernah di lihat oleh Xena. “Master Dominic …” Xena melihat Zenon dengan tatapan minta tolong. Namun Zenon tidak bergeming di tempatnya, seolah tidak memiliki niatan untuk membantu. Sesaat kemudian, Zenon berkata dengan ringan, “Nona Archer, kamu akan hidup dengan kemampuan itu untuk selamanya. Jadi, mengapa tidak membuat dirimu terbiasa saja dengan keberadaan hantu?” Xena membelalakkan matanya, tidak menyangka bila Zenon akan berkata demikian. Dia menemui shaman ini untuk meminta bantuan supaya terhindar dari hantu, tapi dia malah meminta Xena terbiasa dengan hantu. “Master Dominic, kamu pasti bercanda.” Zenon melipat kedua tangannya di depan da- da lalu bersandar pada dinding. “Aku akan memperhatikan dari jauh. Nona Archer, cobalah untuk tetap tenang dan pikirkan sesuatu yang bisa membuatmu selamat dalam situasi seperti ini. Tidak selamanya akan ada orang lain yang membantu, karena itu lebih baik kamu mempunyai cara untuk menyelamatkan diri sendiri.” Omongan Zenon memang masuk akal. Tapi, Xena menganggap tingkah Zenon sangat menyebalkan. Xena masih terpaku di tempatnya, lambat laun dia merasa hantu di belakangnya menjadi sangat dekat dengannya sampai dia bisa merasakan helaian rambut kasar menggelitik pundaknya. Merasa tidak akan ada gunanya meminta bantuan kepada Zenon, Xena mulai berusaha untuk melarikan diri. Tangannya gemetar dan kakinya terlalu lunak untuk berdiri sehingga Xena hanya mampu merangkak supaya dapat menjauh dari hantu itu. Dia ingin pergi ke pintu keluar, tetapi hantu itu pasti sedang berdiri tepat di hadapan pintu dan mencegah Xena keluar. Jadi, Xena tak memiliki pilihan selain merangkak semakin masuk ke dalam ruangan. “Nona Archer, kamu hanya akan terjebak bersama dia selamanya apabila terus melarikan diri di dalam ruangan.” Xena mendesis, “Memangnya apalagi yang bisa kulakukan?! Aku bukan shaman yang bisa mengusir hantu!” Zenon membalasnya dengan tawa. “Ada dua cara untuk mengusir hantu. Pertama, aku bisa melakukan ritual untuk menghancurkan roh nya agar dia bisa langsung pergi ke akhirat, tapi cara ini akan membuat hantu kehilangan kesempatan untuk melakukan reinkarnasi. Dan cara yang kedua adalah dengan mengabulkan permintaan terakhir mereka supaya roh yang tidak tenang di dunia ini bisa pergi ke akhirat tanpa adanya penyesalan yang tertinggal.” “Pada umumnya, shaman akan menggunakan cara pertama untuk menghemat waktu. Selain itu, tidak semua shaman dapat berkomunikasi dengan hantu sehingga mereka tak mampu mengetahui permintaan terakhir para hantu. Akan tetapi, bukankah Nona Archer bisa mendengar ucapan mereka dengan jelas?” Setelah dipikir – pikir, Xena memang mampu mendengar mereka berbicara selayaknya manusia normal. Bahkan ketika Helios hanya bisa mendengar bisikan ketika mereka diganggu di rumah sakit, Xena bisa mendengar percakapan para hantu. “Memangnya kenapa kalau bisa berkomunikasi dengan mereka?! Master Dominic, kamu itu adalah seorang shaman pengusir hantu bukan seorang psikolog hantu yang harus mendengar penyesalan mereka di dunia!” “Nona Archer.” Nada suara Zenon melembut, tidak terdengar seperti dia sedang bercanda. “Sebelum menjadi hantu, mereka dulunya juga adalah seorang manusia seperti kita. Kemudian mereka mati dengan penyesalan dan berakhir menjadi hantu.” Lantas mengapa bila dulunya mereka adalah manusia? Bagi Xena yang ketakutan, hantu hanyalah pengganggu dalam hidupnya. Mereka selalu mengejar Xena, berkata ingin memakannya, dan kerap kali sengaja membuatnya ketakutan. Dia tidak perduli dengan asal – usul ataupun penyesalan mereka, bila memang dapat dilenyapkan dengan mudah, kenapa harus bersusah payah menuruti kemauan para hantu itu. “Ini tem..patku … kalian pergi..lah.” Hantu itu berkata dengan suara putus – putus, seolah – olah dia sedang mengalami sakit tenggorokan. Sakit tenggorokan. Sepertinya Agatha pernah mengatakan sesuatu tentang seorang staff keamanan yang melihat hantu wanita dengan leher patah berdiri di dalam ruang latihan. Meskipun ketakutan melanda hati Xena, ternyata rasa penasarannya jauh lebih tinggi. Lagipula melihat sedikit sepertinya tidak masasalah. Perlahan Xena mulai memberanikan diri untuk menoleh ke belakang. Asap kehitaman bergumul semakin pekat, tampak seperti ingin menyelimuti ruangan ini dengan energi hantu. Dari balik asap hitam, Xena mampu melihat sosok hantu yang sedari tadi ingin menempel kepadanya. Rasa dingin mulai menjalari tulang belakang Xena tatkala penampilan hanti itu menjadi jelas di matanya. Seperti yang dikatakan oleh Agatha, leher hantu itu patah sehingga kepalanya bengkok ke samping. Permukaan kulitnya tidak rata, terdapat bagian kulit yang terkelupas hingga memperlihatkan daging kemerahan yang busuk. Puluhan belatung tampak menggerogoti dagingnya yang terbuka, sesekali akan ada darah pekat berbau amis yang menetes mengotori permukaan lantai. Bau anyir tanah disertai amis darah menyebar cepat melalui udara, merasuk ke hidung Xena hingga menyebabkan wanita itu hampir muntah apabila dia tidak menutup mulutnya dengan kedua tangan. Zenon sudah melihat hantu wanita ini lebih dahulu dari Xena, tapi pria itu sama sekali tidak menunjukkan tanda – tanda mual atau terkejut. Dia sangat tenang dan bahkan masih bisa mengucapkan omong kosong, Xena pasti tidak akan pernah bisa setenang Zenon saat menghadapi hantu seperti ini. “Per..gi..lah..” ulang hantu itu sekali lagi. Zenon menepuk tangannya sekali sebelum berkata, “Dengar?! Dia hanya memintamu pergi tapi tidak ingin memakanmu. Artinya hantu itu tidak memiliki ambisi untuk menyakiti manusia, dia hanya ingin mempertahankan tempatnya yang kini di alih fungsikan sebagai ruang latihan.” Para hantu cenderung menyukai tempat yang sepi dan gelap. Apabila manusia mulai menempati tempat mereka, hantu pasti akan pergi dengan sendirinya. Tapi, ada banyak kasus di mana hantu merasa bahwa dia sudah menempati tempat tersebut lebih dahulu dibandingkan manusia sehingga mereka akan menakut – nakuti manusia sampai para manusia itu tidak lagi ingin menginjakkan kaki di tempat para hantu. Tampaknya hantu yang menghuni ruang latihan juga berpikir demikian. Dahulu tempat ini adalah gudang sehingga jarang di huni oleh manusia, tapi setelah menjadi ruang latihan, tempat ini menjadi begitu terang dan berisik. Membuat hantu ini merasa terganggu dan ingin menakuti para aktor. “Nona Archer, bukankah hantu ini agak menarik? Apa kamu tidak penasaran untuk mengintip masa lalunya sebelum ia mati?” Xena yang kini semakin melipir kepada dinding membalas dengan lesu. “Mengintip masa lalunya? Bagaimana mungkin bisa begitu?” Setelah lama berdiri jauh dari tempat Xena, Zenon akhirnya berjalan untuk mendekati wanita itu. “Menurut shaman yang kukenal. Apabila Energi Yin seseorang melimpah sangat banyak, maka orang itu bisa menjadi perantara antara dunia roh dan dunia manusia. Orang itu juga mampu melakukan empati, yaitu sebuah cara di mana kita bisa memasuki ingatan hantu yang terhubung dengan kita. Nona Archer mempunyai Energi Yin yang sangat melimpah, mengapa kita tidak coba melakukan empati?” Tanpa memikirkan banyak hal, Xena menolak ide buruk itu mentah – mentah. “Tidak! Aku tidak mau terhubung dengan hantu ataupun melihat masa lalu mereka. Jika kamu mau mengintip masa lalu mereka, kenapa tidak melakukannya sendiri?! Jangan melibatkanku!” Zenon menggelengkan kepala seraya tertawa kecil. “Aku hanya bisa melakukan komunikasi dengan mereka, tapi tidak mampu melakukan empati karena Energi Yin milikku tidak sebesar Nona Archer. Jika seandainya bisa melakukan empati, kita pasti bisa mengetahui penyesalan mereka dengan lebih cepat.” “Kenapa kamu harus mencari jalan sulit? Shaman lain mungkin akan langsung menghancurkan roh mereka tanpa memperdulikan penyesalan roh itu. Mengapa tidak bekerja seperti shaman lain saja?” Zenon menatap mata Xena yang berwarna kelabu. “Jika tidak dalam situasi darurat, aku enggan untuk melenyapkan roh.” Karena melenyapkan roh secara paksa sama saja dengan memutus ikatan roh itu dengan dunia manusia, membuat dia tidak akan mampu menjalani siklus kehidupan berikutnya dan terjebak di dalam neraka untuk selamanya. “Nona Archer, hantu ini tidak dapat berbicara dengan baik jadi akan sulit berkomunikasi dengannya. Jadi, kita hanya bisa melakukan empati untuk mengetahui penyesalan dia.” Xena masih diam, tidak memiliki niatan untuk menjawab sampai Zenon kembali berkata, “Apakah kamu tidak mempunyai rasa iba?! Coba bayangkan apabila suatu saat kamu menjadi hantu akibat memiliki penyesalan di dunia. Ketika kamu hanya ingin mempertahankan tempat tinggalmu, seorang shaman malah menghancurkan rohmu dan membuatmu terjebak di dalam neraka selamanya.” Perkataan Zenon tiba – tiba membuat Xena berpikir keras. Benar, bagaimana bila suatu saat dia yang menjadi roh gentayangan kemudian ada seorang shaman yang menghancurkan jiwanya. Setelah memikirkan banyak hal akhirnya Xena mengangguk pelan. “Baiklah, aku mau membantumu. Tapi, jika sesuatu yang buruk terjadi kepadaku, kamu harus bertanggung jawab penuh.” Zenon menyunggingkan senyuman cerah, seperti seorang anak kecil yang baru saja mendapatkan hadiah. “Tentu! Tentu! Aku pasti akan membayarkan kompensasi kepada keluargamu apabila terjadi hal buruk.” Kompensasi kepada keluarga apanya?! Apakah shaman ini berharap Xena mati saat melakukan empati?! • • • • • To Be Continued 10 Agustus 2021  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN