Sebenarnya Anora tidak pernah takut jatuh miskin. Sebenarnya Anora juga tidak takut untuk merasa lapar. Sebenarnya Anora juga sudah bosan berkeluh kesah, untuk itu ia akhirnya memutuskan menerbitkan buku diarynya saja.
"Lo serius, Ra?" tanya Rey gak percaya kepada perempuan yang menatap dingin kopi di atas mejanya setelah beberapa saat lalu ia menyesap perlahan kopinya. Alunan lembut suara musik cafe itu membuat sedikit nyaman suasana hati Anora yang sebenarnya dia sendiri merasa bimbang. "Itu buku diary loh!" kata Rey menekankan suaranya, dan membuatnya terdengar sangat pelan, ia takut pengunjung lain mendengarkan mereka.
"Udah baca semuanya?" tanya Anora pada lelaki yang lebih terlihat tenang dari pada Rey yang nampang bimbang. Manda menatap Rey sebelum akhirnya ia mengatakan sesuatu...
"Gue butuh privacy buat ngomong berdua sama Anora..." kata Manda. Rey menautkan alisnya heran, lalu memandang Anora yang memandangnya dengan tatapan menunggunya berdiri dari kursinya.
"Oh oke..." kata Rey yang akhirnya berdiri namun terlihat enggan meninggalkan kursinya, terlebih lagi ia enggan meninggalkan Anora berdua dengan sepupu tampannya, karena sudah banyak perempuan incaran Rey yang akhirnya lebih memilih Manda dari pada Rey...
"Rey..." panggil Anora dengan mengangkat satu alis kirinya karena heran dengan sikap Rey yang tak kunjung menjauh dari dirinya dan Manda.
"Eh, gue cuma bingung mau duduk di mana. Penuh semuanya..." Manda dan Anora menatap Rey tak percaya.
"Di depan bartender." kata Manda dan Anora bebarengan yang membuat Rey meringis sebelum akhirnya ia melangkah pergi dengan sangat berat meninggalkan Anora dan Manda berdua. Bahkan berkali-kali ia mengumpat kecil dalam hati.
"Kenapa lo nulis buku diary lo seperti itu?" tanya Manda to the point. Satu hal yang disukai Anora dari Manda adalah bahwa lelaki itu tak bertele-tele jika ingin mengatakan suatu hal.
"Seperti itu maksudnya?"tanya Anora berlagak pilon.
"That's not your story wedding!"
"Yah, that's my diary wedding!" Rey merasa gemas mendengar jawaban Anora. "That's my divorce that I wanted it..." tambah Anora yang membuat Manda yakin bahwa buku diary Anora bukanlah cerita sebenarnya. Bukan. Untuk itu ia kenapa mandek menayangkannya di KBM semalam. Ketika ia bahkan sudah menghapus bagian pertama, ternyata penghuni KBM telah banyak yang menyimpan cerita itu dalam potongan screenshoot dan menuliskannya kembali, pun sebagian besar telah banyak yang membagikannya.
Manda harus menerbitkan sebagian kisahnya, salah satu orang kantornya tahu bahwa cerita itu dituliskan pertama kali di KBM oleh Manda, itu kenapa pagi sekali Manda di telepon oleh atasannya dan atasannya meminta Manda menghubungi penulisnya untuk masalah penerbitan.
"Tapi beneran gue dapat 60%?"Tanya Anora dengan mata berbinar.
"Lo hitung sebelum dipotong pajak?" tanya Manda yang membuat Anora berpikir ulang dengan wajah yang dibuat-buat tenang, padahal ia khawatir akan banyaknya pajak penghasilan yang harus ia bayarkan. Ia tahu nasib penulis Indonesia bagaimana. Ia tahu pajak penulis Indonesia sebesar apa. Ia tahu semuanya dan dulu mimpinya sebagai penulis yang bakalan kaya harus terkubur dalam-dalam setelah paham bagaimana susahnya menjadi penulis, apalagi untuk penulis yang berdomisili di Indonesia.
"Bagaimana lo akan meredakan emosi para netijen?"
"Lo up cuma bab 3 doank, kan?" tanya Anora dan Manda mengangguk.
"Besok up bab 4 aja..."
"Lo gila? Lo bisa mampus!"
"Aku tahu arah para emak-emak KBM ke mana, mereka pengen aku rujuk sama Haris..."
"What?"
"Nikah tiga kali dan gue yang ceraiin! Itu bab awal di tulisan yang lo up! Berarti kan gue cewek gak bener!"
"Mereka hanya perlu tahu sebenarnya saja, beberin aja kenapa lo bisa cerai dan alasannya!"
"Gila!"
"That's your wedding diary!"
"That's only a book! Not my life!" kata Anora tajam. Ia juga bingung harus bagaimana menuntaskan isi cerita "Wedding Diarynya"
"Aku jadi pengen tahu kenapa lo bisa cerai sama suami lo yang pertama dan kedua..." kata Manda penasaran.
"Lo bisa baca buku diary gue yang di loe" kata Anora dan Manda tersenyum remeh.
"Lo pikir gue gak tau semua alasan yang lo ungkap di buku diary itu menuliskan bahwa lo yang salah..."
"Seru banget nulisnya..."
"Gue lagi gak bercanda, Ra..." kata Manda. Meski baru mengenal Anora, ia tahu bagaimana harus membawa diri dalam menghadapi Anora. Anora gadis yang mudah akrab tapi tertutup.
"Lo beneran gak mau cerita ke gue kenapa lo bisa cerai sama mantan suami lo yang pertama dan kedua?"
"Kalau lo gak mau percaya apa yang gue tulis di buku diary gue ya sudahlah..." kata Anora.
"Dan lo yakin buat nerbitin buku itu? Konsekuensinya mungkin lo akan kena sanksi sosial loh, Ra..."
"Gara-gara itu ntar gue bisa viral dan kaya!" kata Anora seraya meringis ke arah Manda yang membuat Manda jadi salah tingkah mendapati senyum Anora itu.
Suara bunyi kehabisa baterai ponsel Anora membuyarkan lamunan Manda yang tidak-tidak.
"Akhirnya baterai gue kiamat juga..." kata Anora.
"Ra, lo gk bales pesan Haris?" tanya Rey dengan dahi berkerut dan sudah berdiri di tengah-tengah Manda dan Anora.
"Nggak. Kenapa?" tanya Anora acuh.
"Dia perjalanan ke sini..." kata Rey yang membuat Anora tersedak dan sebagian minumannya muncrat ke Manda.
"Kenapa gak bilang dari tadi!" seru Anora protes. Ia buru-buru menarik ponsel di mejanya dan berdiri.
"Gue butuh bicara sama lo, Ra!" kata Haris yang sudah berdiri di belakang Anora dan tiba-tiba menarik tangan Anora begitu saja.
Terlambat sudah rencana melarikan diri dari Haris.
"Beneran Anora gak bisa punya anak? Mandul? Beneran?" tanya Rey pada Manda. Saat di bartender tadi ia menandaskan tiga bab awal di KBM dan cerita yang dia baca cukup membuatnya berpikir ulang jika ingin menikahi Anora tahun depan. Tapi di sisi lain ia ingin tahu ada apa sebenarnya dengan kehidupan pernikahan Anora?
Rey jelas sangat ingat dan tak mungkin lupa alasan Haris menceraikan Anora, meski ia tahu Anora yang menggugat ke pengadilan Agama. Ia pikir Anora sakit hati diselingkuhi oleh Haris dengan sahabatnya sendiri yakni Diana. Tapi… apa yang ia baca di KBM, dia bahkan tak menemukan nama Diana sebagai pelakor di rumah tangga mereka, ia malah membaca alasan Anora pisah dengan Haris karena Anora gagal punya keturunan setelah ia tanpa sengaja menggugurkan bayi pertama mereka.
Anora menggugurkan bayi pertama mereka? Benarkah seperti itu?
Pikiran Rey penuh, rasa penasarannya semakin tinggi, begitupun dengan Manda. Dua orang lelaki itu semakin penasaran ada apa dengan buku diary Anora? Dari jarak cukup jauh mereka berdua bahkan bisa melihat bagaimana Haris dan Anora terlibat perdebatan sengit.
"Gue gak bisa punya anak?" tanya Haris tajam. Anora diam. "Jawab, Ra!" Haris sedikit berteriak yang membuat Manda dan Rey menatap tak percaya, begitupun pelanggan lain yang juga kaget. Mata Anora memerah, ia kaget dan kecewa dengan bentakan dari Haris. Benarkah ia masih mencintai mantan suaminya itu? Benarkah luka dihatinya ini karena terluka oleh sentakan kecil itu? Ah, sepertinya bukan. Anora hanya merasa sedih ketika harus memikirkan hal ‘itu’ lagi.
"Ra... Gue..." Haris seolah sadar dan berniat memeluk Anora yang kedua matanya sudah berkaca-kaca. Anora mundur selangkah saat Haris mendekat, Anora mundur lagi dua langkah,saat Haris semakin dekat. Anora mundur lagi selangkah dan ...
Bug!!!
Tubuhnya menabrak sesuatu di belakang, ia menoleh dan kaget.
Andre??
Ngapain dan sejak kapan ia di sini?