Bab 11

1312 Kata
Eden masih terus menatap Kelly dengan pandangan tajam dan menusuk. Tak heran, dia adalah seorang pemburu siluman, sebab auranya begitu kentara. Gadis itu berusaha menenangkan dirinya untuk berpikir jernih meskipun dalam ketakutan Ia memasang wajah senyum hangat untuk meluluhkan Eden yang marah. Misi yang di embannya harus berhasil karena kehidupan sang ayah tergantung padanya. Kelly yakin jika misi ini selesai, pasti mereka bisa hidup bersama dengan damai. Terlalu polos bukan? “Tenanglah..., masih ada cara lain selain masuk ke sumur kematian.” Banyak cara yang dapat di gunakan untuk membuat jiwa Louis menjadi manusia kembali. “Dengar....” Eden meraih kerah Kelly dengan kasar. “Aku hanya ingin hasil yang pasti. Dan tentunya kali ini harus berhasil.” Pria itu mengambil buku yang ada di tangan Kelly, dan bergegas pergi meninggalkannya sendirian. “Sial! Aku membencinya,” geram Kelly dengan kasar, menghentakkan kaki berulang kali. Ia kesal karena kalah dengan aura intimidasi siluman lemah seperti Eden, padahal kekuatan yang dimiliki gadis itu lebih besar. Eden yang membuka buku milik Gilbert meremasnya dengan kasar, dan mencoba menenangkan dirinya sendiri. Tak seharusnya, ia bersikap kasar kepada Kelly yang dengan senang hati membantunya. Namun ia sangat marah karena cara masuk ke dalam sumur kematian gagal begitu saja. Jika kali ini gagal lagi, Eden tak tahu harus berbuat apa. Yang jelas, ia tak akan menyerah. ‘Sial! Kenapa kau menghukum ku seperti ini?' batinnya berteriak frustasi. Kelly yang melihat dari belakang hanya menghela nafas panjang. Perasaan canggung luar biasa pun menyelimuti mereka. Perjalanan yang awalnya menyenangkan mendadak menjadi sangat suram. Ia tak betah kalau harus berdiam diri bak robot. Tak ada cara lain, untuk membuka suasana hangat kecuali ia mengawali pembicaraan. “Aku minta maaf jika cara itu tak berhasil.” Kelly berjalan sejajar dengan Eden yang masih menatap buku itu. Pria itu berhenti, “Kau harus menyelesaikan tugasmu, jika kau ingin maaf dariku.” Buku itu dilempar begitu saja ke arah Kelly. “Tentu, aku akan membantumu.” Kelly tahu jika Eden yang sekarang tak akan pernah meminta bantuannya. Iya gengsi lah, karena itu memang sifat dari Louis. “Jadi, bagaimana cara mengeluarkan batu jiwa itu?” terus terang Eden tak mengerti sama sekali tentang batu jiwa. Kelly menatapnya dengan pandangan sulit di artikan. “Ada apa? Kenapa kau tak menjawabnya?” “Apakah kau yakin akan mengeluarkan batu jiwa yang ada di dalam tubuhmu?” Kelly sebenarnya enggan dengan rencana itu, karena sangat berbahaya dan dapat membuat Eden kehilangan nyawanya. “Batu jiwa adalah inti dari kehidupan. Jika kau mengeluarkan batu itu, kau bisa mati kapan saja.” Bukan menjadi manusia, tapi menjadi lemah dan perlahan mati. itulah isi otak gadis tersebut. Eden mencerna perkataan Kelly, tapi tak ada salahnya mencoba juga. “Ajari aku cara mengeluarkan batu jiwa.” “Tapi, jika kau mengeluarkan batu jiwa, tubuhmu akan menjadi cangkang kosong, dan mati.” Kelly bingung harus berbuat apalagi dengan cara mustahil yang di pikirkan ayahnya. “Aku tak ingin kau meninggalkan aku, Eden.” Wajah sendu terlihat jelas, meskipun Eden yang sekarang sangat menyebalkan, ia tak mau kehilangan pria itu lagi. Melihat Kelly memasang wajah seperti itu, hati Eden melunak. Sedari dulu, tak ada orang yang bersikap layaknya keluarga selain ibu panti asuhan. Haruskah ia tinggal dengannya? Gawat! Dia mulai dilema dengan perasaannya. Sebagai manusia, hati melunak dan lembut memang sangat wajar padahal orang itu tipekal dingin dan tak tersentuh. Terkadang, sifat seperti itu hanya untuk membentengi dirinya sendiri. Eden memegang pundak Kelly, “Apa yang kau bicarakan pada siluman tengkorak itu?” Walau kekuatannya sangat lemah, tapi pendengarannya sangat tajam, jadi ia tahu apa yang mereka bicarakan. Gadis itu menundukkan kepala, meneteskan buliran bening kristal. Jika ia menuruti Eden untuk bicara jujur, apakah dia akan melakukan hal itu? Melepaskan batu jiwa. Karena Kelly diam saja, Eden mengangkat dagunya dan sedikit tersentak. “Hey..., kenapa kau menangis?” Tangan kanan miliknya menyeka air mata yang tumpah itu. Kelly semakin terisak. “Aku hanya tak ingin kehilanganmu.” Itu adalah perkataan jujur dari lubuk hati Kelly. Eden membalikan tubuhnya dengan cepat. “Tanggung jawabku sangat banyak di dunia manusia. dan aku harus kembali secepatnya," kata Eden. Perasaan gadis itu membuat pria itu ragu untuk memilih jalan hidupnya. Akan tetapi, jika mengingat seberapa besar kekacauan di dunia manusia, maka ia akan berpikir panjang lagi untuk tinggal. Kelly menatap punggung lebar milik Eden dengan genangan air mata yang tersisa. Pria itu seperti keluarganya, dan selalu melindunginya. Dan bahkan, meskipun Gallio tak menyukai keberadaan Eden, dia tetap menjadi kakak terbaik untuknya. “Kita ke kolam teratai untuk melepaskan batu jiwamu.” Kelly tersenyum getir dengan keputusan itu. Lagi pula kehidupan Eden bukan miliknya, jadi dia bebas bertindak. “Itu jauh lebih baik,” jawab Eden dengan dingin. Mengesampingkan perasaan peduli saat ini adalah pilihan tepat. Itulah pemikiran Eden. Kelly meraih lengannya, dan mereka berdua menghilang begitu saja dari tempat itu. Sampailah mereka di suatu tempat yang terlihat asing menurut Eden. Kelly kelihatan salah tingkah dan meraih lengannya kembali. “A-aku salah tempat. Kita teleportasi lagi.” “Tunggu!” teriak Eden dengan keras. “Kau bisa teleportasi!” serunya tak percaya. "Kenapa kau tak melakukannya dari awal, Kel?” Gadis itu menggaruk kepalanya yang tak gatal. “Kau lihat sendiri kan? Teleportasi ku kadang berhasil, kadang tidak. Dan ini salah satunya, yaitu tak berhasil,” cicitnya sangat malu. Eden memijat kepalanya yang nyut-nyutan. “Coba sekali lagi.” Kelly mengangguk setuju. Ia berkonsentrasi untuk memfokuskan tujuannya dan mereka menghilang. Kini mereka sampai di tempat yang sangat gelap, seperti gua. Eden mengepalkan tangan dengan kuat. “Tempat apa ini?” “Aku tak tahu, tapi kenapa tempat ini gelap sekali?” Kelly menatap ke seluruh gua, dan merasa ada yang aneh. Ia mengeratkan pelukannya kepada Eden. “Eden, kita harus pergi dari sini. Aku merasa ada yang tak beres.” Belum sempat mulut Kelly benar-benar tertutup suara ular berdesis terdengar jelas. Gadis itu terlihat panik, dan langsung berteriak, “Ketempat Daddy, aku mohon...!” Mereka berdua menghilang kembali sambil menutup mata. “Kenapa kita bisa berada di tempat ini?” Kelly mencari lengan Eden, tapi tak pria itu tak ada di sampingnya. Ia pun bergegas membuka kedua matanya. “Eden!” Gadis itu menoleh ke semua arah, berharap Eden ada di sekitarnya, tapi semua harapannya sia-sia. “Eden...! Jangan membuatku takut!” “Menyingkir dariku!” teriak Eden dengan keras. Kelly menundukkan kepala dan terjingkat kaget. “Oh..., maafkan aku, Eden.” Sumpah, ia benar-benar tak sengaja menginjak tubuh Eden dengan kakinya. “Sial! Punggungku sakit sekali!” Perlahan, Eden bangkit merasakan kesakitan luar biasa. “Aku benar-benar minta maaf.” Kelly sangat menyesal dnegan apa yang dilakukannya. “Jangan marah padaku.” Eden ingin sekali menyumpal mulut Kelly yang berisik itu karena telinganya sangat panas mendengar ocehan tak bermutu. “Dari pada kau minta maaf, cari tahu sekarang kita dimana?” Gadis itu segera mengangguk, dan menatap sekeliling tempat. Ada bebatuan menjulang tinggi, semak belukar berwarna ungu, pohon beringin tua berwarna hitam, kabut putih tebal yang tampak seperti malam hari, dan juga ketika menatap kembali ke tanah, ada beberapa hewan kecil menjijikkan di sana, sontak ia berteriak dengan keras, dan langsung merangkul Eden dengan posisi persis seperti koala. “Apa yang kau lakukan gadis tengik?” Eden mencoba melepaskan tubuh Kelly. “Lepaskan aku! Kau mau membunuhku!” desisnya dengan amarah yang meluap. “Tidak-tidak...! Cari bebatuan. Di tanah ada hewan menjijikkan, aku tak bisa menyentuh tanah.” Eden menunduk untuk melihat serangga yang di maksud. Benar saja, para ulat dan kecoak itu mulai merambat ke kakinya. Oh s**t! Ia hanya bisa mengumpat dnegan keras, mengenai kemalangan yang di rasakan. Baru saja terlempar dari sumur kematian banyak kali, dan sekarang merasakan hal yang tak menyenangkan. ‘Kapan gadis bodoh ini berguna? Sial! Aku lebih cocok berpartner dengan James!’ teriaknya dengan sangat frustasi Bagaimana dengan cerita ini? kalian boleh beri komentar positif atau negatif. Ramaikan lapak
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN